Berkat Dukungan BRI, UMKM Keripik Pisang di Lampung Berkembang
Rabu, 23 Oktober 2024 - 14:47 WIB
BAKAUHENI - Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di daerah Bakauheni, Provinsi Lampung semakin berkembang berkat dukungan dari BRI. Salah satu contohnya adalah Riki Junaidi pemilik usaha keripik pisang "Njik Njik" yang memulai usahanya pada 15 November 2015. Kini, dia sudah merasakan usahanya kian berkembang setelah memperoleh pemberdayaan dari BRI
Salah satu keunikan usaha Riki adalah memanfaatkan banyaknya pisang yang melimpah di sekitar Bakauheni. Keripik pisang, sebagai oleh-oleh khas Lampung, menjadi favorit di kalangan wisatawan yang berkunjung ke daerah ini.
"Setiap wisatawan pasti bertanya, di mana bisa mendapatkan keripik pisang,” kata Riki.
Namun, perjalanan usaha Riki tidak semudah membalik telapak tangan. Pada awal membuka usaha, dia mengalami tantangan untuk memasarkan produknya. Untuk memperkenalkan produknya, Riki memberikan tester kepada masyarakat sekitar selama tiga bulan.
"Kami ingin memastikan produk kami layak jual sebelum diluncurkan secara resmi," ucapnya.
Riki juga menghadapi tantangan dalam hal sumber daya manusia (SDM), tetapi dia mengatasinya dengan merekrut dan melatih tetangga. Penjualan produknya dilakukan dengan sistem titip di warung-warung setempat, sehingga memudahkan akses bagi konsumen.
Salah satu yang membuat "Njik Njik" berbeda dari kompetitornya adalah proses penggorengan yang dilakukan sebanyak tiga kali, sehingga memberikan cita rasa khas yang sulit ditandingi. Saat ini, omzet penjualan keripik pisang “Njik Njik” mencapai puluhan juta rupiah per bulan.
Riki mengapresiasi peran BRI yang telah memberikan berbagai dukungan, termasuk pelatihan, bazaar, serta aspek pembiayaan.
"Kami berharap bisa terus terlibat dalam pelatihan dan pameran yang diadakan BRI untuk mendukung kemajuan UMKM kami," tuturnya.
Salah satu keunikan usaha Riki adalah memanfaatkan banyaknya pisang yang melimpah di sekitar Bakauheni. Keripik pisang, sebagai oleh-oleh khas Lampung, menjadi favorit di kalangan wisatawan yang berkunjung ke daerah ini.
"Setiap wisatawan pasti bertanya, di mana bisa mendapatkan keripik pisang,” kata Riki.
Namun, perjalanan usaha Riki tidak semudah membalik telapak tangan. Pada awal membuka usaha, dia mengalami tantangan untuk memasarkan produknya. Untuk memperkenalkan produknya, Riki memberikan tester kepada masyarakat sekitar selama tiga bulan.
"Kami ingin memastikan produk kami layak jual sebelum diluncurkan secara resmi," ucapnya.
Riki juga menghadapi tantangan dalam hal sumber daya manusia (SDM), tetapi dia mengatasinya dengan merekrut dan melatih tetangga. Penjualan produknya dilakukan dengan sistem titip di warung-warung setempat, sehingga memudahkan akses bagi konsumen.
Salah satu yang membuat "Njik Njik" berbeda dari kompetitornya adalah proses penggorengan yang dilakukan sebanyak tiga kali, sehingga memberikan cita rasa khas yang sulit ditandingi. Saat ini, omzet penjualan keripik pisang “Njik Njik” mencapai puluhan juta rupiah per bulan.
Riki mengapresiasi peran BRI yang telah memberikan berbagai dukungan, termasuk pelatihan, bazaar, serta aspek pembiayaan.
"Kami berharap bisa terus terlibat dalam pelatihan dan pameran yang diadakan BRI untuk mendukung kemajuan UMKM kami," tuturnya.
tulis komentar anda