Mitra Binaan Pertagas Beradaptasi di Tengah Pandemi
Senin, 14 September 2020 - 19:13 WIB
JAKARTA - Program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT Pertamina Gas (Pertagas) , perusahaan terafiliasi PT Perusahaan Gas Negara/PGN Tbk (PGAS) dan PT Pertamina (Persero), tak berhenti meski diterpa pandemi. Corporate Secretary Pertagas Fitri Erika mengatakan, berbagai penyesuaian dan adaptasi dilakukan agar program CSR tersebut tetap berjalan di tengah pandemi.
"Di tengah pandemi Covid-19, berbagai program CSR kami harus melakukan penyesuaian," ujar Erika dalam keterangannya, Senin (14/9/2020).
(Baca Juga: Lebih Cepat dari Target, Pertagas Alirkan Gas ke Power Plan BOB Siak)
Menurut Erika, mitra binaan Pertagas di berbagai daerah telah melakukan sejumlah penyesuaian selama masa pandemi Covid-19. Kelompok Tuli Gresik (Kotugres) misalnya, mitra binaan Pertagas bagi para tuna rungu di Gresik, Jawa Timur, ini beralih memproduksi masker dari biasanya menjahit baju anak dan seragam.
Lalu, Resto Apung di Sidoarjo, Jawa Timur, yang harus tutup selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), melakukan penyesuaian dengan beralih untuk menyediakan jasa katering agar bisa tetap bertahan.
Sementara, mitra binaan Pertagas di Cilamaya, Jawa Barat, yakni Kelompok Tani Gapoktan Saluyu, meski terdampak, melakukan penyesuaian hingga tetap panen di masa pandemi. Para petani yang tergabung di Gapoktan Saluyu Cilamaya tersebut menjalankan panen sambil menerapkan protokol kesehatan, antara lain memakai masker dan menerapkan social distancing.
Manajer Comrel dan CSR Pertagas Zainal Abidin mengakui, pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi Pertagas untuk melakukan pendampingan karena kondisi yang tidak biasa. Untuk itu, Pertagas melakukan pemetaan sosial untuk kegiatan CSR pada 2020. "Selama pandemi ada yang kami hold, ada yang tetap jalan, tapi ada juga yang harus disesuaikan dan ditunda," katanya.
Terkait penyesuaian di masing-masing mitra binaan, Innik Hikmatin, Pembina Kotugres, mengatakan bahwa selama pandemi kegiatan berjalan melalui sistem daring dan luring dengan menjalankan protokol kesehatan. Dengan begitu, pelatihan untuk meningkatkan keterampilan para teman tuli binaan Pertagas ini tetap berjalan baik. "Orderan juga jalan. Tahun ini rata-rata per bulan mereka (Kotugres) memperoleh pendapatan rata-rata Rp5,3 juta," ujar Innik.
Sementara itu, Aep pimpinan Gapoktan Saluyu yang menanam padi secara semi organik menuturkan, dampak Covid-19 sangat terasa bagi petani. Selain harga jual turun, biaya produksi seperti untuk pembelian obat-obatan agak sulit sehingga harga jadi naik. Namun, metode ramah lingkungan yang digunakan kelompoknya sangat membantu karena berhasil menekan biaya produksi.
"Di tengah pandemi Covid-19, berbagai program CSR kami harus melakukan penyesuaian," ujar Erika dalam keterangannya, Senin (14/9/2020).
(Baca Juga: Lebih Cepat dari Target, Pertagas Alirkan Gas ke Power Plan BOB Siak)
Menurut Erika, mitra binaan Pertagas di berbagai daerah telah melakukan sejumlah penyesuaian selama masa pandemi Covid-19. Kelompok Tuli Gresik (Kotugres) misalnya, mitra binaan Pertagas bagi para tuna rungu di Gresik, Jawa Timur, ini beralih memproduksi masker dari biasanya menjahit baju anak dan seragam.
Lalu, Resto Apung di Sidoarjo, Jawa Timur, yang harus tutup selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), melakukan penyesuaian dengan beralih untuk menyediakan jasa katering agar bisa tetap bertahan.
Sementara, mitra binaan Pertagas di Cilamaya, Jawa Barat, yakni Kelompok Tani Gapoktan Saluyu, meski terdampak, melakukan penyesuaian hingga tetap panen di masa pandemi. Para petani yang tergabung di Gapoktan Saluyu Cilamaya tersebut menjalankan panen sambil menerapkan protokol kesehatan, antara lain memakai masker dan menerapkan social distancing.
Manajer Comrel dan CSR Pertagas Zainal Abidin mengakui, pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi Pertagas untuk melakukan pendampingan karena kondisi yang tidak biasa. Untuk itu, Pertagas melakukan pemetaan sosial untuk kegiatan CSR pada 2020. "Selama pandemi ada yang kami hold, ada yang tetap jalan, tapi ada juga yang harus disesuaikan dan ditunda," katanya.
Terkait penyesuaian di masing-masing mitra binaan, Innik Hikmatin, Pembina Kotugres, mengatakan bahwa selama pandemi kegiatan berjalan melalui sistem daring dan luring dengan menjalankan protokol kesehatan. Dengan begitu, pelatihan untuk meningkatkan keterampilan para teman tuli binaan Pertagas ini tetap berjalan baik. "Orderan juga jalan. Tahun ini rata-rata per bulan mereka (Kotugres) memperoleh pendapatan rata-rata Rp5,3 juta," ujar Innik.
Sementara itu, Aep pimpinan Gapoktan Saluyu yang menanam padi secara semi organik menuturkan, dampak Covid-19 sangat terasa bagi petani. Selain harga jual turun, biaya produksi seperti untuk pembelian obat-obatan agak sulit sehingga harga jadi naik. Namun, metode ramah lingkungan yang digunakan kelompoknya sangat membantu karena berhasil menekan biaya produksi.
tulis komentar anda