Dorong Daya Saing, Kemenperin Terapkan Industri Ramah Lingkungan
Jum'at, 16 Oktober 2020 - 01:40 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastkkan Industri 4.0 menjadi harapan dan tantangan bagi Indonesia, khususnya sektor kelestarian lingkungan hidup serta industri ramah lingkungan, agar sesuai tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs).
Kepala Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahardi mengatakan pentingnya penerapan sustainable development pada industri diimplementasikan. Di mana industri hijau harus jadi role model di masa depan. Hal ini mengakomodasi standar sustainability untuk industri yang dapat dicapai dengan penerapan industri hijau.
"Kemenperin komitmen dengan industri hijau jadi bagian dari tujuan pembangunan industri nasional sesuai UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian. Karena industri Hijau marupakan icon di mana industri dalam proses produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas pemakaian sumber daya secara berkelanjutan," katanya di Jakarta, Kamis (15/10/2020).
Salah satu strategis yang akan dijalankan pemerintah, menurutnya, melalui circular economy pada industri. Yaitu menerapkan 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Repair). Dengan begitu material mentah dapat digunakan berkali-kali dalam berbagai daur hidup produk. Sehingga ekstraksi bahan mentah dari alam bisa lebih efektif dan efisien.
"Selain itu, circular economy juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan, karena akan diolah lagi jadi produk yang punya nilai tambah secara ekonomi," urai Doddy.
Sementara Gubernur Provinsi Jateng, Ganjar Pranowo, menambahkan saat ini Sungai Bengawan Solo masih ada pencemaran oleh puluhan industri. Di mana sebelum Desember 2020 pihak industri harus segera menyelesaikannya. "Kami telah minta industri itu memperbaiki sistem IPAL. Khusus IKM & UKM membuat IPAL Komunal agar limbahnya tak mencemari sungai Bengawan Solo, terutama IKM Ciu alkohol, batik, tahu/tempe dan ternak babi.Namun sampai Oktober 2020 ini permasalahan industri itu belum teratasi," ujar Ganjar.
Sedangkan, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marinves, Safri Burhanuddin, mengutarakan pencemaran dan kerusakan lingkungan di Sungai Citarum sebagai sungai terkotor di dunia dua tahun lalu mengakibatkan kerugian besar terhadap kesehatan, ekonomi, sosial, ekosistem, sumber daya lingkungan dan generasi mendatang.
Soal teknologi industri 4.0, sambungnya, sangat berkontribusi dalam program pengendalian DAS Citarum. Khususnya dalam peningkatan efisiensi dan kebutuhan akurasi data.
"Kami memanfaatkan teknologi 4.0 dalam pengendalian DAS Citarum, seperti: IoT Video Analytic dan CCTV, IoT Water Quality Monitoring System guna menganalisa data kualitas air sungai serta pengembangan website Citarumharum dan membentuk Command Center PPK. Dengan dukungan itu terjadi efisiensi biaya," tandasnya.
Lihat Juga: Wujudkan Kota Hijau Ramah Lingkungan, Kang Emil Bakal Beri Insentif Warga yang Tanam Pohon di Ruang Privat
Kepala Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahardi mengatakan pentingnya penerapan sustainable development pada industri diimplementasikan. Di mana industri hijau harus jadi role model di masa depan. Hal ini mengakomodasi standar sustainability untuk industri yang dapat dicapai dengan penerapan industri hijau.
"Kemenperin komitmen dengan industri hijau jadi bagian dari tujuan pembangunan industri nasional sesuai UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian. Karena industri Hijau marupakan icon di mana industri dalam proses produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas pemakaian sumber daya secara berkelanjutan," katanya di Jakarta, Kamis (15/10/2020).
Salah satu strategis yang akan dijalankan pemerintah, menurutnya, melalui circular economy pada industri. Yaitu menerapkan 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Repair). Dengan begitu material mentah dapat digunakan berkali-kali dalam berbagai daur hidup produk. Sehingga ekstraksi bahan mentah dari alam bisa lebih efektif dan efisien.
"Selain itu, circular economy juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan, karena akan diolah lagi jadi produk yang punya nilai tambah secara ekonomi," urai Doddy.
Sementara Gubernur Provinsi Jateng, Ganjar Pranowo, menambahkan saat ini Sungai Bengawan Solo masih ada pencemaran oleh puluhan industri. Di mana sebelum Desember 2020 pihak industri harus segera menyelesaikannya. "Kami telah minta industri itu memperbaiki sistem IPAL. Khusus IKM & UKM membuat IPAL Komunal agar limbahnya tak mencemari sungai Bengawan Solo, terutama IKM Ciu alkohol, batik, tahu/tempe dan ternak babi.Namun sampai Oktober 2020 ini permasalahan industri itu belum teratasi," ujar Ganjar.
Sedangkan, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marinves, Safri Burhanuddin, mengutarakan pencemaran dan kerusakan lingkungan di Sungai Citarum sebagai sungai terkotor di dunia dua tahun lalu mengakibatkan kerugian besar terhadap kesehatan, ekonomi, sosial, ekosistem, sumber daya lingkungan dan generasi mendatang.
Soal teknologi industri 4.0, sambungnya, sangat berkontribusi dalam program pengendalian DAS Citarum. Khususnya dalam peningkatan efisiensi dan kebutuhan akurasi data.
"Kami memanfaatkan teknologi 4.0 dalam pengendalian DAS Citarum, seperti: IoT Video Analytic dan CCTV, IoT Water Quality Monitoring System guna menganalisa data kualitas air sungai serta pengembangan website Citarumharum dan membentuk Command Center PPK. Dengan dukungan itu terjadi efisiensi biaya," tandasnya.
Lihat Juga: Wujudkan Kota Hijau Ramah Lingkungan, Kang Emil Bakal Beri Insentif Warga yang Tanam Pohon di Ruang Privat
(nng)
tulis komentar anda