Di Paviliun Indonesia COP26, RI Beberkan Aksi Iklim ke Dunia

Selasa, 02 November 2021 - 21:37 WIB
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong saat membuka Paviliun RI COP26 UNFCCC, Senin 1 November 2021. FOTO/dok.KLHK
JAKARTA - Wakil Menteri LHK Alue Dohong membuka Paviliun Indonesia COP26 UNFCCC Glasgow, Inggris, Senin (1/11). Paviliun Indonesia pada gelaran COP26 kali ini mengambil tema Leading Climate Actions Together: Indonesia FOLU Net Sink 2030 .

"Paviliun Indonesia menyajikan tonggak sejarah bagi Indonesia dengan menampilkan kebijakan dan tindakan dalam menangani perubahan iklim, menunjukkan komitmen Indonesia dalam negosiasi global, dan menyajikan banyak pelajaran dari lapangan," tutur Wamen Alue seperti dikutip melalui pernyataan resmi, Selasa (2/11/2021).



Paviliun Indonesia berfungsi sebagai soft diplomacy bersamaan dengan hard diplomacy meja perundingan digelaran COP26 UNFCCC, Glasgow. Soft Diplomacy di Paviliun Indonesia akan menyuarakan tindakan, strategi, dan inovasi Indonesia kepada dunia internasional berupa aksi-aksi iklim Indonesia dalam mencegah peningkatan suhu global dibawah 1,5 derajat celcius.

Melalui Paviliun Indonesia disebarkan informasi yang konstruktif dan integratif tentang program pengendalian perubahan iklim oleh pemerintah Indonesia bekerjasama dengan para pihak, termasuk menjabarkannya dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat global. Penyelenggaraan Paviliun Indonesia ini disebutnya juga dalam rangka membuka peluang bagi para pihak dalam lingkup global untuk menggali ide, peluang, dan jejaring dalam rangka penguatan upaya pengendalian perubahan iklim di Indonesia.



Isu perubahan iklim disebut Wamen asal Kalimantan Tengah tersebut telah mempengaruhi setiap negara di setiap benua. Efeknya telah mempengaruhi aspek perekonomian dan kesehatan dari masyarakat di seluruh dunia. Perubahan pola cuaca hingga terjadinya cuaca ekstrem yang memicu bencana alam dan wabah penyakit, telah nyata terlihat akhir-akhir ini.

"Tanpa tindakan, peningkatan suhu permukaan rata-rata dunia akan melampaui 3 derajat celcius abad ini. Orang-orang termiskin dan paling rentan yang paling terpengaruh," jelasnya.

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Presiden Jokowi ketika berbicara dalam KTT G20 sesi II dengan topik perubahan iklim, energi dan lingkungan hidup di La Nuvola, Roma, Italia, Minggu, 31 Oktober 2021. Pada kesempatan tersebut Presiden Jokowi menyatakan jika penanganan perubahan iklim harus diletakkan dalam kerangka besar pembangunan berkelanjutan.

Penanganan perubahan iklim harus bergerak maju seiring dengan penanganan berbagai tantangan global lainnya seperti pengentasan kemiskinan dan pencapaian target SDGs. Indonesia juga menekankan agar upaya penanganan perubahan iklim harus ditunjukkan melalui contoh nyata.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More