Ini Jurus Jokowi Tekan Impor Jutaan Ton Kedelai hingga Jagung
Senin, 11 Januari 2021 - 11:44 WIB
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung masih tingginya impor di beberapa komoditas pertanian. Bahkan dia menyebut komoditas seperti kedelai, jagung, dan gula impornya mencapai jutaan ton.
“Urusan bawang putih, gula, jagung, kedelai dan komoditas lain yang masih impor tolong jadi catatan. Dan segera dicarikan desain yang baik agar bisa kita selesaikan,” katanya saat membuka rakernas pembangunan pertanian 2021 di Istana Negara, Senin (11/1/2021). ( Baca juga:Genjot Produksi Kedelai Lokal, Jokowi Minta Dicari Lahan Satu Juta Hektare )
Jokowi mengatakan bahwa hal ini tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara konvensional, bersifat rutinitas dan monoton seperti yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Salah satunya dia menekankan pentingnya membangun kawasan pertanian berskala besar. Pasalnya akan percuma jika hanya bisa produksi tapi cuma skala kecil.
“Percuma kalau bisa berproduksi tapi sedikit. Enggak akan ngaruh apa-apa terhadap yang impor-impor tadi,” ujarnya.
Menurutnya petani banyak yang enggan menanam komoditas pertanian tadi karena kalah bersaing harga. Misalnya saja kedelai yang sebenarnya bisa tumbuh baik di Indonesia tapi banyak petani yang enggan menanam.
“Karena harganya kalah dengan kedelai impor. Kalau petani disuruh jual dengan yang impor, harga pokok produksi enggak nutup. Jadi hanya dalam jumlah yang besar untuk melawan yang impor,” ujarnya.
“Kenapa dulu kita produksi banyak bawang putih, tapi petani gak mau tanam lagi bawang putih? karena harganya kalah dengan harga bawang putih impor. Di Wonosobo, NTB bawang putihnya banyak kenapa gak diperluas dalam jumlah besar sehingga bisa lawan bawang putih impor?” lanjutnya. ( Baca juga:Melly Goeslaw Protes dr Tirta yang Pajang Fotonya: 'Anda Punya Masalah dengan Saya?' )
Menurutnya dengan perluasan skala produksi maka akan ada harga yang kompetitif di pasaran. Dia pun masih mengupayakan untuk mencari lahan untuk memperluas skala produksi di komoditas-komoditas tersebut.
"Cari lahan yang cocok untuk kedelai, jangan 1-2 hektar atau 10 hektar. Tapi 100 ribu, 300 ribu, 500 ribu, 1 juta hektar, cari! Urusan jagung cari lahan yang biasa ditanami jagung dalam skala yang luas. Ini yang akan menyelesaikan masalah.Kalau hanya rutinitas urusan pupuk, urusan bibit, itu penting saya tahu. Tapi kalau bisa menyiapkan dalam lahan yang besar akan menyelesaikan masalah,” pungkasnya.
“Urusan bawang putih, gula, jagung, kedelai dan komoditas lain yang masih impor tolong jadi catatan. Dan segera dicarikan desain yang baik agar bisa kita selesaikan,” katanya saat membuka rakernas pembangunan pertanian 2021 di Istana Negara, Senin (11/1/2021). ( Baca juga:Genjot Produksi Kedelai Lokal, Jokowi Minta Dicari Lahan Satu Juta Hektare )
Jokowi mengatakan bahwa hal ini tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara konvensional, bersifat rutinitas dan monoton seperti yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Salah satunya dia menekankan pentingnya membangun kawasan pertanian berskala besar. Pasalnya akan percuma jika hanya bisa produksi tapi cuma skala kecil.
“Percuma kalau bisa berproduksi tapi sedikit. Enggak akan ngaruh apa-apa terhadap yang impor-impor tadi,” ujarnya.
Menurutnya petani banyak yang enggan menanam komoditas pertanian tadi karena kalah bersaing harga. Misalnya saja kedelai yang sebenarnya bisa tumbuh baik di Indonesia tapi banyak petani yang enggan menanam.
“Karena harganya kalah dengan kedelai impor. Kalau petani disuruh jual dengan yang impor, harga pokok produksi enggak nutup. Jadi hanya dalam jumlah yang besar untuk melawan yang impor,” ujarnya.
“Kenapa dulu kita produksi banyak bawang putih, tapi petani gak mau tanam lagi bawang putih? karena harganya kalah dengan harga bawang putih impor. Di Wonosobo, NTB bawang putihnya banyak kenapa gak diperluas dalam jumlah besar sehingga bisa lawan bawang putih impor?” lanjutnya. ( Baca juga:Melly Goeslaw Protes dr Tirta yang Pajang Fotonya: 'Anda Punya Masalah dengan Saya?' )
Menurutnya dengan perluasan skala produksi maka akan ada harga yang kompetitif di pasaran. Dia pun masih mengupayakan untuk mencari lahan untuk memperluas skala produksi di komoditas-komoditas tersebut.
"Cari lahan yang cocok untuk kedelai, jangan 1-2 hektar atau 10 hektar. Tapi 100 ribu, 300 ribu, 500 ribu, 1 juta hektar, cari! Urusan jagung cari lahan yang biasa ditanami jagung dalam skala yang luas. Ini yang akan menyelesaikan masalah.Kalau hanya rutinitas urusan pupuk, urusan bibit, itu penting saya tahu. Tapi kalau bisa menyiapkan dalam lahan yang besar akan menyelesaikan masalah,” pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda