Pandemi Bongkar Kelemahan Infrastruktur Ekonomi 4.0
Rabu, 16 September 2020 - 21:06 WIB
JAKARTA - Masa pandemi Covid-19 langsung menunjukkan kelemahan infrastruktur internet nasional. Pandemi berdampak pada meningkatnya permintaan layanan internet di seluruh dunia selama lockdown, termasuk juga di Indonesia.
Pengamat ekonomi dari INDEF Bhima Yudhistira mengkritisi pengelolaan infrastruktur internet yang serba tidak siap di Indonesia. Berbagai kelemahan muncul karena kebutuhan internet semakin signifikan di masa pandemi covid-19.
(Baca Juga: Bangun Satelit Berkecepatan Tinggi, Menteri Johnny Butuh Rp5,8 Triliun )
Dia menyebutkan, ada lonjakan pemanfaatan internet yang dibuktikan dengan porsi bisnis e-commerce terhadap total ritel naik menjadi 5% menurut data we are social terbaru. Padahal 2-3 tahun sebelumnya masih di kisaran 2%.
"Selain itu transaksi e-commerce juga mengalami kenaikan selama pandemi. Misalnya Shopee alami lonjakan GMV atau gross merchandise value sebesar 109,9% pada kuartal dua 2020 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dampak pada laba perusahaan BUMN telekomunikasi juga naik signifikan," ujar Bhima di Jakarta.
Namun sayangnya akses pemanfaatan internet belum merata. Hanya 13% UMKM yang masuk dalam platform marketplace. Sementara itu kecepatan internet di Indonesia juga masih lambat dibandingkan negara peers di ASEAN.
Diperlukan pengembangan infrastruktur secara masif khususnya di wilayah 3T. "Kita tidak siap dengan ledakan internet selama pandemi. Data menunjukkan internet di indonesia justru melambat 4,4% selama pandemi," ujarnya.
Pandemi covid-19 secara tidak langsung berpengaruh pada performa dan kualitas jaringan internet di Indonesia. Data Ookla perusahaan periset kecepatan internet global, menunjukkan terjadi penurunan kecepatan unduhan di Indonesia dalam rentang waktu diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Maret hingga Juni 2020.
(Baca Juga: Transformasi Digital Kunci Industri Kreatif RI Bersaing di Luar Negeri )
Pengamat ekonomi dari INDEF Bhima Yudhistira mengkritisi pengelolaan infrastruktur internet yang serba tidak siap di Indonesia. Berbagai kelemahan muncul karena kebutuhan internet semakin signifikan di masa pandemi covid-19.
(Baca Juga: Bangun Satelit Berkecepatan Tinggi, Menteri Johnny Butuh Rp5,8 Triliun )
Dia menyebutkan, ada lonjakan pemanfaatan internet yang dibuktikan dengan porsi bisnis e-commerce terhadap total ritel naik menjadi 5% menurut data we are social terbaru. Padahal 2-3 tahun sebelumnya masih di kisaran 2%.
"Selain itu transaksi e-commerce juga mengalami kenaikan selama pandemi. Misalnya Shopee alami lonjakan GMV atau gross merchandise value sebesar 109,9% pada kuartal dua 2020 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dampak pada laba perusahaan BUMN telekomunikasi juga naik signifikan," ujar Bhima di Jakarta.
Namun sayangnya akses pemanfaatan internet belum merata. Hanya 13% UMKM yang masuk dalam platform marketplace. Sementara itu kecepatan internet di Indonesia juga masih lambat dibandingkan negara peers di ASEAN.
Diperlukan pengembangan infrastruktur secara masif khususnya di wilayah 3T. "Kita tidak siap dengan ledakan internet selama pandemi. Data menunjukkan internet di indonesia justru melambat 4,4% selama pandemi," ujarnya.
Pandemi covid-19 secara tidak langsung berpengaruh pada performa dan kualitas jaringan internet di Indonesia. Data Ookla perusahaan periset kecepatan internet global, menunjukkan terjadi penurunan kecepatan unduhan di Indonesia dalam rentang waktu diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Maret hingga Juni 2020.
(Baca Juga: Transformasi Digital Kunci Industri Kreatif RI Bersaing di Luar Negeri )
tulis komentar anda