Koperasi Jadi Solusi Pembiayaan Usaha Mikro di Sektor Produktif
Minggu, 30 Mei 2021 - 15:00 WIB
JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menekankan, keberadaan koperasi harus mampu menjadi solusi pembiayaan bagi para pelaku mikro di Indonesia. Apalagi mengingat sekitar 99 persen pelaku usaha di tanah air masih didominasi usaha mikro.Di saat lembaga pembiayaan formal seperti perbankan masih takut untuk memberikan pembiayaan ke usaha mikro , koperasi harus hadir menjadi jawaban.
“Apalagi saat ini kami juga tengah mendorong koperasi simpan pinjam (KSP) juga aktif membiayai sektor produktif, tak hanya perdagangan," ujar Teten saat meresmikan kantor baru, sekaligus HUT Ke-34 KSP Credit Union (CU) Pancur Kasih di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), Sabtu (29/5/2021).
Salah satu koperasi yang bisa menjadi contoh adalah KSP CU Pancur Kasih di Pontianak. Teten mengapresiasi berbagai kontribusi aktif KSP CU Pancur Kasih, yang selama ini hadir bagi usaha mikro di Pontianak. KSP CU Pancur Kasih saat ini masuk dalam 100 koperasi besar dan meraih penghargaan sebagai KCU peduli sosial terbaik. Bahkan pembiayaan serta pendampingan usaha telah dilakukan KSP CU Pancur Kasih, yang mayoritas di sektor produktif.
Pengembangan usaha oleh Pancur Kasih, sebut Teten, selaras dengan pengembangan koperasi oleh KemenkopUKM secara nasional. KSP diminta tak hanya membiayai sektor pedagangan, tapi juga sektor produktif seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan. Di sektor-sektor tersebut perbankan tak mau masuk karena dinilai terlalu berisiko. "Lalu siapa yang bantu? Koperasi, diharapkan memperkuat ekonomi rakyat di sektor pangan produktif, dengan memberikan akses pembiayaan yang mudah dan murah," tegasnya.
Jika itu semua dikelola dengan baik, usaha mikro mampu menjadi pemasok bahkan eksportir produk holtikultura maupun buah tropis. Teten mencontohkan seperti Norwegia yang saat ini pendapatan negaranya banyak disokong dari budidaya ikan salmon. "Sekarang ini seluruh dunia sedang mencari keunggulan domestiknya apa seperti di Norwegia. Bukan lagi mencari investor untuk bangun pabrik," imbuh Teten.
Tak hanya membuka akses pembiayaan ke sektor produktif, KemenkopUKM juga mendorong digitalisasi koperasi. Sebab katanya, ekonomi digital Indonesia diramal akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Potensi pada 2025 ditaksir mencapai USD 124 miliar atau setara Rp1.748 triliun. “Jangan sampai potensi ini dikuasai asing. Koperasi harus hadir dan ikut ramaikan digital ekonomi Indonesia," ujarnya.
Teten juga berharap, koperasi besar siap membantu meningkatkan daya saing produk UMKM. Sebab diakuinya, produk usaha mikro masih banyak yang rendah kualitas produksinya sehingga kerap kali dipandang sebelah mata di negara lain.
Untuk itu, kata Teten, penting bagi koperasi untuk membangun factory sharing. UMKM yang tak banyak memiliki alat produksi modern bisa maklon, bergabung dengan koperasi besar. "Sedang kami bangun di Jateng, factory sharing untuk usaha furnitur yang tinggi permintaannya, namun masih ada keluhan karena kayu yang diolah belum cukup baik. Jika masuk rumah produksi ini, maka produk furnitur mikro, kayunya sudah terstandarisasi," ujar Teten.
