Cari Modal Bangun Pembangkit Listrik JSKY Lakukan Right Issue
Selasa, 15 September 2020 - 19:03 WIB
JAKARTA - Emiten energi terbarukan PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY) melakukan penambahan modal melalui mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue . Melalui mekanisme ini, JSKY berencana menerbitkan saham baru sebanyak 199.188.920 lembar dengan harga penawaran pada pelaksanaan sebesar Rp500 per lembar, dengan harga nominal Rp50 per lembar.
Penerbitan saham baru ini akan diikuti dengan penerbitan waran sebanyak-banyaknya 707.120.666 dengan harga pelaksanaan waran Rp650 dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor kepada para pemegang saham melalui mekanisme penawaran umum terbatas dengan HMETD.
(Baca Juga: Siap Right Issue 1,699 Miliar Saham, JSKY Incar Dana Rp84,97 M)
JSKY akan meminta persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (UPSLB) 2 Oktober 2020. RUPSLB akan tetap digelar di Kantor Operasional Perseroan, Jl Raya Cicadas, Gunung Putri, Bogor.
Adapun agenda RUPSLB di antaranya rapat persetujuan pembatalan right issues tahap pertama yang sebelumnya sudah disetujui RUPSLB pada 25 Juli 2019 karena telah melewati batas waktu berlaku 12 bulan dari tanggal persetujuan, rapat untuk memperoleh kembali persetujuan RUPSLB untuk melaksanakan penawaran umum terbatas atau right issues tahap 2, dan rapat perubahan susunan dewan direksi dan dewan komisaris perseroan. Dalam RUPSLB ini direksi perseroan akan meminta persetujuan dari para pemegang saham untuk melakukan aksi korporasi
Dengan penawaran ini JSKY menargetkan akan mendapatkan tambahan modal sekitar Rp99,59 miliar. Rencana JSKY seluruh dana yang terhimpun dari right issues ini akan digunakan untuk penambahan modal kerja perseroan setelah dikurangi biaya-biaya emisi.
"Penambahan modal akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan," ujar Firsky Kurniawan, Sekretaris JSKY, Selasa (15/9/2020).
Selain memproduksi dan memasarkan panel surya (solar cell) untuk pasar dalam negeri dan ekspor, JSKY pada tahun ini juga mengerjakan sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di berbagai daerah. Diantaranya, kontrak proyek PLTS di Merauke, Papua, dan Sorong, Papua Barat, dengan nilai Rp500 miliar.
(Baca Juga: Tarik Investor, Tarif Listrik EBT Akan Dibuat Lebih Menarik)
JSKY juga telah membangun dan mengelola proyek percontohan PLTS teknologi mutakhir di Fakultas Teknik UI dan PLTS Karampuang di Sulawesi Barat. Dengan berbagai proyek ini, JSKY memproyeksikan akan meningkatkan laba bisnis menjadi Rp106 miliar pada 2020. Dan mendongkrak aset perseroan menjadi Rp717 miliar pada 2020 dari tahun sebelumnya sebesar Rp608 miliar.
"Pasar retail agak melambat karena melambatnya seluruh sektor bisnis secara global akibat pandemi Covid-19 yang belum usai. Tetapi kami masih tetap optimis target pendapatan sebesar Rp 1 triliun pada tahun ini akan bisa dicapai dengan ditopang berbagai kontrak proyek energi," ujar Firsky.
Saat ini JSKY juga sedang menyelesaikan proyek perluasan pabrik panel surya milik JSKY di Cisalak, Jawa Barat. "Permintaan ekspor masih tinggi, sehingga perluasan tidak bisa ditunda," tambahnya. JSKY mempunyai pangsa ekspor panel surya ke Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.
Penerbitan saham baru ini akan diikuti dengan penerbitan waran sebanyak-banyaknya 707.120.666 dengan harga pelaksanaan waran Rp650 dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor kepada para pemegang saham melalui mekanisme penawaran umum terbatas dengan HMETD.
(Baca Juga: Siap Right Issue 1,699 Miliar Saham, JSKY Incar Dana Rp84,97 M)
JSKY akan meminta persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (UPSLB) 2 Oktober 2020. RUPSLB akan tetap digelar di Kantor Operasional Perseroan, Jl Raya Cicadas, Gunung Putri, Bogor.
Adapun agenda RUPSLB di antaranya rapat persetujuan pembatalan right issues tahap pertama yang sebelumnya sudah disetujui RUPSLB pada 25 Juli 2019 karena telah melewati batas waktu berlaku 12 bulan dari tanggal persetujuan, rapat untuk memperoleh kembali persetujuan RUPSLB untuk melaksanakan penawaran umum terbatas atau right issues tahap 2, dan rapat perubahan susunan dewan direksi dan dewan komisaris perseroan. Dalam RUPSLB ini direksi perseroan akan meminta persetujuan dari para pemegang saham untuk melakukan aksi korporasi
Dengan penawaran ini JSKY menargetkan akan mendapatkan tambahan modal sekitar Rp99,59 miliar. Rencana JSKY seluruh dana yang terhimpun dari right issues ini akan digunakan untuk penambahan modal kerja perseroan setelah dikurangi biaya-biaya emisi.
"Penambahan modal akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan," ujar Firsky Kurniawan, Sekretaris JSKY, Selasa (15/9/2020).
Selain memproduksi dan memasarkan panel surya (solar cell) untuk pasar dalam negeri dan ekspor, JSKY pada tahun ini juga mengerjakan sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di berbagai daerah. Diantaranya, kontrak proyek PLTS di Merauke, Papua, dan Sorong, Papua Barat, dengan nilai Rp500 miliar.
(Baca Juga: Tarik Investor, Tarif Listrik EBT Akan Dibuat Lebih Menarik)
JSKY juga telah membangun dan mengelola proyek percontohan PLTS teknologi mutakhir di Fakultas Teknik UI dan PLTS Karampuang di Sulawesi Barat. Dengan berbagai proyek ini, JSKY memproyeksikan akan meningkatkan laba bisnis menjadi Rp106 miliar pada 2020. Dan mendongkrak aset perseroan menjadi Rp717 miliar pada 2020 dari tahun sebelumnya sebesar Rp608 miliar.
"Pasar retail agak melambat karena melambatnya seluruh sektor bisnis secara global akibat pandemi Covid-19 yang belum usai. Tetapi kami masih tetap optimis target pendapatan sebesar Rp 1 triliun pada tahun ini akan bisa dicapai dengan ditopang berbagai kontrak proyek energi," ujar Firsky.
Saat ini JSKY juga sedang menyelesaikan proyek perluasan pabrik panel surya milik JSKY di Cisalak, Jawa Barat. "Permintaan ekspor masih tinggi, sehingga perluasan tidak bisa ditunda," tambahnya. JSKY mempunyai pangsa ekspor panel surya ke Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.
(fai)
tulis komentar anda