Hary Tanoe: Warung Migo Bisa Dukung Digital Banking di Daerah
Kamis, 09 September 2021 - 14:51 WIB
JAKARTA - PT MNC Vision Networks (IPTV) atau MVN telah menginvestasikan USD40 juta untuk mengakuisisi saham minoritas di PT Teknologi Migo Indonesia. Migo sendiri dirancang untuk mengoptimalkan pengalaman pelanggan untuk cakupan pasar yang luas, dan menghadirkan layanan video-on-demand secara offline melalui jaringan warung atau yang disebut ' Warung Migo '.
Di Warung Migo mana pun, pengguna dapat mengakses jaringan yang dipatenkan Migo untuk mengunduh konten tanpa batas dan lebih cepat dari sebelumnya. Mengunduh sebuah film panjang pun hanya membutuhkan waktu 60 detik alias satu menit.
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan, pengguna Migo bahkan bisa mengunduh konten yang terbelakang atau bisa mengikuti alur ceritanya dari awal bahkan itu ada di Vision+, kemudian juga original content setiap bulannya dibuat. Warung Migo, kata Hary, nantinya juga bisa mendorong digital banking di daerah.
"Tapi bukan itu saja, digital banking luar biasa sinerginya karena under-bank 70% kalo un-bank 50%, artinya sama sekali tidak punya akses fasilitas bank. Pada saatnya perlu untuk nasabah bisa dapet cash juga, Warung Migo bisa tempat untuk setor uang atau ambil uang tunai," katanya dalam closing statement 'MIGO Accelerate Nationwide Rollout Plans With MVN Investment', Kamis (9/9/2021).
Kerja sama strategis ini akan menjadi katalis bagi pertumbuhan anak perusahaan IPTV, terutama dalam menambah jaringan baru untuk mendistribusikan konten.
"Banyak sekali bisa bekerja sama dengan digital produk lainnya, bukan hanya MNC saja. Migo punya prospek luar biasa, bayangkan 100.000 station, minimum 500 station itu 50 juta tercover kalau 1.000 ya 100 juta itu mungkin," ujar Hary.
Selain itu, pengguna juga dapat menonton sepuasnya tanpa biaya data, tanpa iklan, dan tanpa buffering, dengan biaya hanya Rp 1.000 per hari. Hal ini membuat Migo 5x-7x lebih murah daripada biaya keseluruhan dari OTT berlangganan lainnya, dengan waktu unduh 30 kali lebih cepat daripada jaringan telekomunikasi tradisional.
"Karena 60% masyarakat kita semi urban yang pasti banyak pemakainya nanti karena di mana pun internet masih dirasakan terlalu mahal. Bukannya mahal tapi kualitasnya kalau untuk pemakaian lama juga masih dirasa kurang bagus, kadang buffering dan sebagainya," katanya.
Di Warung Migo mana pun, pengguna dapat mengakses jaringan yang dipatenkan Migo untuk mengunduh konten tanpa batas dan lebih cepat dari sebelumnya. Mengunduh sebuah film panjang pun hanya membutuhkan waktu 60 detik alias satu menit.
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan, pengguna Migo bahkan bisa mengunduh konten yang terbelakang atau bisa mengikuti alur ceritanya dari awal bahkan itu ada di Vision+, kemudian juga original content setiap bulannya dibuat. Warung Migo, kata Hary, nantinya juga bisa mendorong digital banking di daerah.
"Tapi bukan itu saja, digital banking luar biasa sinerginya karena under-bank 70% kalo un-bank 50%, artinya sama sekali tidak punya akses fasilitas bank. Pada saatnya perlu untuk nasabah bisa dapet cash juga, Warung Migo bisa tempat untuk setor uang atau ambil uang tunai," katanya dalam closing statement 'MIGO Accelerate Nationwide Rollout Plans With MVN Investment', Kamis (9/9/2021).
Kerja sama strategis ini akan menjadi katalis bagi pertumbuhan anak perusahaan IPTV, terutama dalam menambah jaringan baru untuk mendistribusikan konten.
"Banyak sekali bisa bekerja sama dengan digital produk lainnya, bukan hanya MNC saja. Migo punya prospek luar biasa, bayangkan 100.000 station, minimum 500 station itu 50 juta tercover kalau 1.000 ya 100 juta itu mungkin," ujar Hary.
Selain itu, pengguna juga dapat menonton sepuasnya tanpa biaya data, tanpa iklan, dan tanpa buffering, dengan biaya hanya Rp 1.000 per hari. Hal ini membuat Migo 5x-7x lebih murah daripada biaya keseluruhan dari OTT berlangganan lainnya, dengan waktu unduh 30 kali lebih cepat daripada jaringan telekomunikasi tradisional.
"Karena 60% masyarakat kita semi urban yang pasti banyak pemakainya nanti karena di mana pun internet masih dirasakan terlalu mahal. Bukannya mahal tapi kualitasnya kalau untuk pemakaian lama juga masih dirasa kurang bagus, kadang buffering dan sebagainya," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda