AAJI Upayakan Genjot Edukasi dan Literasi Sejak Tingkat PAUD
Selasa, 27 Oktober 2020 - 01:47 WIB
JAKARTA - Ketua Bidang Marketing & Komunikasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Wiroyo Karsono mengatakan, pihaknya siap meningkatkan edukasi dan literasi asuransi dengan menyasar guru-guru PAUD . Menurutnya peran guru pendidikan dini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat berasuransi sejak dini.
"Edukasi paling baik adalah pada masa kanak-kanak. Karena itu peran guru PAUD sangat penting untuk mengenalkan asuransi," ujar Wiroyo dalam webinar dengan tema 'Tebarkan Benih Kebaikan dengan Berasuransi' di Jakarta.
(Baca Juga: Ekonomi Terpuruk, Industri Asuransi Bisa Selamat dengan Cara Ini )
Tidak hanya itu dia juga mengatakan pihaknya akan mendorong edukasi di wilayah tingkat dua seluruh Indonesia. Wilayah yang akan difokuskan adalah luar pulau Jawa. "Saat ini kesadaran berasuransi meningkat sejak pandemi covid19. Semua orang sadar bisa terkena virus dan penyakit sehingga butuh proteksi. Digitalisasi juga semakin dipercepat pada masa ini dan itu juga butuh edukasi," ujarnya.
Dia mengatakan, dalam rentang Maret hingga Juni 2020 industri asuransi telah membayarkan Rp 216 Miliar untuk klaim terkait covid19. Walaupun pemerintah mengatakan telah menanggung biaya pasien covid19 tapi pelaku industri tetap membayarkan.
"Dampak pandemi terutama adaptasi teknologi digital untuk pemasaran dan penjualan produk asuransi. Sebelumnya hanya untuk layanan karena biasanya penjualan menggunakan pendekatan langsung. Saat ini pengembangan digital dipercepat," ujarnya.
Sebelumnya Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan industri asuransi jiwa terkena dampak dari pandemi Covid19. Ini terlihat dari anjloknya total pendapatan asuransi jiwa sepanjang semester pertama 2020 sebesar 38,7%. Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, total pendapatan Rp72,57 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 118,3 triliun.
Dari total pendapatan semester pertama 2020 itu, mayoritas berasal dari pendapatan premi senilai Rp 88,02 triliun yang turun 2,5% secara year on year. Sedangkan dari hasil investasi anjlok sebesar 191,9%, dari Rp 22,82 triliun pada semester pertama 2019 menjadi negatif Rp 20,97 triliun.
(Baca Juga: Pelaku Industri Asuransi Jiwa Minta Relaksasi Demi Dongkrak Premi Baru )
"Edukasi paling baik adalah pada masa kanak-kanak. Karena itu peran guru PAUD sangat penting untuk mengenalkan asuransi," ujar Wiroyo dalam webinar dengan tema 'Tebarkan Benih Kebaikan dengan Berasuransi' di Jakarta.
(Baca Juga: Ekonomi Terpuruk, Industri Asuransi Bisa Selamat dengan Cara Ini )
Tidak hanya itu dia juga mengatakan pihaknya akan mendorong edukasi di wilayah tingkat dua seluruh Indonesia. Wilayah yang akan difokuskan adalah luar pulau Jawa. "Saat ini kesadaran berasuransi meningkat sejak pandemi covid19. Semua orang sadar bisa terkena virus dan penyakit sehingga butuh proteksi. Digitalisasi juga semakin dipercepat pada masa ini dan itu juga butuh edukasi," ujarnya.
Dia mengatakan, dalam rentang Maret hingga Juni 2020 industri asuransi telah membayarkan Rp 216 Miliar untuk klaim terkait covid19. Walaupun pemerintah mengatakan telah menanggung biaya pasien covid19 tapi pelaku industri tetap membayarkan.
"Dampak pandemi terutama adaptasi teknologi digital untuk pemasaran dan penjualan produk asuransi. Sebelumnya hanya untuk layanan karena biasanya penjualan menggunakan pendekatan langsung. Saat ini pengembangan digital dipercepat," ujarnya.
Sebelumnya Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan industri asuransi jiwa terkena dampak dari pandemi Covid19. Ini terlihat dari anjloknya total pendapatan asuransi jiwa sepanjang semester pertama 2020 sebesar 38,7%. Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, total pendapatan Rp72,57 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 118,3 triliun.
Dari total pendapatan semester pertama 2020 itu, mayoritas berasal dari pendapatan premi senilai Rp 88,02 triliun yang turun 2,5% secara year on year. Sedangkan dari hasil investasi anjlok sebesar 191,9%, dari Rp 22,82 triliun pada semester pertama 2019 menjadi negatif Rp 20,97 triliun.
(Baca Juga: Pelaku Industri Asuransi Jiwa Minta Relaksasi Demi Dongkrak Premi Baru )
tulis komentar anda