Sektor yang Kontribusinya Lambat, Siap-Siap Tak Dapat Kucuran Kredit
Jum'at, 20 Agustus 2021 - 19:32 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang belum selesai hingga saat ini disebut menjadi sebab macetnya penyerapan kredit yang ada pada korporasi. Dari penyerapan yang lambat itu akhirnya membuat perbankan berhitung lebih lama mengenai risiko pinjaman.
Menurut Josua Pardede, Senior Vice President-Economist PermataBank, pada dasarnya sisi permintaan dan penawaran baru akan mulai meningkat pada semester II tahun ini. Ada beberapa faktor yang sudah pulih meskipun ada sejumlah sektor lain yang masih dipengaruhi oleh penyebaran pandemi.
"Ya, ada beberapa pabrikan yang masih menonjol dibandingkan dengan manufaktur sektor lain, misalnya seperti makanan dan minuman. Dan juga petrokimia serta sektor farmasi," ujar Josua dalam Market Headline IDXChanel pada Jumat (20/8/2021).
Menurutnya, parameter baru mulai terlihat terkait meningkat dan membaiknya permintaan kredit pada kuartal kedua tahun ini dari konsumsi swasta dan investasi. Namun Josua optimistis akan ada beberapa peningkatan lain dalam beberapa waktu ke depan.
Josua menyatakan bahwa perbankan akan membekukan kredit pada beberapa segmen yang kontribusinya pada PDB masih lambat. "Kami akan mencoba menghitung ide pembekuan kredit pada beberapa sektor yang kinerjanya dalam hal PDB (lambat). Mereka akan kita dibandingkan dengan sektor lain misalnya seperti pertanian," sambungnya.
Dengan belum terkendalinya kasus Covid-19, sebagian besar UMKM sulit untuk melakukan ekspansi dengan meminjam kredit lebih banyak lagi ke lembaga keuangan formal. Meskipun ada penjaminan kredit, namun aktifitas ekonomi masyarakat masih belum pulih dampak dari pembatasan mobilitas, yang merupakan upaya penangan pandemi.
"Kredit pada segmen ini karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya, bahwa pemanfaatan kapasitas rata-rata industri dari setiap sektor tidak begitu tinggi. Jadi pada dasarnya bank perlu mengelola kredit mereka. " lanjut Josua.
Situasi ini menurut Josua memang sangat rumit untuk berkembang. Meskipun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menerapkan kebijakan restrukturisasi perkreditan. "Saya pikir itu membantu, masalahnya adalah untuk beberapa sektor, masih ada perbedaan yang sangat tinggi," tuturnya.
Menurut Josua Pardede, Senior Vice President-Economist PermataBank, pada dasarnya sisi permintaan dan penawaran baru akan mulai meningkat pada semester II tahun ini. Ada beberapa faktor yang sudah pulih meskipun ada sejumlah sektor lain yang masih dipengaruhi oleh penyebaran pandemi.
"Ya, ada beberapa pabrikan yang masih menonjol dibandingkan dengan manufaktur sektor lain, misalnya seperti makanan dan minuman. Dan juga petrokimia serta sektor farmasi," ujar Josua dalam Market Headline IDXChanel pada Jumat (20/8/2021).
Menurutnya, parameter baru mulai terlihat terkait meningkat dan membaiknya permintaan kredit pada kuartal kedua tahun ini dari konsumsi swasta dan investasi. Namun Josua optimistis akan ada beberapa peningkatan lain dalam beberapa waktu ke depan.
Josua menyatakan bahwa perbankan akan membekukan kredit pada beberapa segmen yang kontribusinya pada PDB masih lambat. "Kami akan mencoba menghitung ide pembekuan kredit pada beberapa sektor yang kinerjanya dalam hal PDB (lambat). Mereka akan kita dibandingkan dengan sektor lain misalnya seperti pertanian," sambungnya.
Dengan belum terkendalinya kasus Covid-19, sebagian besar UMKM sulit untuk melakukan ekspansi dengan meminjam kredit lebih banyak lagi ke lembaga keuangan formal. Meskipun ada penjaminan kredit, namun aktifitas ekonomi masyarakat masih belum pulih dampak dari pembatasan mobilitas, yang merupakan upaya penangan pandemi.
Baca Juga
"Kredit pada segmen ini karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya, bahwa pemanfaatan kapasitas rata-rata industri dari setiap sektor tidak begitu tinggi. Jadi pada dasarnya bank perlu mengelola kredit mereka. " lanjut Josua.
Situasi ini menurut Josua memang sangat rumit untuk berkembang. Meskipun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menerapkan kebijakan restrukturisasi perkreditan. "Saya pikir itu membantu, masalahnya adalah untuk beberapa sektor, masih ada perbedaan yang sangat tinggi," tuturnya.
(uka)
tulis komentar anda