Jaringan Internet Mahal, Digitalisasi Sektor Maritim Jadi Lemot
Kamis, 28 Oktober 2021 - 14:59 WIB
JAKARTA - Sebagai negara maritim , Indonesia berpeluang besar dalam menumbuhkan perekonomian nasional di sektor tersebut. Namun di masa pandemi ini, memaksa kebutuhan akan koneksi internet yang memadai menjadi semakin penting agar kegiatan bisnis dapat terus berjalan.
Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengatakan, penerapan teknologi di sektor maritim khususnya di atas kapal saat ini masih tergolong minim. Salah satu alasan adalah jaringan internet yang mahal dan bandwidth yang terbatas dikarenakan kapal berada ratusan atau ribuan mil dari daratan terdekat dari konektivitas jaringan internet yang harus disediakan melalui satelit.
Di era revolusi Industri 4.0 atau era digitalisasi, dan implementasi ekosistem logistik nasional, industri maritim, mau tidak mau, harus siap menghadapinya dengan cara memanfaatkan teknologi informasi serta mengubah pola pikir dan cara kerja di sektor maritim.
"Digitalisasi dan teknologi dan inovasi di sektor maritim ini memang diperlukan dalam era 4.0 yang bisa mempermudah jalannya usaha-usaha sektor maritim," ujarnya dalam Konferensi Pers secara VEMI 2021, Kamis (28/10/2021).
Selain untuk menghadapi persaingan global, penerapan digitalisasi di industri maritim diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi di sektor maritim. Pembangunan infrastruktur digital yang terintegrasi sangat penting bagi sektor maritim dan logistik, karena akan terciptanya big data yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan analisa.
"Tentunya dengan digital mungkin akan mempermudah dan akan mengurangi biaya yang tidak diperlukan. Kami mempersiapkan ke sana, kami sedang duduk bersama dan melihat kira-kira mana biaya yang tertinggi, dan bagaimana caranya mengurangi itu semua," lanjutnya.
Big data mendorong terciptanya inovasi produk, layanan, dan peluang bisnis di sektor maritim. Misalnya, informasi mengenai ketersediaan ruang muat kapal, dan jenis komoditas.
"Ketika kami melakukan impor barang, kelihatannya kami selalu menyalahkan bea cukai, bahwa bea cukai lama dan segala macam, yang menyebabkan harga pengiriman barang tinggi dan lama sekali. Ketika saya mengirim barang dari Singapura itu lama sekali, ketika saya mengecek ke bea cukai, ternyata bukan ada di bea cukai, tapi ada di gudangnya. Hal seperti ini kalau bisa kita lihat dengan digital mungkin akan mengurangi permasalahan," tuturnya.
Tumbuh kembangnya usaha transportasi laut, galangan kapal, dan pelabuhan akan berdampak positif terhadap industri dan jasa terkait lainnya. Seperti badan klasifikasi, produsen alat teknologi dan informasi, produsen oil, produsen cat.
"Sinergitas, kolaborasi dan inovasi di sektor maritim perlu terus dilakukan untuk kemajuan industri maritim kita," pungkas Carmelita.
Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengatakan, penerapan teknologi di sektor maritim khususnya di atas kapal saat ini masih tergolong minim. Salah satu alasan adalah jaringan internet yang mahal dan bandwidth yang terbatas dikarenakan kapal berada ratusan atau ribuan mil dari daratan terdekat dari konektivitas jaringan internet yang harus disediakan melalui satelit.
Di era revolusi Industri 4.0 atau era digitalisasi, dan implementasi ekosistem logistik nasional, industri maritim, mau tidak mau, harus siap menghadapinya dengan cara memanfaatkan teknologi informasi serta mengubah pola pikir dan cara kerja di sektor maritim.
"Digitalisasi dan teknologi dan inovasi di sektor maritim ini memang diperlukan dalam era 4.0 yang bisa mempermudah jalannya usaha-usaha sektor maritim," ujarnya dalam Konferensi Pers secara VEMI 2021, Kamis (28/10/2021).
Selain untuk menghadapi persaingan global, penerapan digitalisasi di industri maritim diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi di sektor maritim. Pembangunan infrastruktur digital yang terintegrasi sangat penting bagi sektor maritim dan logistik, karena akan terciptanya big data yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan analisa.
"Tentunya dengan digital mungkin akan mempermudah dan akan mengurangi biaya yang tidak diperlukan. Kami mempersiapkan ke sana, kami sedang duduk bersama dan melihat kira-kira mana biaya yang tertinggi, dan bagaimana caranya mengurangi itu semua," lanjutnya.
Big data mendorong terciptanya inovasi produk, layanan, dan peluang bisnis di sektor maritim. Misalnya, informasi mengenai ketersediaan ruang muat kapal, dan jenis komoditas.
"Ketika kami melakukan impor barang, kelihatannya kami selalu menyalahkan bea cukai, bahwa bea cukai lama dan segala macam, yang menyebabkan harga pengiriman barang tinggi dan lama sekali. Ketika saya mengirim barang dari Singapura itu lama sekali, ketika saya mengecek ke bea cukai, ternyata bukan ada di bea cukai, tapi ada di gudangnya. Hal seperti ini kalau bisa kita lihat dengan digital mungkin akan mengurangi permasalahan," tuturnya.
Tumbuh kembangnya usaha transportasi laut, galangan kapal, dan pelabuhan akan berdampak positif terhadap industri dan jasa terkait lainnya. Seperti badan klasifikasi, produsen alat teknologi dan informasi, produsen oil, produsen cat.
"Sinergitas, kolaborasi dan inovasi di sektor maritim perlu terus dilakukan untuk kemajuan industri maritim kita," pungkas Carmelita.
(uka)
tulis komentar anda