Tak Jemu, Ekonom Ingatkan Pemulihan Ekonomi Tergantung Keberhasilan Penanganan Covid-19
Kamis, 07 Januari 2021 - 21:24 WIB
JAKARTA - Pemerintah melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menyatakan telah merealisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga akhir tahun 2020 sebesar 83,4%.
Jumlah itu setara dengan Rp579,8 Triliun dari total seluruh alokasi anggaran PCPEN sebesar Rp 695,2 Triliun. Hingga kini Satgas PEN telah mencairkan Rp346,8 triliun, atau 97,7% dari alokasi anggaran yang ditujukan untuk empat klaster ekonomi.
Ekonom senior Indef Didik J Rachbini menilai program PEN menyerap anggaran yang besar tetapi efektivitas dan penyerapannya tidak maksimal. Bahkan, terjebak dalam kasus korupsi yang buruk.
"Selain itu belanja kesehatan dan belanja sosial justru diturunkan tahun 2021, sehingga permintaan domestik terkendala oleh efektivitas program kesehatan dan belanja pemerintah di sektor ini," ucap Didik di Jakarta, Kamis (7/1/2021).
( )
Pada sisi masyarakat, belanja domestik kelas menengah sebagai motor penggerak ekonomi juga belum maksimal karena kasus harian Covid-19 belum mereda, bahkan memburuk.
Pertumbuhan ekonomi mulai jatuh pada kuartal kedua 2020, sebesar minus 5,32 persen, yang kemudian berlanjut pada kuartal ketiga sebesar minus 3,49 persen.
Menurut dia pertumbuhan negatif yang semakin kecil memberikan indikasi bahwa perekonomian berjalan lebih baik, tetapi bukan berarti sudah terjadi proses pemulihan menuju pertumbuhan positif.
( )
Jumlah itu setara dengan Rp579,8 Triliun dari total seluruh alokasi anggaran PCPEN sebesar Rp 695,2 Triliun. Hingga kini Satgas PEN telah mencairkan Rp346,8 triliun, atau 97,7% dari alokasi anggaran yang ditujukan untuk empat klaster ekonomi.
Ekonom senior Indef Didik J Rachbini menilai program PEN menyerap anggaran yang besar tetapi efektivitas dan penyerapannya tidak maksimal. Bahkan, terjebak dalam kasus korupsi yang buruk.
"Selain itu belanja kesehatan dan belanja sosial justru diturunkan tahun 2021, sehingga permintaan domestik terkendala oleh efektivitas program kesehatan dan belanja pemerintah di sektor ini," ucap Didik di Jakarta, Kamis (7/1/2021).
( )
Pada sisi masyarakat, belanja domestik kelas menengah sebagai motor penggerak ekonomi juga belum maksimal karena kasus harian Covid-19 belum mereda, bahkan memburuk.
Pertumbuhan ekonomi mulai jatuh pada kuartal kedua 2020, sebesar minus 5,32 persen, yang kemudian berlanjut pada kuartal ketiga sebesar minus 3,49 persen.
Menurut dia pertumbuhan negatif yang semakin kecil memberikan indikasi bahwa perekonomian berjalan lebih baik, tetapi bukan berarti sudah terjadi proses pemulihan menuju pertumbuhan positif.
( )
tulis komentar anda