Ingin Ekonomi Pulih, Pengusaha Minta Stabilitas Keamanan dan Ketertiban di Ibu Kota
Selasa, 08 Desember 2020 - 22:18 WIB
JAKARTA - Pada tahun 2020 menjadi tahun yang cukup berat bagi seluruh lapisan masyarakat di Tanah Air. Kondisi serupa juga dialami para pelaku usaha yang bergerak di sektor konstruksi , khususnya di industri baja ringan .
Seperti diketahui di awal tahun, sebelum berakhirnya gempuran baja ringan impor yang massif, pandemi Covid-19 merebak. China sebagai salah satu produsen terbesar baja dunia yang menjadi sumber penyebaran virus corona, menghentikan aktivitas industrinya. Namun kondisi ini juga sulit dimanfaatkan para pelaku usaha baja dalam negeri.
(Baca Juga: Ini Upaya Kemenperin Lindungi Produk Baja Nasional )
Supplay dan demand dalam negeri saat pandemi terganggu akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Proyek-proyek infrastruktur sebagian besar terhenti. Pabrik banyak yang berhenti beroperasi dan dampaknya perekonomian terpuruk.
Sekjen Asosiasi Roll Forming Indonesia (ARFI), Nicolas Kesuma dalam keterangan tertulisnya Selasa (8/12/2020) mengakui, tantangan di tahun 2020 memang sangat berat. Bahkan menurutnya, dampak perekonomian di tahun ini lebih berat dari dampak krisis ekonomi tahun 1998 silam.
“Tantangan di tahun 2020 ini sangat berat. Bahkan beberapa teman-teman (pengusaha-red) sendiri itu mengatakan bahwa tahun 2020 ini efek pandemi lebih parah dari 1998 (krisis ekonomi),” terang Nicolas kepada wartawan.
Sejak pertengahan tahun, pemerintah sendiri telah berupaya melakukan pemulihan ekonomi nasional. Semua sektor industri yang mampu membangkitkan perekonomian didorong untuk kembali berproduksi. Berbagai bantuan stimulan digelontorkan untuk menggerakkannya dengan harapan ekonomi bangsa bisa stabil kembali.
(Baca Juga: Thailand Hentikan Bea Masuk Safeguard Baja Canai Panas, Lets Go Ekspor )
“Untuk itu pemerintahan Presiden Joko Widodo membentuk Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional (Satgas PEN) di bawah komando Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto. Tim khusus ini bertugas untuk memulihkan perekonomian bangsa. Jadi semua sektor industri itu dibangkitkan kembali untuk mendorong roda perekonomian,” terang Nicolas lagi.
Para pelaku usaha sendiri tidak tinggal diam. Berbagai inovasi dilakukan untuk dapat meningkatkan utilitas produksi mereka. Namun demikian, Nicolas menjelaskan, hal yang paling penting di penghujung tahun 2020 ini dari kacamata Sekjen ARFI ini adalah adanya faktor-faktor Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST).
Nico menjelaskan, faktor ini yang sangat krusial untuk dijaga bersama seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Insiden-insiden yang dinilai berpotensi mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban, khususnya yang terjadi di Ibu kota, yang bisa berdampak pada proses pemulihan ekonomi di tahun 2021 harus bisa dihindari.
Hal ini dinilai sangat penting guna membangun optimisme para pengusaha yang sangat mengharapkan adanya rebound di tahun 2021 mendatang. Dia juga mendukung penuh kepada TNI-Polri agar menjaga stabilitas kondisi NKRI yang lebih aman dan kondusif karena kondusifitas inilah yang akan membantu dalam upaya mendongkrak ekonomi bangsa.
Seperti diketahui di awal tahun, sebelum berakhirnya gempuran baja ringan impor yang massif, pandemi Covid-19 merebak. China sebagai salah satu produsen terbesar baja dunia yang menjadi sumber penyebaran virus corona, menghentikan aktivitas industrinya. Namun kondisi ini juga sulit dimanfaatkan para pelaku usaha baja dalam negeri.
(Baca Juga: Ini Upaya Kemenperin Lindungi Produk Baja Nasional )
Supplay dan demand dalam negeri saat pandemi terganggu akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Proyek-proyek infrastruktur sebagian besar terhenti. Pabrik banyak yang berhenti beroperasi dan dampaknya perekonomian terpuruk.
Sekjen Asosiasi Roll Forming Indonesia (ARFI), Nicolas Kesuma dalam keterangan tertulisnya Selasa (8/12/2020) mengakui, tantangan di tahun 2020 memang sangat berat. Bahkan menurutnya, dampak perekonomian di tahun ini lebih berat dari dampak krisis ekonomi tahun 1998 silam.
“Tantangan di tahun 2020 ini sangat berat. Bahkan beberapa teman-teman (pengusaha-red) sendiri itu mengatakan bahwa tahun 2020 ini efek pandemi lebih parah dari 1998 (krisis ekonomi),” terang Nicolas kepada wartawan.
Sejak pertengahan tahun, pemerintah sendiri telah berupaya melakukan pemulihan ekonomi nasional. Semua sektor industri yang mampu membangkitkan perekonomian didorong untuk kembali berproduksi. Berbagai bantuan stimulan digelontorkan untuk menggerakkannya dengan harapan ekonomi bangsa bisa stabil kembali.
(Baca Juga: Thailand Hentikan Bea Masuk Safeguard Baja Canai Panas, Lets Go Ekspor )
“Untuk itu pemerintahan Presiden Joko Widodo membentuk Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional (Satgas PEN) di bawah komando Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto. Tim khusus ini bertugas untuk memulihkan perekonomian bangsa. Jadi semua sektor industri itu dibangkitkan kembali untuk mendorong roda perekonomian,” terang Nicolas lagi.
Para pelaku usaha sendiri tidak tinggal diam. Berbagai inovasi dilakukan untuk dapat meningkatkan utilitas produksi mereka. Namun demikian, Nicolas menjelaskan, hal yang paling penting di penghujung tahun 2020 ini dari kacamata Sekjen ARFI ini adalah adanya faktor-faktor Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST).
Nico menjelaskan, faktor ini yang sangat krusial untuk dijaga bersama seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Insiden-insiden yang dinilai berpotensi mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban, khususnya yang terjadi di Ibu kota, yang bisa berdampak pada proses pemulihan ekonomi di tahun 2021 harus bisa dihindari.
Hal ini dinilai sangat penting guna membangun optimisme para pengusaha yang sangat mengharapkan adanya rebound di tahun 2021 mendatang. Dia juga mendukung penuh kepada TNI-Polri agar menjaga stabilitas kondisi NKRI yang lebih aman dan kondusif karena kondusifitas inilah yang akan membantu dalam upaya mendongkrak ekonomi bangsa.
(akr)
tulis komentar anda