Ramalan Deflasi Masih Terjadi di Bulan Agustus Saat Daya Beli Lemah
Selasa, 01 September 2020 - 07:09 WIB
JAKARTA - Deflasi diramalkan masih akan terjadi pada bulan Agustus 2020, dimana diproyeksi sebesar -0,01% (month the month/mtm). Sebelumnya pada bulan Juli, tercatat telah deflasi 0,1%.
(Baca Juga: Masih Seret, Anggaran Pemulihan Ekonomi Baru Terealisasi Rp192,5 Triliun )
Ekonom Bank Permata Josua Pardede merinci penyebab utama deflasi di bulan Agustus adalah deflasi pada komponen harga bergejolak seperti harga pangan seperti beras (-0,11% mtm), daging ayam (-11,38% mtm), telur ayam (-0,68% mtm), bawang merah (-15,3% mtm) dan bawang putih (-0,57%mtm).
"Ini didorong oleh supply yang tetap terjaga, namun permintaan cenderung masih lemah," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Sambung dia menerangkan, inflasi tahunan pada bulan Agustus diperkirakan tercatat 1,36 % (year on year/yoy) dari bulan sebelumnya 1,54% yoy. Adapun, inflasi inti pada bulan Agustus diperkirakan tercatat sekitar 2,15% yoy dari bulan sebelumnya tercatat di 2,07% yoy.
"Inflasi inti masih ditopang oleh kenaikan harga emas yang sepanjang bulan Agustus tercatat naik 8,2% mtm," katanya.
(Baca Juga: Ekonom: Perppu Penataan BI, OJK dan LPS Tidak Dibutuhkan Saat Ini )
Meskipun demikian, faktor yang masih membatasi kenaikan inflasi inti adalah penurunan harga gula pasir sebesar -2,52% mtm. Secara umum, inflasi inti juga cenderung rendah mempertimbangkan daya beli yang belum membaik signifikan meskipun pemerintah sudah meluncurkan beberapa stimulus lanjutan pada akhir bulan Agustus seperti pemberian gaji ke 13 bagi ASN.
"Penyaluran subsidi gaji bagi pekerja dengan gaji di bawah Rp5 juta serta pemberian banpres produktif bagi pelaku usaha mikro dan kecil," katanya.
Lebih lanjut terang dia, secara keseluruhan dengan tekanan inflasi yang rendah teersebut mengindikasikan tingkat konsumsi masyarakat cenderung masih dalam tren menurun dari awal tahun hingga pertengahanan kuartal III tahun 2020 ini.
"Namun demikian ada peningkatan penyerapan belanja pemerintah termasuk anggaran PEN serta pemberian stimulus lanjutan untuk mengungkit daya beli masyarakat pada kuartal III tahun ini," tandasnya.
(Baca Juga: Masih Seret, Anggaran Pemulihan Ekonomi Baru Terealisasi Rp192,5 Triliun )
Ekonom Bank Permata Josua Pardede merinci penyebab utama deflasi di bulan Agustus adalah deflasi pada komponen harga bergejolak seperti harga pangan seperti beras (-0,11% mtm), daging ayam (-11,38% mtm), telur ayam (-0,68% mtm), bawang merah (-15,3% mtm) dan bawang putih (-0,57%mtm).
"Ini didorong oleh supply yang tetap terjaga, namun permintaan cenderung masih lemah," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Sambung dia menerangkan, inflasi tahunan pada bulan Agustus diperkirakan tercatat 1,36 % (year on year/yoy) dari bulan sebelumnya 1,54% yoy. Adapun, inflasi inti pada bulan Agustus diperkirakan tercatat sekitar 2,15% yoy dari bulan sebelumnya tercatat di 2,07% yoy.
"Inflasi inti masih ditopang oleh kenaikan harga emas yang sepanjang bulan Agustus tercatat naik 8,2% mtm," katanya.
(Baca Juga: Ekonom: Perppu Penataan BI, OJK dan LPS Tidak Dibutuhkan Saat Ini )
Meskipun demikian, faktor yang masih membatasi kenaikan inflasi inti adalah penurunan harga gula pasir sebesar -2,52% mtm. Secara umum, inflasi inti juga cenderung rendah mempertimbangkan daya beli yang belum membaik signifikan meskipun pemerintah sudah meluncurkan beberapa stimulus lanjutan pada akhir bulan Agustus seperti pemberian gaji ke 13 bagi ASN.
"Penyaluran subsidi gaji bagi pekerja dengan gaji di bawah Rp5 juta serta pemberian banpres produktif bagi pelaku usaha mikro dan kecil," katanya.
Lebih lanjut terang dia, secara keseluruhan dengan tekanan inflasi yang rendah teersebut mengindikasikan tingkat konsumsi masyarakat cenderung masih dalam tren menurun dari awal tahun hingga pertengahanan kuartal III tahun 2020 ini.
"Namun demikian ada peningkatan penyerapan belanja pemerintah termasuk anggaran PEN serta pemberian stimulus lanjutan untuk mengungkit daya beli masyarakat pada kuartal III tahun ini," tandasnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda