Komitmen Kembangkan Energi Alternatif, Pertamina Lanjutkan Kajian Gasifikasi Batubara
Rabu, 09 Desember 2020 - 09:20 WIB
JAKARTA - Komitmen Pertamina untuk mengembangkan energi alternatif terus ditunjukkan. Salah satunya adalah untuk pengembangan program gasifikasi batubara yang dapat diproses menjadi bahan bakar pengganti LPG, yaitu DME (Dimethyl Ether).
Hal ini ditunjukkan dalam penandatanganan nota kesepahaman kerja sama strategis gasifikasi batubara antara Pertamina dengan sejumlah perusahaan batubara di Jakarta, Senin (7/12/2020). (Dalam implementasinya Pertamina menugaskan PT. Pertamina Patra Niaga yang merupakan Subholding Commercial & Trading Pertamina)
Kerja sama ini pun diapresiasi oleh Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin. Menurutnya, kerja sama ini sangat strategis mengingat Indonesia memiliki cukup banyak potensi batubara berkalori rendah.
“Atas nama ESDM, kami menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya karena program ini akan menjadi keunggulan kompetitif kita. Dengan gasifikasi batubara, maka bisa menjadi subtitusi impor. Dan kita juga berusaha menarik investasi lebih banyak, sehingga dapat mendatangkan multiplier effect,” ujarnya.
Sejalan dengan Ridwan, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, program gasifikasi batubara merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia sekaligus mengurangi impor LPG. Namun ia menekankan pentingnya penerapan teknologi yang tepat dalam program ini sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan yang dikhawatirkan dari penggunaan batubara.
“Program pengurangan impor BBM dan LPG ini sejalan dengan strategi Pertamina ke depan untuk mengoptimalkan sumber daya alam sebagai bahan baku energi sehingga dapat mengurangi impor dan defisit neraca perdagangan. Dengan banyaknya sumber daya yang dimiliki Indonesia dan teknologi yang tepat, maka isu lingkungan dapat dibuktikan. Bahwa program gasifikasi batubara menjadi DME menggantikan LPG tidak akan menjadi isu lingkungan di Indonesia. Pemilihan teknologi menjadi kunci,” tegasnya.
Ia pun menyampaikan, program ini perlu didukung oleh kepastian regulasi ke depannya sehingga menjadi stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, industri dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia.
Program gasifikasi batubara sebetulnya sudah dimulai Pertamina sejak beberapa waktu lalu. Dan sebagai bentuk komitmen, Pertamina melanjutkan program ini dengan menggandeng lebih banyak perusahaan batubara, di antaranya adalah PT Adaro Energy Tbk dan PT Indika Energy Tbk.
Menanggapi hal tersebut, Komisaris PT Adaro Energy Tbk Arini Saraswaty Subianto menjelaskan bahwa pihaknya mengapresiasi langkah Pertamina untuk mengembangkan gasifikasi batubara dalam rangka mendukung upaya pemerintah pada program peningkatan nilai tambah batubara.
“Selain membuka peluang diversifikasi serta pengembangan bisnis bagi Adaro dan Pertamina, kami berharap kerja sama ini dapat membawa banyak manfaat bagi Indonesia, terutama dalam usaha untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi defisit neraca perdagangan, mengurangi beban subsidi pada APBN, dan menjadi katalis untuk pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat lokal maupun nasional,” ujar Arini.
Sementara Direktur Utama PT Indika Energy Tbk, Arsjad Rasjid menjelaskan bahwa pihaknya mendukung langkah Pertamina untuk mengembangkan gasifikasi batubara.
“Kerja sama untuk melakukan kajian gasifikasi batubara ini merupakan wujud sinergi dan gotong-royong antara Pemerintah, BUMN, dan swasta yang sangat strategis. Indika Energy berharap inisiatif ini dapat mendorong pengembangan teknologi hilirisasi batubara yang mumpuni, menciptakan investasi baru, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,” tutur Arsjad.
Hal ini ditunjukkan dalam penandatanganan nota kesepahaman kerja sama strategis gasifikasi batubara antara Pertamina dengan sejumlah perusahaan batubara di Jakarta, Senin (7/12/2020). (Dalam implementasinya Pertamina menugaskan PT. Pertamina Patra Niaga yang merupakan Subholding Commercial & Trading Pertamina)
Kerja sama ini pun diapresiasi oleh Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin. Menurutnya, kerja sama ini sangat strategis mengingat Indonesia memiliki cukup banyak potensi batubara berkalori rendah.
“Atas nama ESDM, kami menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya karena program ini akan menjadi keunggulan kompetitif kita. Dengan gasifikasi batubara, maka bisa menjadi subtitusi impor. Dan kita juga berusaha menarik investasi lebih banyak, sehingga dapat mendatangkan multiplier effect,” ujarnya.
Sejalan dengan Ridwan, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, program gasifikasi batubara merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia sekaligus mengurangi impor LPG. Namun ia menekankan pentingnya penerapan teknologi yang tepat dalam program ini sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan yang dikhawatirkan dari penggunaan batubara.
“Program pengurangan impor BBM dan LPG ini sejalan dengan strategi Pertamina ke depan untuk mengoptimalkan sumber daya alam sebagai bahan baku energi sehingga dapat mengurangi impor dan defisit neraca perdagangan. Dengan banyaknya sumber daya yang dimiliki Indonesia dan teknologi yang tepat, maka isu lingkungan dapat dibuktikan. Bahwa program gasifikasi batubara menjadi DME menggantikan LPG tidak akan menjadi isu lingkungan di Indonesia. Pemilihan teknologi menjadi kunci,” tegasnya.
Ia pun menyampaikan, program ini perlu didukung oleh kepastian regulasi ke depannya sehingga menjadi stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, industri dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia.
Program gasifikasi batubara sebetulnya sudah dimulai Pertamina sejak beberapa waktu lalu. Dan sebagai bentuk komitmen, Pertamina melanjutkan program ini dengan menggandeng lebih banyak perusahaan batubara, di antaranya adalah PT Adaro Energy Tbk dan PT Indika Energy Tbk.
Menanggapi hal tersebut, Komisaris PT Adaro Energy Tbk Arini Saraswaty Subianto menjelaskan bahwa pihaknya mengapresiasi langkah Pertamina untuk mengembangkan gasifikasi batubara dalam rangka mendukung upaya pemerintah pada program peningkatan nilai tambah batubara.
“Selain membuka peluang diversifikasi serta pengembangan bisnis bagi Adaro dan Pertamina, kami berharap kerja sama ini dapat membawa banyak manfaat bagi Indonesia, terutama dalam usaha untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi defisit neraca perdagangan, mengurangi beban subsidi pada APBN, dan menjadi katalis untuk pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat lokal maupun nasional,” ujar Arini.
Sementara Direktur Utama PT Indika Energy Tbk, Arsjad Rasjid menjelaskan bahwa pihaknya mendukung langkah Pertamina untuk mengembangkan gasifikasi batubara.
“Kerja sama untuk melakukan kajian gasifikasi batubara ini merupakan wujud sinergi dan gotong-royong antara Pemerintah, BUMN, dan swasta yang sangat strategis. Indika Energy berharap inisiatif ini dapat mendorong pengembangan teknologi hilirisasi batubara yang mumpuni, menciptakan investasi baru, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,” tutur Arsjad.
(alf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda