Konsumen PLTS Atap Capai 4.133 Pengguna hingga Agustus 2021
Kamis, 07 Oktober 2021 - 12:16 WIB
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat hingga Agustus 2021, terdapat 4.133 pengguna pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap di berbagai sektor dengan total kapasitas 36,74 MWp. Berdasarkan data tersebut, jumlah pengguna PLTS atap di Jawa Tengah dan DIY merupakan terbanyak ketiga di Indonesia (5,88 MW).
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Chrisnawan Anditya mengatakan, pemerintah telah berupaya mengakomodasi kebutuhan sektor industri dan komersial dalam memasang PLTS atap dengan beberapa strategi.
Salah satunya klausul penurunan biaya paralel kapasitas untuk pelanggan industri dari 40 jam menjadi 5 jam per bulan yang telah diberlakukan sejak 2019 lalu.
"Ekonomi ke depannya akan bertumbuh ke arah green ekonomi yang didukung dengan adanya green industri. RUPTL saat ini memuat 51% pembangkit yang akan dibangun adalah pembangkit EBT. Dalam masa transisinya, industri didorong untuk mengimbangkannya dengan penggunaan PLTS atap," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (7/10/2021).
Dia menambahkan, peran berbagai pihak, termasuk sektor komersial dan industri, sangat penting untuk pencapaian target iklim Indonesia sekaligus mendorong daya saing operasi dan produk yang hijau.
"Sektor komersial dan industri akan menghadapi tantangan global ke depan, terutama bila diterapkan carbon border tax oleh Uni Eropa pada 2026," imbuhnya.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, potensi PLTS atap sektor industri di Jawa Tengah dan Yogyakarta mencapai 3,5 GWp atau 10% dari potensi pasar PLTS atap dari pelanggan sektor industri se-Indonesia.
Survei pasar IESR menunjukkan ada potensi sebesar 9,8% atau 16.000 usaha di Jawa Tengah untuk memanfaatkan PLTS atap.
"Agar dapat mewujudkan upaya dekarbonisasi dan upaya pengendalian iklim, sektor industri dan komersial dapat mengidentifikasi kebutuhan dan strategi melaksanakan transisi energi dengan memiliki roadmap transisi energi. Termasuk pemanfaatan PLTS atap dan mendorong kolaborasi dan sinergi berbagai pihak sehingga terciptanya rantai pasok untuk menghasilkan green product yang kompetitif," jelas Fabby.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Chrisnawan Anditya mengatakan, pemerintah telah berupaya mengakomodasi kebutuhan sektor industri dan komersial dalam memasang PLTS atap dengan beberapa strategi.
Salah satunya klausul penurunan biaya paralel kapasitas untuk pelanggan industri dari 40 jam menjadi 5 jam per bulan yang telah diberlakukan sejak 2019 lalu.
"Ekonomi ke depannya akan bertumbuh ke arah green ekonomi yang didukung dengan adanya green industri. RUPTL saat ini memuat 51% pembangkit yang akan dibangun adalah pembangkit EBT. Dalam masa transisinya, industri didorong untuk mengimbangkannya dengan penggunaan PLTS atap," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (7/10/2021).
Dia menambahkan, peran berbagai pihak, termasuk sektor komersial dan industri, sangat penting untuk pencapaian target iklim Indonesia sekaligus mendorong daya saing operasi dan produk yang hijau.
"Sektor komersial dan industri akan menghadapi tantangan global ke depan, terutama bila diterapkan carbon border tax oleh Uni Eropa pada 2026," imbuhnya.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, potensi PLTS atap sektor industri di Jawa Tengah dan Yogyakarta mencapai 3,5 GWp atau 10% dari potensi pasar PLTS atap dari pelanggan sektor industri se-Indonesia.
Survei pasar IESR menunjukkan ada potensi sebesar 9,8% atau 16.000 usaha di Jawa Tengah untuk memanfaatkan PLTS atap.
"Agar dapat mewujudkan upaya dekarbonisasi dan upaya pengendalian iklim, sektor industri dan komersial dapat mengidentifikasi kebutuhan dan strategi melaksanakan transisi energi dengan memiliki roadmap transisi energi. Termasuk pemanfaatan PLTS atap dan mendorong kolaborasi dan sinergi berbagai pihak sehingga terciptanya rantai pasok untuk menghasilkan green product yang kompetitif," jelas Fabby.
(akr)
tulis komentar anda