Industri Migas Pastikan Dukungan Bagi Hilirisasi Nikel

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 08:02 WIB
Vice President PetroChina Internasional Jabung Ltd. Gusminar dalam diskusi Masa Depan Hilirisasi Nikel di Indonesia: Penguatan Kelembagaan dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat di
JAKARTA - Keterlibatan dan kontribusi industri minyak dan gas ( migas ) diyakini akan signifikan dalam kebijakan hilirisasi nikel oleh pemerintahan Prabowo-Gibran dalam lima tahun ke depan. Industri migas optimistis mampu menjadi penyuplai energi yang dibutuhkan untuk menjalankan hilirisasi.

"Pasokan gas bumi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan energi bagi industri hilirisasi nikel akan mendukung kebijakan hilirisasi nikel nasional ke depan," kata Vice President PetroChina Internasional Jabung Ltd. Gusminar dalam diskusi bertajuk "Masa Depan Hilirisasi Nikel di Indonesia: Penguatan Kelembagaan dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat" di Jakarta, Jumat (25/10/2024).





Gusminar mengatakan, saat ini kebutuhan listrik yang paling besar di Sulawesi dipergunakan untuk smelter hingga tahun 2030 mencapai 11.139 megawatt (MW). Sesuai dengan kebutuhan tersebut, kata dia, pemerintah telah mengupayakan untuk penyediaan energi bersih dengan menggunakan gas bumi dengan kebutuhan kurang lebih 2.500 MMSCFD yang tersedia di daerah tersebut maupun dari daerah lain.

"Dengan adanya konfirmasi pasokan gas ini, diharapkan akan mendukung hilirisasi nikel terutama dalam menjamin kebutuhan listrik di smelter-smelter tersebut," kata Gusminar.

Dia menambahkan, berdasarkan statistik ketersediaan cadangan Gas Indonesia terbukti (P1) sebesar 35,30 TSCF dari total potensi sebesar 54.76 TSCF yang tersebar di Indonesia Bagian Barat, Tengah dan Timur Indonesia. Dari data yang ada dikeluarkan oleh pemerintah, realisasi penyaluran gas bumi domestik 2023 sebesar 3.745 BBTUD dari total produksi gas sebesar 6.637 BBTUD. Pemanfaatan gas bumi paling besar untuk industri sebesar 1.515,8 BBTUD (40,5%).

"Secara bertahap, pemerintah telah menurunkan porsi ekspor gas atau LNG yang pada umumnya dalam bentuk kontrak jangka panjang, dan mengalihkan ke dalam negeri melalui kebijakan yang mengutamakan pemanfaatan gas untuk pemenuhan kebutuhan gas bumi di dalam negeri. Jadi kita optimistis hilirisasi nikel nasional dapat terwujud," tegasnya.



Senada dengan Gusminar, Ketua Kadin Provinsi Kalimantan Barat Arya Rizqi Darsono mengatakan, pasokan gas dan energi sangat penting dalam menjamin keberlanjutan industri hilir nikel ke depannya. "Hilirisasi nikel selain mampu peningkatan pendapatan negara, namun juga penting untuk pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Penguatan kelembagaan dan tata kelola yang baik akan menjadi fondasi penting untuk memastikan agar sektor nikel dapat memberikan manfaat jangka panjang," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komisi XII DPR dari Fraksi Partai Golkar Bambang Patijaya mengatakan, pihaknya akan terus mengawal agar regulasi yang ada mampu menstimulasi hilirisasi nikel dengan tepat. "Dengan adanya 26 mineral kritis dan 22 mineral strategis yang sudah ditetapkan, langkah berikutnya adalah memastikan kebijakan ini berjalan baik," ujar Bambang.

Bambang menegaskan, pihaknya juga mengamankan kebijakan hilirisasi tersebut baik melalui jalur parlemen maupun jalur eksekutif. Apalagi, menteri tim ekonomi kabinet Prabowo-Gibran banyak berasal dari kader Golkar termasuk Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia yang menjadi menteri ESDM.

"Kita optimis dan siap berkontribusi memastikan kebijakan hilirisasi Pak Presiden Prabowo berjalan maksimal dan bisa memberikan nilai tambah sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi 8%," ujarnya.
(fjo)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More