Teknologi Digital Jadi Pendorong Terkuat Transisi Energi
Rabu, 07 Juli 2021 - 20:00 WIB
JAKARTA - Transisi energi menjadi salah satu solusi dalam menjawab tantangan ketahanan dan kemandirian energi nasional. Kehadiran digitalisasi teknologi dan pemanfaatan energi bersih diyakini pemerintah sebagai salah satu faktor pendorong transisi energi, terutama dalam menjaga stabilitas sistem kelistrikan dan mengakomodasi peningkatan variabel energi bersih.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengungkapkan, digitalisasi teknologi dan modernisasi infrastruktur kelistrikan dapat dilakukan melalui pendekatan internet of things (loT) dengan memanfaatkan jaringan listrik cerdas (smart grid).
"Smart grid ini memungkinkan adanya komunikasi antara supply dan demand listrik," kata Ego mewakili Menteri ESDM Arifin Tasrif pada acara Ulang Tahun Ke-6 Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) di Jakarta, Rabu (7/7/2021).
Baca juga:Dicap Sombong Tak Mau Datang ke Podcast Deddy Corbuzier, Ini Reaksi Jerinx
Menurut dia, penguasaan teknologi dan engineering procurement construction (EPC) jaringan listrik menjadi infrastruktur utama dalam mengakomodasi volatilitas operasional variable renewable energy (VRE). "Kedua hal ini sudah dikuasi PJCI. Semoga (sumbangsih) ini mendorong keberhasilan transisi energi dan pengembangan smart grid di Indonesia," jelasnya.
Ego menjelaskan, implementasi smart grid telah masuk sebagai program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Saat ini sudah terdapat lima lokasi pengembangan smart grid yang telah dilakukan di Sistem Jawa Bali, yaitu Advance Metering Infrastructure (AMI) untuk pelanggan PLN di Jakarta, Digital Substation Sepatan II, Digital Substation Teluk Naga II, Reliability Efficiency Optimization Center (REOC) pada sistem milik Indonesia Power, serta Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic and Optimization Center (REMDOC) pada sistem milik PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB).
Kementerian ESDM juga telah mewacanakan Super Grid Nusantara, menghubungkan jaringan listrik antar-pulau besar serta Papua, Maluku dan Nusa Tenggara, sebagai solusi potensial guna meningkatkan pengembangan energi terbarukan dengan tetap menjaga kestabilan dan keamanan sistem kelistrikan.
Baca juga:Bikin Halusinasi, Produsen Pil LL Digerebek Per Hari Produksi 100 Ribu Butir
"Dengan adanya super-grid memungkinkan setiap wilayah untuk mengimpor dan mengekspor pasokan listrik di saat adanya krisis kekurangan dan kelebihan energi berbasis EBT," ungkap Ego.
Dalam rangka meningkatkan investasi EBT, Ego mengatakan bahwa pemerintah telah memberikan insentif fiskal dan non-fiskal seperti tax allowance, fasilitas bea masuk, serta tax holiday. "Kami terus berusaha untuk dapat memberikan bentuk-bentuk insentif dan instrumen keuangan baru dalam meningkatkan minat para investor," ujarnya.
Menurut Ego, untuk mencapai target-target dalam pembangunan EBT membutuhkan regulasi yang dapat memberikan kepastian dan keamanan berusaha. Pemerintah sendiri telah membuat rancangan peraturan presiden terkait harga pembelian tenaga listrik EBT dan perbaikan peraturan menteri ESDM terkait PLTS Atap, serta terus mendorong penyelesaian Rancangan Undang-Undang EBT.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengungkapkan, digitalisasi teknologi dan modernisasi infrastruktur kelistrikan dapat dilakukan melalui pendekatan internet of things (loT) dengan memanfaatkan jaringan listrik cerdas (smart grid).
"Smart grid ini memungkinkan adanya komunikasi antara supply dan demand listrik," kata Ego mewakili Menteri ESDM Arifin Tasrif pada acara Ulang Tahun Ke-6 Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) di Jakarta, Rabu (7/7/2021).
Baca juga:Dicap Sombong Tak Mau Datang ke Podcast Deddy Corbuzier, Ini Reaksi Jerinx
Menurut dia, penguasaan teknologi dan engineering procurement construction (EPC) jaringan listrik menjadi infrastruktur utama dalam mengakomodasi volatilitas operasional variable renewable energy (VRE). "Kedua hal ini sudah dikuasi PJCI. Semoga (sumbangsih) ini mendorong keberhasilan transisi energi dan pengembangan smart grid di Indonesia," jelasnya.
Ego menjelaskan, implementasi smart grid telah masuk sebagai program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Saat ini sudah terdapat lima lokasi pengembangan smart grid yang telah dilakukan di Sistem Jawa Bali, yaitu Advance Metering Infrastructure (AMI) untuk pelanggan PLN di Jakarta, Digital Substation Sepatan II, Digital Substation Teluk Naga II, Reliability Efficiency Optimization Center (REOC) pada sistem milik Indonesia Power, serta Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic and Optimization Center (REMDOC) pada sistem milik PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB).
Kementerian ESDM juga telah mewacanakan Super Grid Nusantara, menghubungkan jaringan listrik antar-pulau besar serta Papua, Maluku dan Nusa Tenggara, sebagai solusi potensial guna meningkatkan pengembangan energi terbarukan dengan tetap menjaga kestabilan dan keamanan sistem kelistrikan.
Baca juga:Bikin Halusinasi, Produsen Pil LL Digerebek Per Hari Produksi 100 Ribu Butir
"Dengan adanya super-grid memungkinkan setiap wilayah untuk mengimpor dan mengekspor pasokan listrik di saat adanya krisis kekurangan dan kelebihan energi berbasis EBT," ungkap Ego.
Dalam rangka meningkatkan investasi EBT, Ego mengatakan bahwa pemerintah telah memberikan insentif fiskal dan non-fiskal seperti tax allowance, fasilitas bea masuk, serta tax holiday. "Kami terus berusaha untuk dapat memberikan bentuk-bentuk insentif dan instrumen keuangan baru dalam meningkatkan minat para investor," ujarnya.
Menurut Ego, untuk mencapai target-target dalam pembangunan EBT membutuhkan regulasi yang dapat memberikan kepastian dan keamanan berusaha. Pemerintah sendiri telah membuat rancangan peraturan presiden terkait harga pembelian tenaga listrik EBT dan perbaikan peraturan menteri ESDM terkait PLTS Atap, serta terus mendorong penyelesaian Rancangan Undang-Undang EBT.
(uka)
tulis komentar anda