Alat Rantai Pendingin 70 Derajat Celcius untuk Vaksin Covid-19 Belum Dimiliki Indonesia
Rabu, 06 Januari 2021 - 21:27 WIB
JAKARTA - Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) mencatat, rantai pendingin dengan suhu penyimpanan minus 70 derajat celcius untuk penyimpanan vaksin Covid-19, khususnya vaksin Pfizer , Inggris perlu di impor. Hal itu karena rantai pending dengan spesifikasi minus 70 derajat celcius belum dimiliki Indonesia.
Ketua Umum ARPI Hasanuddin Yasni mengatakan, pihaknya dapat memproduksi alat rantai pending dengan spesifikasi yang dibutuhkan dengan menginstal kembali alat yang sudah tersedia. Meski begitu, langkah menginstal ulang dinilai memakan waktu sekitar 2-3 bulan, bahkan memerlukan sejumlah alat pendukung lain yang harus impor.
(Baca Juga: Ratusan Warga Israel Terinfeksi COVID-19 Setelah Disuntik Vaksin Pfizer )
Karena itu, jika dibutuhkan secepatnya, maka alat keamanan vaksin itu harus diimpor. Karena secara kapasitas waktu hanya memerlukan 1 bulan saja. Yasni mengutarakan, Produsen di Amerika Serikat (AS) sudah siap jika Indonesia membutuhkan alat tersebut.
Bahkan, kemampuan alat penyimpanan vaksin minus 70 derajat celcius yang diimpor lebih tinggi hingga dua kali lipat dari rantai pendingin biasa. Menurutnya, harga rantai pendingin tersebut dengan ukuran 20 feet mencapai Rp1,2 miliar, sedangkan ukuran 40 feet sekitar Rp2 miliar.
"Kalau kita mau menginstal baru, itu memerlukan waktu setidaknya 3 bulan. Tapi teknologi yang kita gunakan dari AS yaitu termoklin itu mereka sudah ready dalam bentuk 20 feet container. Satu kontainer itu yang bisa minus 70 itu dan bisa menampung sampai 300.000 dosis vaksin," ujar dia dalam sesi wawancara dengan jurnalis IDX Channel, Rabu (6/1/2021).
Rantai pendingin minus 70 celcius memang sudah digunakan di Indonesia, khususnya diperuntukkan di sektor perikanan. Jika harus dialih fungsikan untuk vaksin, maka tetap memerlukan alat pendukung lainnya, seperti screening room.
Alat-alat pendukung itu pun harus diimpor. Saat ini rantai pendingin dengan spesifikasi minus 70 tersedia di Bitung, Sulawesi Utara, Makassar, Sulawesi Selatan, dan Morotai Maluku Utara.
"Karena ini untuk produk perikanan peruntukannya, dia tidak memiliki screening room, sedangkan vaksin memiliki screening room karena itu tempat transit atau penyimpanan mensuport vaksin. Jadi alih fungsi perikanan ke vaksin sangat riskan. Jadi memang memerlukan mesin baru. Mesin barunya sudah tersedia dan harus diinstal," katanya.
(Baca Juga: Cegah Kerusakan, Distribusi Vaksin COVID-19 melalui Prosedur Ketat )
Karena itu, pabrikan rantai pendingin akan memesan fasilitas tersebut dari Thermo King Corporation dalam bentuk produk jadi completely built unit (CBU). Namun, Yasni optimistis pabrikan rantai pendingin nasional dapat memproduksi cool box dengan suhu penyimpanan minus 70 derajat celcius.
"Jadi kalau dibutuhkan cepat kita sudah siap bekerja sama dengan perusahaan dengan ketersedian alat minus 70, dan mereka sudah siap mengirimkan produknya ke Indonesia memerlukan waktu 1 bulan, atau kita punya mesin pendingin minus 70 dan kemudian dan ini siap diinstal, tetapi memerlukan waktu 2 sampai 3 bulan karena ada beberapa alat yang harus digunakan itu harus diimpor," katanya.
