MenkopUKM Dorong Petani Bangun Korporatisasi Petani Melalui Koperasi
Rabu, 18 November 2020 - 19:22 WIB
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM mendorong para petani, pekebun, dan nelayan yang sebagian besar tergolong pelaku UMKM di Indonesia untuk mulai berkonsolidasi dan membangun korporatisasi petani melalui koperasi.
MenkopUKM Teten Masduki menyatakan masih ada tantangan pengelolaan pertanian rakyat di Indonesia yang di dalamnya adalah skala kecil, yakni tata kelola belum modern, dan masuk ke industri hilir.
Untuk mengatasi hal ini pihaknya memberi solusi yaitu dengan korporatisasi petani, yakni mendorong petani untuk membangun kelembagaan usaha yang dikelola secara profesional dan dalam skala keekonomian.
“Kami mengembangkan program di KemenkopUKM yang disebut korporatisasi petani,” kata Teten dalam acara Jakarta Food Security Summit yang digelar secara virtual, Rabu (18/11/2020),
Ia mengatakan sektor pertanian termasuk di dalamnya perikanan masih didominasi oleh para pelaku UMKM dengan 90 persen pelaku di dalamnya.
“Arahan Presiden Jokowi pada Rapat Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta 12 September 2017 agar petani diorganisir dalam korporasi dengan tujuan agar berdaulat atas hasil produknya atau menikmati nilai tambah di on farm dan off farm, membangun industri dengan skala ekonomi yang besar dan tata kelola manajemen yang profesional,” katanya.
“Kalau kita lihat kondisi pertanian, perkebunan, dan perikanan kontribusi kepada PDB 13 persen, persentase terbesar UMKM di pertanian,” katanya.
Pihaknya telah memetakan koperasi di sektor pangan yang potensial untuk didorong menjadi koperasi modern. “Kami sedang mengexcercise 8 komoditas pangan untuk masuk dalam korporatisasi petani,” katanya.
Saat ini, kata Teten, KemenkopUKM bersama dengan Agriterra telah menggulirkan sebuah gagasan pengembangan korporasi petani model koperasi, yaitu sebuah upaya menjadikan petani sebagai penikmat terbesar dari nilai tambah yang tercipta dengan cara berinvestasi mendirikan industri pengolahan miliknya.
Terdapat 7 koperasi yang menjadi pilot project yakni KSU Citra Kinaraya, Demak – Jateng (Komoditas Beras premium specialty), Koperasi Berkah Multi Generasi, Bandung – Jabar (Komoditas Kentang), dan KPMK Pangandaran – Jabar (Komoditas Kelapa).
Kemudian Koperasi Rakyat Halmahera – Maluku Utara (Komoditas Kelapa), KAN Jabung, Malang – Jatim (Komoditas Tebu/Susu), Koperasi Pugar Ronggolawe Makmur, Tuban – Jatim (Komoditas Garam), dan KPSP Saluyu, Kuningan – Jabar (Komoditas Susu).(adv)
MenkopUKM Teten Masduki menyatakan masih ada tantangan pengelolaan pertanian rakyat di Indonesia yang di dalamnya adalah skala kecil, yakni tata kelola belum modern, dan masuk ke industri hilir.
Untuk mengatasi hal ini pihaknya memberi solusi yaitu dengan korporatisasi petani, yakni mendorong petani untuk membangun kelembagaan usaha yang dikelola secara profesional dan dalam skala keekonomian.
“Kami mengembangkan program di KemenkopUKM yang disebut korporatisasi petani,” kata Teten dalam acara Jakarta Food Security Summit yang digelar secara virtual, Rabu (18/11/2020),
Ia mengatakan sektor pertanian termasuk di dalamnya perikanan masih didominasi oleh para pelaku UMKM dengan 90 persen pelaku di dalamnya.
“Arahan Presiden Jokowi pada Rapat Terbatas di Kantor Presiden, Jakarta 12 September 2017 agar petani diorganisir dalam korporasi dengan tujuan agar berdaulat atas hasil produknya atau menikmati nilai tambah di on farm dan off farm, membangun industri dengan skala ekonomi yang besar dan tata kelola manajemen yang profesional,” katanya.
“Kalau kita lihat kondisi pertanian, perkebunan, dan perikanan kontribusi kepada PDB 13 persen, persentase terbesar UMKM di pertanian,” katanya.
Pihaknya telah memetakan koperasi di sektor pangan yang potensial untuk didorong menjadi koperasi modern. “Kami sedang mengexcercise 8 komoditas pangan untuk masuk dalam korporatisasi petani,” katanya.
Saat ini, kata Teten, KemenkopUKM bersama dengan Agriterra telah menggulirkan sebuah gagasan pengembangan korporasi petani model koperasi, yaitu sebuah upaya menjadikan petani sebagai penikmat terbesar dari nilai tambah yang tercipta dengan cara berinvestasi mendirikan industri pengolahan miliknya.
Terdapat 7 koperasi yang menjadi pilot project yakni KSU Citra Kinaraya, Demak – Jateng (Komoditas Beras premium specialty), Koperasi Berkah Multi Generasi, Bandung – Jabar (Komoditas Kentang), dan KPMK Pangandaran – Jabar (Komoditas Kelapa).
Kemudian Koperasi Rakyat Halmahera – Maluku Utara (Komoditas Kelapa), KAN Jabung, Malang – Jatim (Komoditas Tebu/Susu), Koperasi Pugar Ronggolawe Makmur, Tuban – Jatim (Komoditas Garam), dan KPSP Saluyu, Kuningan – Jabar (Komoditas Susu).(adv)
(atk)
tulis komentar anda