Genjot Produk Lokal, SKK Migas Dorong Kompetensi Industri Penunjang Hulu Migas
Senin, 01 November 2021 - 20:27 WIB
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus mendorong kompetensi industri penunjang hulu migas . Program tersebut diimplementasikan dengan cara membina penyedia barang dan jasa dalam negeri agar dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan operasi dan proyek hulu migas di dalam negeri.
"Tone pemerintah semua sama, yakni bagaimana kita bersama-sama meningkatkan kompetensi industri penunjang dengan triger-nya industri hulu migas," ujar Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi dalam rangkaian diksusi virtual Forum Kapasitas Nasional (KAPNAS) 2021, di Jakarta, baru-baru ini.
Menurut dia program tersebut merupakan tindak lanjut dari kebijakan Kementerian ESDM melalui Keputusan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi untuk mengimplementasikan Program Penilaian dan Pembinaan Bersama Penyedia Barang/Jasa Dalam Negeri Penunjang Kegiatan Usaha Hulu Migas. Program tersebut untuk mendukung target 1 juta barel minyak di 2030.
"Di mana angka sekarang hampir 700 ribu barel per hari dan ke depan produksi akan terus bertambah. Dengan keyakinan itu, maka kegiatan seperti pengeboran sampai katering akan terus bertambah," kata dia.
Melalui peningkatan kompetensi tersebut, diharapkan kualitas spesifikasi yang dibutuhkan industri hulu migas ke vendor bisa terpenuhi. Erwin mengungkapkan, saat ini ada sekitar 30 industri penunjang di bawah pembinaan SKK Migas dan Kontrak Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Selain pembinaan, pihaknya juga mendorong daya saing industri penunjang hulu migas. Pasalnya, selama ini harga impor dengan lokal disparitasnya terlalu jauh sehingga membebani biaya KKKS.
Belum lagi, KKKS dituntut lebih efisien untuk menekan cost recovery. Sebab itu, SKK Migas mendorong bagaimana harga produk lokal bisa memiliki tingkat daya saing yang sama dengan impor tanpa mengurangi kualitas. "Caranya, dengan melakukan pembinaan juga mendorong agar prosesnya lebih efisien," kata dia.
Dia mengatakan, kehadiran industri hulu migas telah memberikan multiplier effect terhadap industri penunjang, hotel, UMKM, kesehatan dan lainnya. "Dampak berganda tersebut diharapkan bisa terus tumbuh untuk mendukung kelancaran operasi industri hulu migas," jelas Erwin.
"Tone pemerintah semua sama, yakni bagaimana kita bersama-sama meningkatkan kompetensi industri penunjang dengan triger-nya industri hulu migas," ujar Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi dalam rangkaian diksusi virtual Forum Kapasitas Nasional (KAPNAS) 2021, di Jakarta, baru-baru ini.
Baca Juga
Menurut dia program tersebut merupakan tindak lanjut dari kebijakan Kementerian ESDM melalui Keputusan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi untuk mengimplementasikan Program Penilaian dan Pembinaan Bersama Penyedia Barang/Jasa Dalam Negeri Penunjang Kegiatan Usaha Hulu Migas. Program tersebut untuk mendukung target 1 juta barel minyak di 2030.
"Di mana angka sekarang hampir 700 ribu barel per hari dan ke depan produksi akan terus bertambah. Dengan keyakinan itu, maka kegiatan seperti pengeboran sampai katering akan terus bertambah," kata dia.
Melalui peningkatan kompetensi tersebut, diharapkan kualitas spesifikasi yang dibutuhkan industri hulu migas ke vendor bisa terpenuhi. Erwin mengungkapkan, saat ini ada sekitar 30 industri penunjang di bawah pembinaan SKK Migas dan Kontrak Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Selain pembinaan, pihaknya juga mendorong daya saing industri penunjang hulu migas. Pasalnya, selama ini harga impor dengan lokal disparitasnya terlalu jauh sehingga membebani biaya KKKS.
Belum lagi, KKKS dituntut lebih efisien untuk menekan cost recovery. Sebab itu, SKK Migas mendorong bagaimana harga produk lokal bisa memiliki tingkat daya saing yang sama dengan impor tanpa mengurangi kualitas. "Caranya, dengan melakukan pembinaan juga mendorong agar prosesnya lebih efisien," kata dia.
Dia mengatakan, kehadiran industri hulu migas telah memberikan multiplier effect terhadap industri penunjang, hotel, UMKM, kesehatan dan lainnya. "Dampak berganda tersebut diharapkan bisa terus tumbuh untuk mendukung kelancaran operasi industri hulu migas," jelas Erwin.
Lihat Juga :
tulis komentar anda