Nasib Garuda: Dihajar Rugi, Terbawa-bawa Kasus Dugaan Suap di Luar Negeri
Jum'at, 06 November 2020 - 16:16 WIB
JAKARTA - Sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah Nasib Garuda Indonesia , seperti dihajar luar dalam.
Di Inggris nama Garuda terseret-seret kasus dugaan suap yang melibatkan dirut lamanya dengan sebuah perusahaan asal Kanada, Bombardier. Di dalam negeri, Garuda dilibas oleh kerugian yang segede gaban. ( Baca juga:Dugaan Suap Pesawat Bombardier, Bos Garuda Hormati Proses Hukum )
Pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia begitu mempengaruhi kinerja maskapai pelat merah itu. Pada laporan keuangan kuartal III-2020, Garuda Indonesia mencatatkan kerugian sebesar USD1,07 miliar atau sekitar Rp15,3 triliun (kurs Rp14.321). Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya, perseroan mencatatkan laba sebesar USD122,4 juta.
Dikutip dari laporan keuangan perseroan, faktor yang menyebabkan kerugian adalah menurunnya pendapatan perseroan. Pada kuartal III-2020 GIAA mencatatkan pendapatan sebesar USD1,13 miliar atau turun 67,83% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, USD3,54 miliar. Rugi per saham dasar tercatat USD0,04152.
Pendapatan dari penerbangan berjadwal mengalami penurunan signifikan, yaitu USD917,2 juta dari sebelumnya USD2,79 miliar. Begitu juga dengan penerbangan tidak berjadwal sebesar USD46,9 juta dari sebelumnya USD249,9 juta dan pendapatan lainnya sebesar USD174,5 juta dari sebelumnya USD494,8 juta.
Garuda Indonesia mencatatkan adanya penurunan beban usaha di kuartal III-2020 yaitu sebesar USD2,24 miliar atau turun 31,71% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD3,28 miliar. Perseroan juga mencatat adanya beban lain-lain sebesar USD30,5 juta dari sebelumnya surplus USD13,6 juta. ( Baca juga:Pilpres AS Kacau Tanpa Pemenang Pasti, Publik China Tertawa )
Garuda Indonesia mencatatkan liabilitas sebesar USD10,36 miliar dan ekuitas sebesar negatif USD455,5 juta. Adapun total aset perseroan meningkat menjadi USD9,90 miliar dibanding periode Desember 2019 sebesar USD4,45 miliar.
Di Inggris nama Garuda terseret-seret kasus dugaan suap yang melibatkan dirut lamanya dengan sebuah perusahaan asal Kanada, Bombardier. Di dalam negeri, Garuda dilibas oleh kerugian yang segede gaban. ( Baca juga:Dugaan Suap Pesawat Bombardier, Bos Garuda Hormati Proses Hukum )
Pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia begitu mempengaruhi kinerja maskapai pelat merah itu. Pada laporan keuangan kuartal III-2020, Garuda Indonesia mencatatkan kerugian sebesar USD1,07 miliar atau sekitar Rp15,3 triliun (kurs Rp14.321). Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya, perseroan mencatatkan laba sebesar USD122,4 juta.
Dikutip dari laporan keuangan perseroan, faktor yang menyebabkan kerugian adalah menurunnya pendapatan perseroan. Pada kuartal III-2020 GIAA mencatatkan pendapatan sebesar USD1,13 miliar atau turun 67,83% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, USD3,54 miliar. Rugi per saham dasar tercatat USD0,04152.
Pendapatan dari penerbangan berjadwal mengalami penurunan signifikan, yaitu USD917,2 juta dari sebelumnya USD2,79 miliar. Begitu juga dengan penerbangan tidak berjadwal sebesar USD46,9 juta dari sebelumnya USD249,9 juta dan pendapatan lainnya sebesar USD174,5 juta dari sebelumnya USD494,8 juta.
Garuda Indonesia mencatatkan adanya penurunan beban usaha di kuartal III-2020 yaitu sebesar USD2,24 miliar atau turun 31,71% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD3,28 miliar. Perseroan juga mencatat adanya beban lain-lain sebesar USD30,5 juta dari sebelumnya surplus USD13,6 juta. ( Baca juga:Pilpres AS Kacau Tanpa Pemenang Pasti, Publik China Tertawa )
Garuda Indonesia mencatatkan liabilitas sebesar USD10,36 miliar dan ekuitas sebesar negatif USD455,5 juta. Adapun total aset perseroan meningkat menjadi USD9,90 miliar dibanding periode Desember 2019 sebesar USD4,45 miliar.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda