Kebangkitan Blockchain Tak Bisa Dihindari, Konsorsium ASEAN Dibentuk
Jum'at, 23 April 2021 - 05:53 WIB
JAKARTA - Memorandum of Understanding (MOU) untuk membentuk ASEAN Blockchain Consortium (ABC) diteken yang bertujuan membina dan memperkuat hubungan lintas batas dalam mempromosikan teknologi blockchain . Konsorsium itu berisikan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI), Asosiasi Blockchain Singapura (BAS), Asosiasi Teknologi Ledger Terdistribusi Filipina (DLTAP), Pusat Bisnis dan Keuangan Internasional Labuan (Labuan IBFC), Asosiasi Perdagangan Operator Aset Digital Thailand (TDO) dan Blockchain Australia (BA).
Penandatanganan digital didukung oleh Dedoco, platform penandatanganan digital berbasis blockchain. Hal itu juga menandai kolaborasi pertama antara organisasi blockchain di seluruh ASEAN dan Australia untuk mendorong pendidikan blockchain. Hingga berbagi pengetahuan tentang pengembangan aset digital , dan mempromosikan adopsi teknologi blockchain di seluruh ASEAN dan Australia.
Nota kesepahaman ini ditandatangani pada acara virtual yang diselenggarakan oleh Asosiasi Blockchain Singapura (BAS) kemarin, disaksikan oleh Bapak Edi Prio Pambudi, Penasihat Senior Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Indonesia), dan Bapak Sopnendu Mohanty, Chief FinTech Officer, Monetary Authority of Singapore (MAS).
Hadir pula Mr Chia Hock Lai, Co-Chairman BAS; Bapak Muhammad Deivito Dunggio, Ketua ABI; Bapak Justo A Ortiz, Ketua DLTAP; Ibu Farah Jaafar-Crossby, CEO Labuan IBFC; Tuan Peeradej Tanruangporn, Presiden TDO, dan Tuan Steve Vallas, CEO BA. Setelah penandatanganan secara virtual, webinar bertajuk “ASEAN Blockchain: Opportunities and Challenges” diadakan untuk membahas tren industri dalam blockchain di ASEAN.
“Konektivitas digital merupakan hal yang mendesak selama pandemi yang terjadi untuk menjaga bisnis tetap berjalan. Kemudian, ini adalah kesempatan bagi blockchain untuk menata kembali konektivitas digital dengan adaptasi tingkat lanjut,” ucap Penasihat Senior Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Indonesia), Edi Prio Pambudi.
Penandatangan MOU ini memiliki tujuan dan sasaran yang sama yaitu untuk melayani kepentingan publik di bidang teknologi blockchain. MOU ini juga bertujuan untuk lebih meningkatkan kerja sama di antara enam organisasi untuk membawa industri ke tingkat yang lebih tinggi, melalui kontribusi mereka terhadap pengembangan industri blockchain dan aset digital.
Organisasi-organisasi blockchain ini akan bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran dan meningkatkan adopsi penggunaan teknologi blockchain. Mereka juga akan terlibat dengan regulator untuk memastikan kepatuhan hukum terhadap peraturan yang ditetapkan dengan semestinya.
Muhammad Deivito Dunggio, Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) menambahkan, “Kebangkitan teknologi blockchain di dunia tidak dapat dihindari, Indonesia sebagai tingkat adopsi digital tertinggi akan berada di garis depan, MOU dapat menjadi titik awal dari kemajuan teknologi baru di industri blockchain," ungkapnya.
Lihat Juga: Mahasiswa Prodi IT President University Juara Kompetisi Hackathon di Columbia University
Penandatanganan digital didukung oleh Dedoco, platform penandatanganan digital berbasis blockchain. Hal itu juga menandai kolaborasi pertama antara organisasi blockchain di seluruh ASEAN dan Australia untuk mendorong pendidikan blockchain. Hingga berbagi pengetahuan tentang pengembangan aset digital , dan mempromosikan adopsi teknologi blockchain di seluruh ASEAN dan Australia.
Nota kesepahaman ini ditandatangani pada acara virtual yang diselenggarakan oleh Asosiasi Blockchain Singapura (BAS) kemarin, disaksikan oleh Bapak Edi Prio Pambudi, Penasihat Senior Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Indonesia), dan Bapak Sopnendu Mohanty, Chief FinTech Officer, Monetary Authority of Singapore (MAS).
Hadir pula Mr Chia Hock Lai, Co-Chairman BAS; Bapak Muhammad Deivito Dunggio, Ketua ABI; Bapak Justo A Ortiz, Ketua DLTAP; Ibu Farah Jaafar-Crossby, CEO Labuan IBFC; Tuan Peeradej Tanruangporn, Presiden TDO, dan Tuan Steve Vallas, CEO BA. Setelah penandatanganan secara virtual, webinar bertajuk “ASEAN Blockchain: Opportunities and Challenges” diadakan untuk membahas tren industri dalam blockchain di ASEAN.
“Konektivitas digital merupakan hal yang mendesak selama pandemi yang terjadi untuk menjaga bisnis tetap berjalan. Kemudian, ini adalah kesempatan bagi blockchain untuk menata kembali konektivitas digital dengan adaptasi tingkat lanjut,” ucap Penasihat Senior Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Indonesia), Edi Prio Pambudi.
Penandatangan MOU ini memiliki tujuan dan sasaran yang sama yaitu untuk melayani kepentingan publik di bidang teknologi blockchain. MOU ini juga bertujuan untuk lebih meningkatkan kerja sama di antara enam organisasi untuk membawa industri ke tingkat yang lebih tinggi, melalui kontribusi mereka terhadap pengembangan industri blockchain dan aset digital.
Organisasi-organisasi blockchain ini akan bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran dan meningkatkan adopsi penggunaan teknologi blockchain. Mereka juga akan terlibat dengan regulator untuk memastikan kepatuhan hukum terhadap peraturan yang ditetapkan dengan semestinya.
Muhammad Deivito Dunggio, Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) menambahkan, “Kebangkitan teknologi blockchain di dunia tidak dapat dihindari, Indonesia sebagai tingkat adopsi digital tertinggi akan berada di garis depan, MOU dapat menjadi titik awal dari kemajuan teknologi baru di industri blockchain," ungkapnya.
Lihat Juga: Mahasiswa Prodi IT President University Juara Kompetisi Hackathon di Columbia University
(akr)
tulis komentar anda