BI Sebut Penurunan Suku Bunga Kredit Akan Berlanjut
Kamis, 21 Januari 2021 - 15:05 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan penurunan suku bunga kredit diperkirakan akan berlanjut dengan longgarnya likuiditas dan rendahnya suku bunga Bank Indonesia. BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 3,75%.
"Sejalan dengan kebijakan moneter dan makroprudensial akomodatif yang ditempuh Bank Indonesia, kondisi likuiditas tetap longgar, sehingga mendorong suku bunga terus menurun dan mendukung pembiayaan perekonomian," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers secara daring di Jakarta, Kamis (21/1/2021). ( Baca juga:Sejarah Bunga Acuan dan Bunga Bank yang Sukar 'Akur' )
Pada tahun 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp726,57 triliun, terutama bersumber dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp555,77 triliun.
Bank Indonesia juga melanjutkan penambahan likuiditas pada tahun 2021 dengan melakukan ekspansi operasi moneter sekitar Rp7,44 triliun (per 19 Januari 2021).
"Longgarnya kondisi likuiditas mendorong tingginya rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yakni 31,67% pada Desember 2020 dan rendahnya rata-rata suku bunga PUAB overnigt, sekitar 3,04% pada Desember 2020," beber Perry. ( Baca juga:Bintang Misterius Boyajian di Bima Sakti Memiliki Kembaran )
Sementara itu longgarnya likuiditas serta penurunan BI7DRR berkontribusi menurunkan suku bunga deposito dan kredit modal kerja dari 4,74% dan 9,32% pada November 2020 menjadi 4,53% dan 9,21% pada Desember 2020.
Ke depan, ekspansi moneter Bank Indonesia dan percepatan realisasi anggaran serta program restrukturisasi kredit perbankan diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional.
"Sejalan dengan kebijakan moneter dan makroprudensial akomodatif yang ditempuh Bank Indonesia, kondisi likuiditas tetap longgar, sehingga mendorong suku bunga terus menurun dan mendukung pembiayaan perekonomian," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers secara daring di Jakarta, Kamis (21/1/2021). ( Baca juga:Sejarah Bunga Acuan dan Bunga Bank yang Sukar 'Akur' )
Pada tahun 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp726,57 triliun, terutama bersumber dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp555,77 triliun.
Bank Indonesia juga melanjutkan penambahan likuiditas pada tahun 2021 dengan melakukan ekspansi operasi moneter sekitar Rp7,44 triliun (per 19 Januari 2021).
"Longgarnya kondisi likuiditas mendorong tingginya rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yakni 31,67% pada Desember 2020 dan rendahnya rata-rata suku bunga PUAB overnigt, sekitar 3,04% pada Desember 2020," beber Perry. ( Baca juga:Bintang Misterius Boyajian di Bima Sakti Memiliki Kembaran )
Sementara itu longgarnya likuiditas serta penurunan BI7DRR berkontribusi menurunkan suku bunga deposito dan kredit modal kerja dari 4,74% dan 9,32% pada November 2020 menjadi 4,53% dan 9,21% pada Desember 2020.
Ke depan, ekspansi moneter Bank Indonesia dan percepatan realisasi anggaran serta program restrukturisasi kredit perbankan diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional.
(uka)
tulis komentar anda