Indonesia Bisa Bercermin dari Mesir Soal Perbaikan Investasi Migas
Senin, 14 Desember 2020 - 11:53 WIB
JAKARTA - Tenaga Ahli Komite Pengawas SKK Migas, Nanang Abdul Manaf mengatakan, Indonesia bisa bercermin dari success story di Mesir dan Kolombia dalam urusan memperbaiki investasi hulu migas dan meningkatkan cadangan dan produksi migas dalam waktu singkat. Dia mengungkapkan, Mesir pada tahun 2015 hingga 2017 melakukan eksplorasi secara masif demi penyediaan data 3D.
"Upaya tersebut menggandeng lembaga geosains dunia. Hasilnya data yang ditawarkan Mesir diminati banyak investor yang tertarik," ujar Nanang Abdul Manaf di Jakarta, Senin (14/12/2020).
(Baca Juga: RI Butuh Energi Besar untuk Jadi Negara Maju, Sri Mulyani Sentil Produksi Migas )
Hasil dari proses tersebut adalah penemuan giant field mencapai 40 trillion cubic feet (tcf) gas dan telah mulai produksi. "Mereka cepat melakukan reformasi dan survei 3D dengan masif lalu penemuan dan produksi. Proses efisien dan efektif ini yang ditunggu, investor butuh kecepatan," ujar Nanang.
Sementara di Kolombia, pihak investor menjadi target pemerintah. Pemerintahnya tidak memberlakukan special tax bagi para investor serta ada fleksibilitas perpajakan. Seperti pertimbangan variabel harga minyak serta kondisi geologi cadangan. Dalam kondisi harga minyak yang turun seperti saat ini, investor dapat tetap menjalankan bisnis dan investasi.
Lebih lanjut dia menerangkan, Mesir dan Kolombia menghargai kesucian kontrak karena tidak ada perubahan pasca kontrak diresmikan hingga selesai kontrak 30 tahun mendatang.
Dorongan para Kontraktor KKS untuk kembali menggeliatkan kembali kegiatan eksplorasi dan produksi migas sangat penting. Dengan adanya dorongan ini menunjukkan adanya semangat yang sama untuk memastikan bahwa industri migas Indonesia bisa bertahan di tengah ketidakpastian harga minyak dunia dan pandemi Covid-19.
Penerapan teknologi juga jadi salah satu poin penting di sektor hulu migas sehingga bisa lepas dari ketergantungan terhadap harga minyak dunia. Semakin baru teknologi yang digunakan akan menghasilkan efisiensi, yang membuat keekonomian menjadi semakin baik.
(Baca Juga: Di Depan Pelaku Industri, Sri Mulyani Beberkan 5 Cara Dorong Produksi Migas )
Teknologi terbaru tentu akan mendukung eksplorasi migas Indonesia mulai dari teknologi dan alat pendukung pengeboran hingga metode produksi minyak lanjutan atau Enhance Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi lapangan migas existing.
Bersama seluruh kementerian dan pemangku kepentingan lainnya, SKK Migas mengajak seluruh elemen untuk dapat berperan aktif dalam usaha peningkatan produksi migas Nasional dengan melakukan perubahan paradigma demi industri hulu migas Indonesia yang semakin bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
"Pada akhirnya, kebangkitan industri hulu migas ini akan kembali menggeliat dan mencetak sejarah baru karena semua pihak ikut berpartisipasi mewujudkan visi bersama, yakni target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada 2030," paparnya.
"Upaya tersebut menggandeng lembaga geosains dunia. Hasilnya data yang ditawarkan Mesir diminati banyak investor yang tertarik," ujar Nanang Abdul Manaf di Jakarta, Senin (14/12/2020).
(Baca Juga: RI Butuh Energi Besar untuk Jadi Negara Maju, Sri Mulyani Sentil Produksi Migas )
Hasil dari proses tersebut adalah penemuan giant field mencapai 40 trillion cubic feet (tcf) gas dan telah mulai produksi. "Mereka cepat melakukan reformasi dan survei 3D dengan masif lalu penemuan dan produksi. Proses efisien dan efektif ini yang ditunggu, investor butuh kecepatan," ujar Nanang.
Sementara di Kolombia, pihak investor menjadi target pemerintah. Pemerintahnya tidak memberlakukan special tax bagi para investor serta ada fleksibilitas perpajakan. Seperti pertimbangan variabel harga minyak serta kondisi geologi cadangan. Dalam kondisi harga minyak yang turun seperti saat ini, investor dapat tetap menjalankan bisnis dan investasi.
Lebih lanjut dia menerangkan, Mesir dan Kolombia menghargai kesucian kontrak karena tidak ada perubahan pasca kontrak diresmikan hingga selesai kontrak 30 tahun mendatang.
Dorongan para Kontraktor KKS untuk kembali menggeliatkan kembali kegiatan eksplorasi dan produksi migas sangat penting. Dengan adanya dorongan ini menunjukkan adanya semangat yang sama untuk memastikan bahwa industri migas Indonesia bisa bertahan di tengah ketidakpastian harga minyak dunia dan pandemi Covid-19.
Penerapan teknologi juga jadi salah satu poin penting di sektor hulu migas sehingga bisa lepas dari ketergantungan terhadap harga minyak dunia. Semakin baru teknologi yang digunakan akan menghasilkan efisiensi, yang membuat keekonomian menjadi semakin baik.
(Baca Juga: Di Depan Pelaku Industri, Sri Mulyani Beberkan 5 Cara Dorong Produksi Migas )
Teknologi terbaru tentu akan mendukung eksplorasi migas Indonesia mulai dari teknologi dan alat pendukung pengeboran hingga metode produksi minyak lanjutan atau Enhance Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi lapangan migas existing.
Bersama seluruh kementerian dan pemangku kepentingan lainnya, SKK Migas mengajak seluruh elemen untuk dapat berperan aktif dalam usaha peningkatan produksi migas Nasional dengan melakukan perubahan paradigma demi industri hulu migas Indonesia yang semakin bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
"Pada akhirnya, kebangkitan industri hulu migas ini akan kembali menggeliat dan mencetak sejarah baru karena semua pihak ikut berpartisipasi mewujudkan visi bersama, yakni target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada 2030," paparnya.
(akr)
tulis komentar anda