Menkeu: Momentum Perbaikan Ekonomi Berubah Terdampak Covid-19
Senin, 11 Mei 2020 - 11:34 WIB
JAKARTA - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menilai momentum perbaikan perekonomian yang mulai terlihat pada awal tahun 2020 berubah arah. Hal itu terjadi karena pandemi global corona virus disease (Covid-19).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, Covid-19 menyebar sangat cepat ke seluruh dunia, mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan kematian.
"Wabah yang dimulai di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 itu kini telah mengakibatkan 4,1 juta orang terinfeksi dan 281.000 orang di antaranya meninggal dunia," ujarnya di Jakarta, Senin (11/5/2020).
Sri Mulyani melanjutkan, episentrum penyebaran Covid-19 telah bergeser ke Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini penyebaran masih eskalatif di berbagai negara termasuk di Indonesia.
"Kondisi ini menciptakan ketidakpastian yang tinggi. Tidak ada satu negara pun yang dapat memprediksi kapan pandemi akan berakhir," katanya.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, maka dilakukan langkah-langkah ekstrem membatasi interaksi antarmanusia. Pembatasan sosial (social distancing) dilakukan dalam bentuk pelarangan perjalanan (travel ban), penutupan perbatasan antarnegara (closed borders), penutupan sekolah, kantor, dan tempat ibadah bahkan isolasi suatu wilayah tertentu (lockdown).
"Berbagai langkah ini menyebabkan aktivitas ekonomi menurun drastis. Aktivitas ekonomi terganggu dari dua sisi sekaligus, baik dari sisi permintaan (demand) maupun dari sisi penawaran (supply)," katanya.
Sri Mulyani menambahkan, tingkat konsumsi tertekan. Tingkat produksi terkendala. Rantai pasokan global terganggu. Semua ini berujung pada penurunan output global yang sangat besar. Ketika kondisi ini berlanjut, maka rambatan dampaknya juga berpotensi mengakibatkan gangguan stabilitas sistem keuangan. "Pandemi Covid-19 juga menyebabkan kepanikan di pasar keuangan global," pungkasnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, Covid-19 menyebar sangat cepat ke seluruh dunia, mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan kematian.
"Wabah yang dimulai di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 itu kini telah mengakibatkan 4,1 juta orang terinfeksi dan 281.000 orang di antaranya meninggal dunia," ujarnya di Jakarta, Senin (11/5/2020).
Sri Mulyani melanjutkan, episentrum penyebaran Covid-19 telah bergeser ke Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini penyebaran masih eskalatif di berbagai negara termasuk di Indonesia.
"Kondisi ini menciptakan ketidakpastian yang tinggi. Tidak ada satu negara pun yang dapat memprediksi kapan pandemi akan berakhir," katanya.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, maka dilakukan langkah-langkah ekstrem membatasi interaksi antarmanusia. Pembatasan sosial (social distancing) dilakukan dalam bentuk pelarangan perjalanan (travel ban), penutupan perbatasan antarnegara (closed borders), penutupan sekolah, kantor, dan tempat ibadah bahkan isolasi suatu wilayah tertentu (lockdown).
"Berbagai langkah ini menyebabkan aktivitas ekonomi menurun drastis. Aktivitas ekonomi terganggu dari dua sisi sekaligus, baik dari sisi permintaan (demand) maupun dari sisi penawaran (supply)," katanya.
Sri Mulyani menambahkan, tingkat konsumsi tertekan. Tingkat produksi terkendala. Rantai pasokan global terganggu. Semua ini berujung pada penurunan output global yang sangat besar. Ketika kondisi ini berlanjut, maka rambatan dampaknya juga berpotensi mengakibatkan gangguan stabilitas sistem keuangan. "Pandemi Covid-19 juga menyebabkan kepanikan di pasar keuangan global," pungkasnya.
(fai)
tulis komentar anda