Menko Airlangga: Momentum Akselerasi Pemulihan Ekonomi Terus Berlanjut
Kamis, 03 Juni 2021 - 10:32 WIB
JAKARTA - Momentum akselerasi pemulihan ekonomi melalui penguatan permintaan terus berlanjut, terindikasi dari perkembangan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang meningkat dari 0,13% (mtm) pada April 2021 menjadi 0,32% (mtm) pada Mei 2021.
Tercatat, secara bulanan inflasi Mei 2021 utamanya disumbang oleh komponen inti sebesar 0,16%, disusul komponen administered price (0,09%) serta volatile food (0,07%). Secara tahunan, inflasi inti mengalami peningkatan signifikan dari 1,18% (yoy) pada April 2021 menjadi 1,37% (yoy) pada Mei 2021, sekaligus memutus tren penurunan yang terjadi sejak Maret 2020.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato mengatakan bahwa peningkatan signifikan dari inflasi inti menjadi indikasi kuat bahwa perbaikan permintaan terus berlanjut, sejalan dengan momentum pola musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri. Momentum ini, tegas dia, tentunya perlu terus dijaga dan diakselerasi dengan berbagai insentif kebijakan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Pemulihan kepercayaan masyarakat yang mendorong perbaikan permintaan domestik terus direspon positif oleh industri dengan meningkatkan aktivitas produksinya, tercermin dari PMI Manufaktur yang terus meningkat ke level 55,3 di Mei 2021, naik dari posisi 54,6 pada April 2021, dan mencatat rekor survei tertinggi baru selama tiga bulan berturut-turut," ujar Airlangga di Jakarta, Kamis (3/6/2021).
Sementara, data bulanan Purchasing Managers Index (PMI) dari IHS Markit menunjukkan bahwa PMI Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang diukur oleh perusahaan penyedia informasi Amerika-Inggris yang berbasis di London tersebut.
PMI Indonesia berada di atas 50,0 atau di level ekspansi yang menunjukkan perbaikan atau peningkatan dari bulan sebelumnya. PMI Indonesia mencapai level yang tertinggi yaitu 55,3, disusul Korea Selatan (53,7), kemudian Vietnam (53,1), Jepang (53,0), dan China (52,0). Sedangkan, Filipina ada di angka 49,9 dan Thailand 47,8.
Tak hanya itu, permintaan baru, output, dan pembelian naik pada tingkat yang belum pernah terjadi selama 10 tahun sejarah survei. Sementara ketenagakerjaan kembali bertumbuh setelah 14 bulan untuk memenuhi kebutuhan kapasitas operasional yang meningkat. PMI Manufaktur Indonesia pada posisi Mei 2021 ini merupakan yang tertinggi sejak survei pertama kali dilakukan pada April 2011.
"Peningkatan PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan bahwa sektor industri mulai bangkit, dan ini makin menambah optimisme dan keyakinan akan kenaikan pertumbuhan ekonomi di triwulan II/2021," ujar Airlangga.
Tercatat, secara bulanan inflasi Mei 2021 utamanya disumbang oleh komponen inti sebesar 0,16%, disusul komponen administered price (0,09%) serta volatile food (0,07%). Secara tahunan, inflasi inti mengalami peningkatan signifikan dari 1,18% (yoy) pada April 2021 menjadi 1,37% (yoy) pada Mei 2021, sekaligus memutus tren penurunan yang terjadi sejak Maret 2020.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato mengatakan bahwa peningkatan signifikan dari inflasi inti menjadi indikasi kuat bahwa perbaikan permintaan terus berlanjut, sejalan dengan momentum pola musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri. Momentum ini, tegas dia, tentunya perlu terus dijaga dan diakselerasi dengan berbagai insentif kebijakan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Pemulihan kepercayaan masyarakat yang mendorong perbaikan permintaan domestik terus direspon positif oleh industri dengan meningkatkan aktivitas produksinya, tercermin dari PMI Manufaktur yang terus meningkat ke level 55,3 di Mei 2021, naik dari posisi 54,6 pada April 2021, dan mencatat rekor survei tertinggi baru selama tiga bulan berturut-turut," ujar Airlangga di Jakarta, Kamis (3/6/2021).
Sementara, data bulanan Purchasing Managers Index (PMI) dari IHS Markit menunjukkan bahwa PMI Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang diukur oleh perusahaan penyedia informasi Amerika-Inggris yang berbasis di London tersebut.
PMI Indonesia berada di atas 50,0 atau di level ekspansi yang menunjukkan perbaikan atau peningkatan dari bulan sebelumnya. PMI Indonesia mencapai level yang tertinggi yaitu 55,3, disusul Korea Selatan (53,7), kemudian Vietnam (53,1), Jepang (53,0), dan China (52,0). Sedangkan, Filipina ada di angka 49,9 dan Thailand 47,8.
Tak hanya itu, permintaan baru, output, dan pembelian naik pada tingkat yang belum pernah terjadi selama 10 tahun sejarah survei. Sementara ketenagakerjaan kembali bertumbuh setelah 14 bulan untuk memenuhi kebutuhan kapasitas operasional yang meningkat. PMI Manufaktur Indonesia pada posisi Mei 2021 ini merupakan yang tertinggi sejak survei pertama kali dilakukan pada April 2011.
"Peningkatan PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan bahwa sektor industri mulai bangkit, dan ini makin menambah optimisme dan keyakinan akan kenaikan pertumbuhan ekonomi di triwulan II/2021," ujar Airlangga.
tulis komentar anda