Jual Jasa Antar Barang jadi Asa Para Pekerja yang Dirumahkan
Sabtu, 18 April 2020 - 11:35 WIB
JAKARTA - Nia (30) setiap harinya berkendara memacu motor matiknya mengunjungi satu per satu rumah teman-teman yang sekaligus pelanggannya.
Tak lupa, warga Kabupaten Bogor ini menggunakan masker dan sarung tangan agar tetap mengikuti anjuran pemerintah dan melindungi dirinya dari bahaya virus corona.
Memang, anjuran menggunakan masker dan sarung tangan gencar disuarakan aparat setempat, meminta warga memakai masker saat keluar rumah, apalagi di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kabupaten Bogor.
Terik matahari tidak menyurutkan langkahnya. Meskipun aturan diam di rumah sebetulnya lebih nyaman bagi Nia, demi mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga kecilnya, dia harus berkeliling dengan motor matiknya setiap hari.
Apalagi semenjak pandemi Covid-19 ini, suaminya, yang bekerja sebagai fasilitator di sebuah tempat wisata, harus dirumahkan. Penghasilan satu-satunya untuk hidup keluarganya hilang. Sektor wisata menjadi satu yang terdampak paling besar setelah peraturan belajar di rumah hingga pembatasan aktivitas warga ditiadakan sementara.
Suami Nia bekerja di salah satu tempat edukasi wisata agrikultural di daerah Bogor. Kini tidak ada lagi sekolah maupun instansi yang melakukan pelatihan ataupun sekadar berwisata seperti menanam padi hingga memandikan kerbau di tempat itu.
Semua dibatalkan, kalaupun ada, dipastikan terkena sanksi sebab tidak boleh lagi ada kerumunan massa. "Suami saya sudah di rumahkan sejak 16 Maret, gaji dibayar dua minggu di awal Maret saja. Tidak ada kompensasi apa-apa lagi karena tidak ada pemasukan ke kantor. Tidak ada yang bisa diberikan kepada karyawan," ungkap Nia.
Untuk menyambung hidup, Nia dan suaminya mencoba menawarkan jasa pengantaran barang bagi para pedangang ke konsumen. Pekerjaan ini sedikit bisa menyambung hidup dan keluarga meski terbilang sangat kurang.
"Kalau para pedagang itu kan biasanya banyak pesanan. Saya antarkan ke pembeli, atau saya bantu jualan juga agar saya dapat keuntungan. Sedikit-dikit yang penting ada pemasukan untuk saya dan mereka (pedagang)," cerita Nia.
Tak lupa, warga Kabupaten Bogor ini menggunakan masker dan sarung tangan agar tetap mengikuti anjuran pemerintah dan melindungi dirinya dari bahaya virus corona.
Memang, anjuran menggunakan masker dan sarung tangan gencar disuarakan aparat setempat, meminta warga memakai masker saat keluar rumah, apalagi di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kabupaten Bogor.
Terik matahari tidak menyurutkan langkahnya. Meskipun aturan diam di rumah sebetulnya lebih nyaman bagi Nia, demi mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga kecilnya, dia harus berkeliling dengan motor matiknya setiap hari.
Apalagi semenjak pandemi Covid-19 ini, suaminya, yang bekerja sebagai fasilitator di sebuah tempat wisata, harus dirumahkan. Penghasilan satu-satunya untuk hidup keluarganya hilang. Sektor wisata menjadi satu yang terdampak paling besar setelah peraturan belajar di rumah hingga pembatasan aktivitas warga ditiadakan sementara.
Suami Nia bekerja di salah satu tempat edukasi wisata agrikultural di daerah Bogor. Kini tidak ada lagi sekolah maupun instansi yang melakukan pelatihan ataupun sekadar berwisata seperti menanam padi hingga memandikan kerbau di tempat itu.
Semua dibatalkan, kalaupun ada, dipastikan terkena sanksi sebab tidak boleh lagi ada kerumunan massa. "Suami saya sudah di rumahkan sejak 16 Maret, gaji dibayar dua minggu di awal Maret saja. Tidak ada kompensasi apa-apa lagi karena tidak ada pemasukan ke kantor. Tidak ada yang bisa diberikan kepada karyawan," ungkap Nia.
Untuk menyambung hidup, Nia dan suaminya mencoba menawarkan jasa pengantaran barang bagi para pedangang ke konsumen. Pekerjaan ini sedikit bisa menyambung hidup dan keluarga meski terbilang sangat kurang.
"Kalau para pedagang itu kan biasanya banyak pesanan. Saya antarkan ke pembeli, atau saya bantu jualan juga agar saya dapat keuntungan. Sedikit-dikit yang penting ada pemasukan untuk saya dan mereka (pedagang)," cerita Nia.
tulis komentar anda