Kelola Limbah Batik, Kemenperin Revitalisasi IPAL Komunal Laweyan
Jum'at, 06 November 2020 - 11:12 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berperan aktif dalam menangani pencemaran Sungai Bengawan Solo dengan merevitalisasi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal di Kampung Batik Laweyan, Surakarta.
Revitalisasi tersebut dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) yang merupakan unit pelaksana teknis (UPT) di bawah binaan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin. (Baca: Amalan Ringan Ini Bisa Jadi Pembuka Berkah)
Kepala BBTPPI Ali Murtopo Simbolon mengatakan pihaknya telah merevitalisasi IPAL Komunal Laweyan pada Oktober 2019 memakai teknologi Planet 2020. “Hingga saat ini, IPAL tersebut masih berfungsi,” ujar Ali Murtopo, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, kemarin.
Teknologi Planet 2020, kata dia, memakai mikroorganisme (bakteri) untuk mengurai air limbah. Karena bakteri punya kemampuan memproses bahan organik di dalam limbah jadi sumber makanan dan energi. Limbah yang sudah diurai oleh bakteri akan mengalami penurunan kadar pencemar sehingga memenuhi baku mutu lingkungan dan aman dikembalikan ke lingkungan. (Baca juga: Mendikbud Sosialisasikan Perubahan Skema Dana Bos)
Ali Murtopo mengharapkan, Planet 2020 dapat membantu industri tidak lagi terbebani IPAL dengan mengembangkan teknologi yang lebih mudah, murah, dan ramah lingkungan dari yang ada di pasaran saat ini. “Teknologi ini terbukti efektif, efisien, dan sustainable,” katanya.
Kepala BPPI Doddy Rahadi mengatakan UPT yang dipimpinnya harus dapat dirasakan manfaatnya oleh daerah maupun industri yang dibina baik dalam penyelesaian berbagai masalah industri maupun meningkatkan daya saing. “Saya mengapresiasi BBTPPI sebagai UPT bidang pencegahan pencemaran industri telah membantu menyelesaikan pengolahan limbah IKM Batik di IPAL Komunal Laweyan ini,” kata Doddy. (Lihat videonya: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga)
Menurutnya, sustainable development jadi keharusan diimplementasikan oleh industri. Adapum industri hijau yang ramah lingkungan harus jadi model industri masa depan. Karena sudah saatnya pembangunan industri di Indonesia menerapkan konsep industri hijau yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. (Sudarsono)
Revitalisasi tersebut dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) yang merupakan unit pelaksana teknis (UPT) di bawah binaan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin. (Baca: Amalan Ringan Ini Bisa Jadi Pembuka Berkah)
Kepala BBTPPI Ali Murtopo Simbolon mengatakan pihaknya telah merevitalisasi IPAL Komunal Laweyan pada Oktober 2019 memakai teknologi Planet 2020. “Hingga saat ini, IPAL tersebut masih berfungsi,” ujar Ali Murtopo, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, kemarin.
Teknologi Planet 2020, kata dia, memakai mikroorganisme (bakteri) untuk mengurai air limbah. Karena bakteri punya kemampuan memproses bahan organik di dalam limbah jadi sumber makanan dan energi. Limbah yang sudah diurai oleh bakteri akan mengalami penurunan kadar pencemar sehingga memenuhi baku mutu lingkungan dan aman dikembalikan ke lingkungan. (Baca juga: Mendikbud Sosialisasikan Perubahan Skema Dana Bos)
Ali Murtopo mengharapkan, Planet 2020 dapat membantu industri tidak lagi terbebani IPAL dengan mengembangkan teknologi yang lebih mudah, murah, dan ramah lingkungan dari yang ada di pasaran saat ini. “Teknologi ini terbukti efektif, efisien, dan sustainable,” katanya.
Kepala BPPI Doddy Rahadi mengatakan UPT yang dipimpinnya harus dapat dirasakan manfaatnya oleh daerah maupun industri yang dibina baik dalam penyelesaian berbagai masalah industri maupun meningkatkan daya saing. “Saya mengapresiasi BBTPPI sebagai UPT bidang pencegahan pencemaran industri telah membantu menyelesaikan pengolahan limbah IKM Batik di IPAL Komunal Laweyan ini,” kata Doddy. (Lihat videonya: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga)
Menurutnya, sustainable development jadi keharusan diimplementasikan oleh industri. Adapum industri hijau yang ramah lingkungan harus jadi model industri masa depan. Karena sudah saatnya pembangunan industri di Indonesia menerapkan konsep industri hijau yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. (Sudarsono)
(ysw)
tulis komentar anda