Kuartal I/2020, Lifting Migas Capai 90,4%
Jum'at, 17 April 2020 - 03:11 WIB
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkam lifting minyak dan gas bumi (migas) pada kuartal I/2020 sebesar 90,4% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2020.
Berdasarkan data SKK Migas pada kuartal I/2020 ini rata-rata lifting minyak bumi sebesar 701,6 ribu barel per hari (BOPD). Angka ini sekitar 92,9% dari target APBN sebesar 755 ribu BOPD.
Untuk gas bumi, liftingnya sebesar 5.866 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 87,9% dari target APBN sebesar 6.670 MMSCFD. Secara kumulatif, lifting migas sebesar 1,749 juta barel setara minyak per hari atau sekitar 90,4% dari target APBN sebesar 1,946 juta barel setara minyak per hari.
“Ke depan, lifting migas akan semakin tertekan diakibat Covid-19 dan rendahnya harga minyak,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto ketika memaparkan kinerja SKK Migas saat paparan kinerja secara online, di Jakarta, Kamis (16/4/2020).
Dwi menjelaskan, sangat berat mencapai lifting migas sesuai target APBN 2020. Target lifting yang diberikan, lebih tinggi dari kemampuan teknis lapangan-lapangan migas yang disepakati antara SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) saat pembahasan WP&B tahun 2020.
Rata-rata lifting migas pada kuartal I/2020 mencapai 101 persen dibandingkan dengan target WP&B yang sebesar 1,728 juta barel setara minyak per hari. Kepala SKK Migas mengapresiasi kontraktor KKS atas capaian lifting yang lebih baik dari angka perencanaan. “Artinya, kita berhasil melakukan langkah-langkah kreatif untuk meningkatkan produksi,” katanya.
Rendahnya harga minyak sejak Februari 2020 yang kemudian dibarengi oleh penyebaran virus Covid-19 mulai mempengaruhi kegiatan hulu migas, baik di operasional, pelaksanaan proyek maupun penyerapan gas.
Pada kegiatan operasional hulu migas, pencegahan penyebaran Covid-19 membuat transportasi material dan inspeksi kinerja peralatan/fasilitas lebih lama, produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih rendah karena pergerakan tenaga kerja yang terbatas. Selain itu, persetujuan pengurusan perijinan juga memakan waktu yang lebih lama.
Akibat dari hal tersebut, semua kegiatan harus menyesuaikan kondisi yang dihadapi. Sebagian aktivitas operasional seperti planned shutdown, pengeboran, kerja ulang dan perawatan sumur mengalami penundaan. Proyek-proyek mengalami pelambatan dibanding sebelumnya.
Berdasarkan data SKK Migas pada kuartal I/2020 ini rata-rata lifting minyak bumi sebesar 701,6 ribu barel per hari (BOPD). Angka ini sekitar 92,9% dari target APBN sebesar 755 ribu BOPD.
Untuk gas bumi, liftingnya sebesar 5.866 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 87,9% dari target APBN sebesar 6.670 MMSCFD. Secara kumulatif, lifting migas sebesar 1,749 juta barel setara minyak per hari atau sekitar 90,4% dari target APBN sebesar 1,946 juta barel setara minyak per hari.
“Ke depan, lifting migas akan semakin tertekan diakibat Covid-19 dan rendahnya harga minyak,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto ketika memaparkan kinerja SKK Migas saat paparan kinerja secara online, di Jakarta, Kamis (16/4/2020).
Dwi menjelaskan, sangat berat mencapai lifting migas sesuai target APBN 2020. Target lifting yang diberikan, lebih tinggi dari kemampuan teknis lapangan-lapangan migas yang disepakati antara SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) saat pembahasan WP&B tahun 2020.
Rata-rata lifting migas pada kuartal I/2020 mencapai 101 persen dibandingkan dengan target WP&B yang sebesar 1,728 juta barel setara minyak per hari. Kepala SKK Migas mengapresiasi kontraktor KKS atas capaian lifting yang lebih baik dari angka perencanaan. “Artinya, kita berhasil melakukan langkah-langkah kreatif untuk meningkatkan produksi,” katanya.
Rendahnya harga minyak sejak Februari 2020 yang kemudian dibarengi oleh penyebaran virus Covid-19 mulai mempengaruhi kegiatan hulu migas, baik di operasional, pelaksanaan proyek maupun penyerapan gas.
Pada kegiatan operasional hulu migas, pencegahan penyebaran Covid-19 membuat transportasi material dan inspeksi kinerja peralatan/fasilitas lebih lama, produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih rendah karena pergerakan tenaga kerja yang terbatas. Selain itu, persetujuan pengurusan perijinan juga memakan waktu yang lebih lama.
Akibat dari hal tersebut, semua kegiatan harus menyesuaikan kondisi yang dihadapi. Sebagian aktivitas operasional seperti planned shutdown, pengeboran, kerja ulang dan perawatan sumur mengalami penundaan. Proyek-proyek mengalami pelambatan dibanding sebelumnya.
tulis komentar anda