Percepatan Teknologi Dorong Transformasi Media Sosial

Sabtu, 14 November 2020 - 06:21 WIB
Percepatan Teknologi Dorong Transformasi Media Sosial
JAKARTA - JAKARTA - Media sosial datang silih berganti seiring dengan perkembangan dan percepatan teknologi informasi. Beberapa dari mereka terus mendunia, tapi tak sedikit pula yang terkena seleksi alam alias berhenti beroperasi.

Di Indonesia, masyarakat mulai terbiasa berjejaring semenjak mengenal Friendster pada 2002. Mereka dapat berteman dengan siapa pun di dunia maya dan itu menjadi suasana baru yang menyenangkan setelah sebelumnya mereka hanya berkomunikasi dalam obrolan tertutup melalui Yahoo Messager dan mIRC.

Di Friendster, pengguna dapat lebih terbuka untuk saling berkomentar dalam kolom testimoni. Hal lain yang tidak dapat dilupakan dari Friendster ialah tampilan berwarna yang dapat diganti untuk kolom profil pengguna. Sayang, Friendster kalah teknologi dari media sosial yang datang dua tahun setelahnya hingga akhirnya gulung tikar.

Facebook sekilas mirip, namun terlalu banyak hal baru yang dibawa Facebook sehingga semakin lama pengguna Friendster pindah ke Facebook. Setiap tahunnya media sosial semakin beragam, hanya mulai berbagi gambar dan video seperti Flickr, MySpace, Pinterest, hingga Instagram dan Snapchat yang dengan mudah dapat mengedit video sebelum diunggah.



Beberapa media sosial yang tidak dapat mengikuti keinginan pengguna pun perlahan ditinggalkan dan berakhir dengan tutupnya aplikasi mereka. Seperti yang terjadi pada Path, konsep jurnal pribadi yang kerap membagikan kapan pengguna bangun tidur, judul buku yang sedang dibaca, lagu yang tengah didengarkan, hingga lokasi keberadaan seseorang nyatanya bukan menjadi keinginan generasi saat ini.

Media sosial pun perlu bertransformasi untuk agar tetap dibutuhkan oleh pengguna. Contohnya, Twitter yang kini ingin menyajikan konten bersifat real time dalam bentuk teks, foto, juga video. Tidak salah jika kita ingin mengetahui hal paling update hanya perlu scroll timeline Twitter. Media massa pun kini memiliki akun Twitter sebagai tempat pemberitaan yang aktual.

Hal tersebut yang diyakini membuat aplikasi Twitter masih setiap hadir di ponsel pintar masyarakat. Pengamat media sosial, Enda Nasution mengatakan, kekuatan media sosial itu sebenarnya bukan ada pada fitur tetapi jaringan sosial di dalam media sosial itu sendiri.

"Tidak heran media sosial memang kerap disebut jejaring sosial. Tempat untuk berjejaring atau selalu terhubung dengan teman-teman. Kalau kita sudah di situ beserta teman-teman kita tentu akan sulit keluar dari platform tersebut," ungkapnya.

Jika dibandingkan dengan marketplace, ada platform yang menjadi top pertama dan kedua. Namun, yang lainnya masih bisa bertahan karena masih dihuni oleh penjual, juga dagangan yang dipromosikan. Enda menyebut, barang itu kemungkinan dapat membuat marketplace tersebut tetap dipilih pengguna.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More