Usai Harga Gas, Industri Keramik Curhat Soal Kontainer Ekspor

Rabu, 14 Juli 2021 - 15:05 WIB
Foto/ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Pasokan yang terbatas berakibat mahalnya harga kontainer ekspor. Penyebab kelangkaan lantaran tidak adanya keseimbangan aktivitas ekpor impor di dunia akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan resesi ekonomi global.

Ketua Umum Asaki (Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia) Edy Suyanto mengatakan mahalnya harga kontainer ekspor ini mulai terasa semenjak kuartal IV 2020.

“Kelangkaan dan naiknya harga kontainer ini sangat signifikan,” ujar Edy di Jakara, Rabu (14/7/2021).

Baca juga:Gara-Gara Hak, Arya Saloka dan Evan Sanders Sukses Kocok Perut Netizen: Imun Naik!



Edy menuturkan, kelangkaan dan naiknnya harga kontainer ini terjadi pula untuk semua tujuan negara ekpor, baik itu negara-negara di Asia Tenggara, Eropa, Amerika, maupun Timur Tengah. Pihak Asaki pun telah melaporkan kepada Kementerian Perindustrian.

Edy memaparkan sebelum kuartal IV produsen keramik melakukan ekspor ke Malaysia. Ketika itu harga satu kontainer ocean track di bawah USD100, begitu pun dengan negara Thailand. Sementara ke Filipina harga satu kontainer ocean track USD150. Namun per hari ini rata-rata harga satu kontainer ocean track sudah mencapai di atas USD300-400.

Meski kelangkan dan kenaikan harga kontainer berdampak pada biaya ekspor keramik, Asaki menyatakan bahwa industri keramik masih mencatatkan pertumbuhan. Penyebabnya, kenaikan permintaan domestik yang kembali bangkit.

“Namun yang disyukuri, meskipun industri keramik terganggu oleh hal itu, secara keseluruhan di tahun 2020, industri keramik masih bisa tumbuh 22%,” ucapnya.

Jika dilihat dari tren pada Januari 2020 sampai sebelum kuartal IV tahun lalu, industri keramik sudah tumbuh di atas 40%. Hal itu lantaran mendapat dukungan stimulus harga gas yang membuat industri ini menjadi agresif untuk merebut pasar yang sebelumnya kalah saing.

Baca juga:Kisah Kecerdasan Ahnaf bin Qais dalam Pembebasan Persia

Lebih lanjut, walaupun harga kontainer meningkat, namun secara kuantitas industri keramik masih mendapatkan kontainer untuk mengantar ke berbagai negara tujuan ekspor.

“Pihak industri keramik masih dapat mensiasatinya. Harga yang demikian masih bisa kami lakukan untuk mengekspor. Sehingga dari Januari hingga Mei 2021 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri keramik Indonesia masih mampu bertumbuh 10% namun dengan catatan hanya ke negara tujuan Asia Tenggara,” tandasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More