Menko Airlangga Tegaskan Komitmen RI bagi Pembangunan Sawit Berkelanjutan
Kamis, 19 Agustus 2021 - 12:28 WIB
JAKARTA - Sektor pertanian sebagai salah satu sektor dengan pangsa terbesar dan menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia pada kuartal II/2021 melanjutkan tren pertumbuhan sebesar yang positif sebesar 0,38% (yoy), seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7,07% di kuartal yang sama.
Sektor pertanian yang didalamnya terdapat komoditas kelapa sawit juga turut andil dalam pemulihan ekonomi nasional. Kinerja ekspor pada Q2-2021 tercatat tumbuh tinggi yakni 31,78% (yoy). Dengan kinerja tersebut, kelapa sawit berkontribusi sebesar 13% terhadap ekspor non-migas Indonesia.
Harga Crude Palm Oil (CPO) internasional terus mengalami kenaikan yang mencapai USD1.100/MT, kenaikan ini berdampak pada membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP)>103,4 dan sejalan dengan meningkatnya harga TBS berkisar 1.800-2.100/kg.
"Dengan penguasaan yang mencapai sebesar 58% terhadap pangsa pasar minyak sawit dunia, seharusnya Indonesia sudah menjadi price leader, bukan price taker," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Web Seminar (Webinar) Nasional Kelapa Sawit "Kontribusi Aktif Kelapa Sawit dalam Mendukung Green Economy Nasional".
Industri kelapa sawit nasional telah berkontribusi mengentaskan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk lebih dari 16 juta pekerja. "Dengan kata lain, industri kelapa sawit merupakan sektor strategis bagi perekonomian masyarakat yang perlu dikawal tidak hanya oleh Pemerintah saja, namun oleh semua komponen masyarakat," ujar Menko Airlangga.
Pemerintah saat ini terus mengembangkan kebijakan yang mendorong domestic demand dari produk sawit, antara lain melalui pengembangan biodiesel (B30) sebagai salah satu alternatif BBM untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil. Program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbon dioksida (CO2) pada tahun 2020.
Pemerintah berkomitmen untuk mendukung program B30 pada tahun 2021 yang bertujuan untuk menjaga stabilisasi harga CPO. Dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta KL, komitmen Pemerintah ini dapat menghemat devisa sebesar USD8 miliar akibat dari berkurangnya impor solar.
Selain itu, pada tahun 2021 ini Pemerintah juga tetap berkomitmen untuk melakukan peremajaan (replanting) sebanyak 180 ribu hektare kebun kelapa sawit milik petani. Upaya ini dilakukan dengan tujuan dapat meningkatkan produktivitas kebun sawit rakyat dengan umur tanaman tua yang produktivitasnya kurang dari 3-4 ton/ha.
Sektor pertanian yang didalamnya terdapat komoditas kelapa sawit juga turut andil dalam pemulihan ekonomi nasional. Kinerja ekspor pada Q2-2021 tercatat tumbuh tinggi yakni 31,78% (yoy). Dengan kinerja tersebut, kelapa sawit berkontribusi sebesar 13% terhadap ekspor non-migas Indonesia.
Harga Crude Palm Oil (CPO) internasional terus mengalami kenaikan yang mencapai USD1.100/MT, kenaikan ini berdampak pada membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP)>103,4 dan sejalan dengan meningkatnya harga TBS berkisar 1.800-2.100/kg.
"Dengan penguasaan yang mencapai sebesar 58% terhadap pangsa pasar minyak sawit dunia, seharusnya Indonesia sudah menjadi price leader, bukan price taker," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Web Seminar (Webinar) Nasional Kelapa Sawit "Kontribusi Aktif Kelapa Sawit dalam Mendukung Green Economy Nasional".
Industri kelapa sawit nasional telah berkontribusi mengentaskan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk lebih dari 16 juta pekerja. "Dengan kata lain, industri kelapa sawit merupakan sektor strategis bagi perekonomian masyarakat yang perlu dikawal tidak hanya oleh Pemerintah saja, namun oleh semua komponen masyarakat," ujar Menko Airlangga.
Pemerintah saat ini terus mengembangkan kebijakan yang mendorong domestic demand dari produk sawit, antara lain melalui pengembangan biodiesel (B30) sebagai salah satu alternatif BBM untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil. Program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbon dioksida (CO2) pada tahun 2020.
Pemerintah berkomitmen untuk mendukung program B30 pada tahun 2021 yang bertujuan untuk menjaga stabilisasi harga CPO. Dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta KL, komitmen Pemerintah ini dapat menghemat devisa sebesar USD8 miliar akibat dari berkurangnya impor solar.
Selain itu, pada tahun 2021 ini Pemerintah juga tetap berkomitmen untuk melakukan peremajaan (replanting) sebanyak 180 ribu hektare kebun kelapa sawit milik petani. Upaya ini dilakukan dengan tujuan dapat meningkatkan produktivitas kebun sawit rakyat dengan umur tanaman tua yang produktivitasnya kurang dari 3-4 ton/ha.
tulis komentar anda