Genjot Produksi Kedelai Lokal, Jokowi Minta Dicari Lahan Satu Juta Hektare
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung masalah hilangnya tahu dan tempe di pasaran. Dia mengatakan bahwa salah satunya karena distribusi pangan di dunia terganggu akibat pandemi Covid-19.
Dia mengatakan saat ini mobilitas dibatasi karena adanya pandemi, termasuk dalam distribusi pangan. “Dan kita tahu beberapa minggu hari terakhir ini, urusan yang berkaitan dengan tahu dan tempe, kedelai menjadi masalah juga karena yang tadi saya sampaikan,” katanya saat membuka rapat kerja pembangunan pertanian, Senin (11/2/2021). ( Baca juga:Setelah Jokowi Soft Launching, Kemenhub Resmikan Pelabuhan Patimban )
Dia memperingatkan bahwa kedelai sebagai salah satu komoditas yang masih impor harus menjadi fokus perhatian dalam membangun pertanian. Dia menyebut kedelai masih impor jutaan ton.
“Saya sampaikan barang-barang ini harus diselesaikan urusannya, bawang putih, gula, jagung, kedelai dan komoditas lain yang masih impor tolong jadi catatan dan segera dicarikan desain yang baik agar bisa kita selesaikan,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia juga menyebut bahwa petani Indonesia enggan menanam kedelai karena kalah bersaing harga dengan kedelai impor. Padahal sebenarnya di Indonesia kedelai bisa tumbuh baik. ( Baca juga:Gempa Bumi Tektonik M 5,2 di Laut Sulawesi Tidak Berpotensi Tsunami )
“Pertama kedelai juga di indonesia bisa tumbuh baik, kenapa petani kita gak mau tanam? Karena harganya kalah dengan kedelai impor. Kalau petani disuruh jual dengan yang impor, harga pokok produksi enggak nutup. Jadi hanya dalam jumlah yang besar untuk melawan yang impor,” ujarnya.
Sehingga menurutnya perlu dibangun lahan pertanian kedelai yang besar untuk melawan impor tersebut. “Sehingga sekali lagi ini harus dibangun dalam lahan yang sangat luas. Lahan kita masih (ada lahan). Cari lahan yang cocok untuk kedelai, jangan 1-2 hektar 10 hektar, tapi 100 ribu, 300 ribu, 500 ribu, 1 juta hektar. Cari!” pungkasnya.
Dia mengatakan saat ini mobilitas dibatasi karena adanya pandemi, termasuk dalam distribusi pangan. “Dan kita tahu beberapa minggu hari terakhir ini, urusan yang berkaitan dengan tahu dan tempe, kedelai menjadi masalah juga karena yang tadi saya sampaikan,” katanya saat membuka rapat kerja pembangunan pertanian, Senin (11/2/2021). ( Baca juga:Setelah Jokowi Soft Launching, Kemenhub Resmikan Pelabuhan Patimban )
Dia memperingatkan bahwa kedelai sebagai salah satu komoditas yang masih impor harus menjadi fokus perhatian dalam membangun pertanian. Dia menyebut kedelai masih impor jutaan ton.
“Saya sampaikan barang-barang ini harus diselesaikan urusannya, bawang putih, gula, jagung, kedelai dan komoditas lain yang masih impor tolong jadi catatan dan segera dicarikan desain yang baik agar bisa kita selesaikan,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia juga menyebut bahwa petani Indonesia enggan menanam kedelai karena kalah bersaing harga dengan kedelai impor. Padahal sebenarnya di Indonesia kedelai bisa tumbuh baik. ( Baca juga:Gempa Bumi Tektonik M 5,2 di Laut Sulawesi Tidak Berpotensi Tsunami )
“Pertama kedelai juga di indonesia bisa tumbuh baik, kenapa petani kita gak mau tanam? Karena harganya kalah dengan kedelai impor. Kalau petani disuruh jual dengan yang impor, harga pokok produksi enggak nutup. Jadi hanya dalam jumlah yang besar untuk melawan yang impor,” ujarnya.
Sehingga menurutnya perlu dibangun lahan pertanian kedelai yang besar untuk melawan impor tersebut. “Sehingga sekali lagi ini harus dibangun dalam lahan yang sangat luas. Lahan kita masih (ada lahan). Cari lahan yang cocok untuk kedelai, jangan 1-2 hektar 10 hektar, tapi 100 ribu, 300 ribu, 500 ribu, 1 juta hektar. Cari!” pungkasnya.
(uka)