Dia juga mendorong penguatan lembaga, dengan koperasi melakukan spin off. Katanya, koperasi harus masuk ke skala ekonomi yang lebih besar. Dari 130 ribu koperasi nasional, yang besar hanya 100. “Diminta koperasi kecil untuk merger. Seperti Koperasi Fonterra di New Zealand yang tumbuh besar karena merger. Kebersamaan antarkoperasi dibangun bukan untuk bersaing, tetapi bergabung demi kesejahteraan rakyat," imbaunya.
“Apalagi saat ini kami juga tengah mendorong koperasi simpan pinjam (KSP) juga aktif membiayai sektor produktif, tak hanya perdagangan," ujar Teten saat meresmikan kantor baru, sekaligus HUT Ke-34 KSP Credit Union (CU) Pancur Kasih di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), Sabtu (29/5/2021).
Salah satu koperasi yang bisa menjadi contoh adalah KSP CU Pancur Kasih di Pontianak. Teten mengapresiasi berbagai kontribusi aktif KSP CU Pancur Kasih, yang selama ini hadir bagi usaha mikro di Pontianak. KSP CU Pancur Kasih saat ini masuk dalam 100 koperasi besar dan meraih penghargaan sebagai KCU peduli sosial terbaik. Bahkan pembiayaan serta pendampingan usaha telah dilakukan KSP CU Pancur Kasih, yang mayoritas di sektor produktif.
Pengembangan usaha oleh Pancur Kasih, sebut Teten, selaras dengan pengembangan koperasi oleh KemenkopUKM secara nasional. KSP diminta tak hanya membiayai sektor pedagangan, tapi juga sektor produktif seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan. Di sektor-sektor tersebut perbankan tak mau masuk karena dinilai terlalu berisiko. "Lalu siapa yang bantu? Koperasi, diharapkan memperkuat ekonomi rakyat di sektor pangan produktif, dengan memberikan akses pembiayaan yang mudah dan murah," tegasnya.
Jika itu semua dikelola dengan baik, usaha mikro mampu menjadi pemasok bahkan eksportir produk holtikultura maupun buah tropis. Teten mencontohkan seperti Norwegia yang saat ini pendapatan negaranya banyak disokong dari budidaya ikan salmon. "Sekarang ini seluruh dunia sedang mencari keunggulan domestiknya apa seperti di Norwegia. Bukan lagi mencari investor untuk bangun pabrik," imbuh Teten.
Tak hanya membuka akses pembiayaan ke sektor produktif, KemenkopUKM juga mendorong digitalisasi koperasi. Sebab katanya, ekonomi digital Indonesia diramal akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Potensi pada 2025 ditaksir mencapai USD 124 miliar atau setara Rp1.748 triliun. “Jangan sampai potensi ini dikuasai asing. Koperasi harus hadir dan ikut ramaikan digital ekonomi Indonesia," ujarnya.
Teten juga berharap, koperasi besar siap membantu meningkatkan daya saing produk UMKM. Sebab diakuinya, produk usaha mikro masih banyak yang rendah kualitas produksinya sehingga kerap kali dipandang sebelah mata di negara lain.
Untuk itu, kata Teten, penting bagi koperasi untuk membangun factory sharing. UMKM yang tak banyak memiliki alat produksi modern bisa maklon, bergabung dengan koperasi besar. "Sedang kami bangun di Jateng, factory sharing untuk usaha furnitur yang tinggi permintaannya, namun masih ada keluhan karena kayu yang diolah belum cukup baik. Jika masuk rumah produksi ini, maka produk furnitur mikro, kayunya sudah terstandarisasi," ujar Teten.
Dia juga mendorong penguatan lembaga, dengan koperasi melakukan spin off. Katanya, koperasi harus masuk ke skala ekonomi yang lebih besar. Dari 130 ribu koperasi nasional, yang besar hanya 100. “Diminta koperasi kecil untuk merger. Seperti Koperasi Fonterra di New Zealand yang tumbuh besar karena merger. Kebersamaan antarkoperasi dibangun bukan untuk bersaing, tetapi bergabung demi kesejahteraan rakyat," imbaunya.
(nng)
tulis komentar anda