Ini Saham yang Harus Dihindari di Tengah Pelemahan Indeks
Kamis, 24 September 2020 - 12:13 WIB
JAKARTA - Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Ishlah Bimo Prakoso menyampaikan kepada para investor untuk menghindari saham-saham pertambangan di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) . Pasalnya, hari ini IHSG diprediksi masih akan kembali melemah bahkan bisa menyentuh angka 4.850 di support terendah.
Bimo beralasan, saham-saham pertambangan yang menyasar sektor-sektor energi dimana saat ini peluang terus menurun akibat dari ekonomi yang melambat akan menyebabkan peliang kegiatan industri turut melambat.
"Permintaan energi melambat yang otomatis berdampak kepada saham-saham di sektor pertambangan. Makanya kalau kita lebih konservatif maka kita bisa menghindari pertambangan dulu," ujar Bimo dalam acara Market Opening IDX Channel, Kamis (24/9/2020).
Bimo menyarankan kepada investor untuk memilih saham-saham yang berbasis defensif dan konservatif di tengah pelemahan IHSG yang menurutnya cukup mengerikan saat ini. (Baca juga: Pergerakan IHSG Masih Tersandera Corona, Bursa Asia Kompak Melemah )
"Seperti salah satunya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), kalau kita lihat dari penjualan volumenya kemarin juga yang di first half ada peningkatan penjualan volumenya, jadi di saat ekonomi sedang ada lockdown di sini kita lihat karena barangnya sudah bagus, demandnya juga bagus. Disini kita bisa mempertimbangkan ICBP untuk menjadi pilihan untuk portofolio kita karena basisnya memang lebih konservatif," kata dia.
Selain ICBP, dia juga menyarankan kepada investor untuk membeli saham dari emiten farmasi, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) karena menimbang KLBF dari sisi emiten relatif bandingkan dengan yang lain dari neracanya cukup baik dan kita volume penjualan masih meningkat. "Karena memang disini konsen masyarakat tentang kesehatan semakin meningkat dan ini mendorong bisnis dari Kalbe Farma," ucapnya. (Baca juga: Erick: Obat Covid-19 Buatan Lokal Sedang Diregistrasi di BPOM )
Selain kedua sektor tersebut, dia juga menyarankan untuk membeli saham perbankan, dimana menurutnya potensi tekanan perbankan kalau secara keseluruhan perbankan di Indonesia jika mengalami tekanan lagi ada di posisi neraca sudah lebih kuat.
"Dibanding krisis yang dulu terjadi tahun 2008, 1998, ini kondisi perbankan Indonesia lebih kuat dan disini NPLnya terus naik," tuturnya.
Bimo beralasan, saham-saham pertambangan yang menyasar sektor-sektor energi dimana saat ini peluang terus menurun akibat dari ekonomi yang melambat akan menyebabkan peliang kegiatan industri turut melambat.
"Permintaan energi melambat yang otomatis berdampak kepada saham-saham di sektor pertambangan. Makanya kalau kita lebih konservatif maka kita bisa menghindari pertambangan dulu," ujar Bimo dalam acara Market Opening IDX Channel, Kamis (24/9/2020).
Bimo menyarankan kepada investor untuk memilih saham-saham yang berbasis defensif dan konservatif di tengah pelemahan IHSG yang menurutnya cukup mengerikan saat ini. (Baca juga: Pergerakan IHSG Masih Tersandera Corona, Bursa Asia Kompak Melemah )
"Seperti salah satunya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), kalau kita lihat dari penjualan volumenya kemarin juga yang di first half ada peningkatan penjualan volumenya, jadi di saat ekonomi sedang ada lockdown di sini kita lihat karena barangnya sudah bagus, demandnya juga bagus. Disini kita bisa mempertimbangkan ICBP untuk menjadi pilihan untuk portofolio kita karena basisnya memang lebih konservatif," kata dia.
Selain ICBP, dia juga menyarankan kepada investor untuk membeli saham dari emiten farmasi, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) karena menimbang KLBF dari sisi emiten relatif bandingkan dengan yang lain dari neracanya cukup baik dan kita volume penjualan masih meningkat. "Karena memang disini konsen masyarakat tentang kesehatan semakin meningkat dan ini mendorong bisnis dari Kalbe Farma," ucapnya. (Baca juga: Erick: Obat Covid-19 Buatan Lokal Sedang Diregistrasi di BPOM )
Selain kedua sektor tersebut, dia juga menyarankan untuk membeli saham perbankan, dimana menurutnya potensi tekanan perbankan kalau secara keseluruhan perbankan di Indonesia jika mengalami tekanan lagi ada di posisi neraca sudah lebih kuat.
"Dibanding krisis yang dulu terjadi tahun 2008, 1998, ini kondisi perbankan Indonesia lebih kuat dan disini NPLnya terus naik," tuturnya.
(ind)
tulis komentar anda