Optimalkan Bahan Baku Lokal, Clay Lokal Pulau Belitung Tak Kalah dari Produk Impor
Sabtu, 24 April 2021 - 22:17 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian ( Kemenperin ) terus mendorong optimalisasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada setiap produk industri nasional. Tujuannya selain untuk memacu daya saing, juga mendukung produktivitas bagi sektor pembuat komponennya.
“Langkah optimalisasi teknologi ini sejalan dengan kebijakan Kemenperin untuk menaikkan nilai TKDN menjadi 50% pada tahun 2024 sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahadi di Jakarta, Sabtu (24/4/2021).
Kepala BSKJI menegaskan, seluruh satuan kerja (satker) di bawah binaannya siap melayani industri dalam negeri untuk memenuhi pengoptimalan TKDN produknya. Baik itu melalui optimalisasi teknologi rekayasa proses dan rekayasa bahan baku.
“Jadi, akan meningkatkan penggunaan bahan baku sumber daya alam lokal atau hasil industri hulu lokal,” jelasnya.
Salah satu satker BSKJI Kemenperin, yakni Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand Industri) Banjarbaru (BRSBB) telah berhasil menyediakan substitusi pemenuhan bahan baku dari clay impor dengan clay lokal (kaolin) dari Pulau Belitung yang diterapkan pada produksi lembaran rata kalsium silikat.
Inovasi ini merupakan bentuk sinergi antara BRSBB dengan PT Sinar Nusantara Industries (PT SNI) melalui kerjasama magang industri dan layanan jasa optimalisasi teknologi industri.
“Melalui kolaborasi tersebut, BRSBB berhasil menunjukkan bahwa kualitas lembaran rata kalsium silikat yang dihasilkan dengan bahan kaolin Belitung sebanding dengan kualitas produk serupa dengan bahan clay impor,” ungkap Doddy.
Kaolin merupakan mineral tanah liat yang penting digunakan di sektor industri. Sementara itu, lembaran rata kalsium silikat digunakan sebagai komponen bahan bangunan meliputi dinding, partisi, plafon, listplank, lantai ataupun penggunaan lainnya baik di dalam maupun di luar ruangan.
“Langkah optimalisasi teknologi ini sejalan dengan kebijakan Kemenperin untuk menaikkan nilai TKDN menjadi 50% pada tahun 2024 sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahadi di Jakarta, Sabtu (24/4/2021).
Kepala BSKJI menegaskan, seluruh satuan kerja (satker) di bawah binaannya siap melayani industri dalam negeri untuk memenuhi pengoptimalan TKDN produknya. Baik itu melalui optimalisasi teknologi rekayasa proses dan rekayasa bahan baku.
“Jadi, akan meningkatkan penggunaan bahan baku sumber daya alam lokal atau hasil industri hulu lokal,” jelasnya.
Salah satu satker BSKJI Kemenperin, yakni Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand Industri) Banjarbaru (BRSBB) telah berhasil menyediakan substitusi pemenuhan bahan baku dari clay impor dengan clay lokal (kaolin) dari Pulau Belitung yang diterapkan pada produksi lembaran rata kalsium silikat.
Inovasi ini merupakan bentuk sinergi antara BRSBB dengan PT Sinar Nusantara Industries (PT SNI) melalui kerjasama magang industri dan layanan jasa optimalisasi teknologi industri.
“Melalui kolaborasi tersebut, BRSBB berhasil menunjukkan bahwa kualitas lembaran rata kalsium silikat yang dihasilkan dengan bahan kaolin Belitung sebanding dengan kualitas produk serupa dengan bahan clay impor,” ungkap Doddy.
Kaolin merupakan mineral tanah liat yang penting digunakan di sektor industri. Sementara itu, lembaran rata kalsium silikat digunakan sebagai komponen bahan bangunan meliputi dinding, partisi, plafon, listplank, lantai ataupun penggunaan lainnya baik di dalam maupun di luar ruangan.
tulis komentar anda