Lihat Juga: AstraZeneca Tuai Polemik Usai Kasus Pembekuan Darah, BPOM: Sudah Tak Beredar di Indonesia
Ketua Umum ARPI Hasanuddin Yasni mengatakan, pihaknya dapat memproduksi alat rantai pending dengan spesifikasi yang dibutuhkan dengan menginstal kembali alat yang sudah tersedia. Meski begitu, langkah menginstal ulang dinilai memakan waktu sekitar 2-3 bulan, bahkan memerlukan sejumlah alat pendukung lain yang harus impor.
(Baca Juga: Ratusan Warga Israel Terinfeksi COVID-19 Setelah Disuntik Vaksin Pfizer )
Karena itu, jika dibutuhkan secepatnya, maka alat keamanan vaksin itu harus diimpor. Karena secara kapasitas waktu hanya memerlukan 1 bulan saja. Yasni mengutarakan, Produsen di Amerika Serikat (AS) sudah siap jika Indonesia membutuhkan alat tersebut.
Bahkan, kemampuan alat penyimpanan vaksin minus 70 derajat celcius yang diimpor lebih tinggi hingga dua kali lipat dari rantai pendingin biasa. Menurutnya, harga rantai pendingin tersebut dengan ukuran 20 feet mencapai Rp1,2 miliar, sedangkan ukuran 40 feet sekitar Rp2 miliar.
"Kalau kita mau menginstal baru, itu memerlukan waktu setidaknya 3 bulan. Tapi teknologi yang kita gunakan dari AS yaitu termoklin itu mereka sudah ready dalam bentuk 20 feet container. Satu kontainer itu yang bisa minus 70 itu dan bisa menampung sampai 300.000 dosis vaksin," ujar dia dalam sesi wawancara dengan jurnalis IDX Channel, Rabu (6/1/2021).
Rantai pendingin minus 70 celcius memang sudah digunakan di Indonesia, khususnya diperuntukkan di sektor perikanan. Jika harus dialih fungsikan untuk vaksin, maka tetap memerlukan alat pendukung lainnya, seperti screening room.
Alat-alat pendukung itu pun harus diimpor. Saat ini rantai pendingin dengan spesifikasi minus 70 tersedia di Bitung, Sulawesi Utara, Makassar, Sulawesi Selatan, dan Morotai Maluku Utara.
"Karena ini untuk produk perikanan peruntukannya, dia tidak memiliki screening room, sedangkan vaksin memiliki screening room karena itu tempat transit atau penyimpanan mensuport vaksin. Jadi alih fungsi perikanan ke vaksin sangat riskan. Jadi memang memerlukan mesin baru. Mesin barunya sudah tersedia dan harus diinstal," katanya.
(Baca Juga: Cegah Kerusakan, Distribusi Vaksin COVID-19 melalui Prosedur Ketat )
Karena itu, pabrikan rantai pendingin akan memesan fasilitas tersebut dari Thermo King Corporation dalam bentuk produk jadi completely built unit (CBU). Namun, Yasni optimistis pabrikan rantai pendingin nasional dapat memproduksi cool box dengan suhu penyimpanan minus 70 derajat celcius.
"Jadi kalau dibutuhkan cepat kita sudah siap bekerja sama dengan perusahaan dengan ketersedian alat minus 70, dan mereka sudah siap mengirimkan produknya ke Indonesia memerlukan waktu 1 bulan, atau kita punya mesin pendingin minus 70 dan kemudian dan ini siap diinstal, tetapi memerlukan waktu 2 sampai 3 bulan karena ada beberapa alat yang harus digunakan itu harus diimpor," katanya.
Lihat Juga: AstraZeneca Tuai Polemik Usai Kasus Pembekuan Darah, BPOM: Sudah Tak Beredar di Indonesia
(akr)
tulis komentar anda