BUMN Bisa Mengarah Pada Kehancuran Gara-gara Mindset Ini
Kamis, 15 Juli 2021 - 17:08 WIB
JAKARTA - Menteri BUMN, Erick Thohir meminta, para manajemen perusahaan pelat merah untuk meninggalkan mindset 'BUMN selalu diselamatkan negara'. Pasalnya comfort zone akan membuat BUMN tidak bisa berkompetisi, bahkan mengarah pada kehancuran.
"Tinggalkan mindset bahwa BUMN selalu diselamatkan kalau kinerja buruk atau berkasus, mindset ini harus kita bongkar, harus kita tinggalkan. Tidak lagi di comfort zone karena kenapa, Kalau BUMN ini roboh," ujar Erick Thohir di Jakarta, Kamis (15/7/2021).
Comfort zone pun membuat perusahaan negara kehilangan perannya sebagai pelayan masyarakat (public service), peran yang dinilai membantu rakyat Indonesia pada kondisi kritikal.
BUMN diamanahkan untuk mengelola kekayaan dengan jumlah besar. Mantan Bos Inter Milan itu menyebut, bisa penopang dan menjadi lokomotif bangsa dan menjadi agen pembangunan.
"Karenanya core value (nilai utama) insan BUMN bukan lagi perkara individu melainkan persoalan bangsa, kita jangan sia-siakan masa golden exits," katanya.
Erick menegaskan, perubahan paradigma dewan direksi dan komisaris dapat memposisikan BUMN sebagai perusahaan yang bisa berkompetisi di kancah nasional dan global.
Dalam catatanya, baru 50% atau rata-rata 40% perseroan pelat merah yang sudah bisa bersaing dengan perusahaan asing dan swasta. Sementara, 60% perusahaan masih bergabung pada penugasan dan berada dalam zona nyaman.
"Kita harus berjujur diri, di bawa 50% sudah siap berkompetisi secara terbuka dengan asing dan swasta. 60% itu masih bergantung kepada penugasan ataupun masih dalam situasi comfort zone," tutur dia.
"Tinggalkan mindset bahwa BUMN selalu diselamatkan kalau kinerja buruk atau berkasus, mindset ini harus kita bongkar, harus kita tinggalkan. Tidak lagi di comfort zone karena kenapa, Kalau BUMN ini roboh," ujar Erick Thohir di Jakarta, Kamis (15/7/2021).
Comfort zone pun membuat perusahaan negara kehilangan perannya sebagai pelayan masyarakat (public service), peran yang dinilai membantu rakyat Indonesia pada kondisi kritikal.
BUMN diamanahkan untuk mengelola kekayaan dengan jumlah besar. Mantan Bos Inter Milan itu menyebut, bisa penopang dan menjadi lokomotif bangsa dan menjadi agen pembangunan.
"Karenanya core value (nilai utama) insan BUMN bukan lagi perkara individu melainkan persoalan bangsa, kita jangan sia-siakan masa golden exits," katanya.
Erick menegaskan, perubahan paradigma dewan direksi dan komisaris dapat memposisikan BUMN sebagai perusahaan yang bisa berkompetisi di kancah nasional dan global.
Dalam catatanya, baru 50% atau rata-rata 40% perseroan pelat merah yang sudah bisa bersaing dengan perusahaan asing dan swasta. Sementara, 60% perusahaan masih bergabung pada penugasan dan berada dalam zona nyaman.
"Kita harus berjujur diri, di bawa 50% sudah siap berkompetisi secara terbuka dengan asing dan swasta. 60% itu masih bergantung kepada penugasan ataupun masih dalam situasi comfort zone," tutur dia.
(akr)
tulis komentar anda