Di Wisuda IBS, Menteri PPN Ingatkan Pentingnya Produktivitas SDM
Minggu, 21 November 2021 - 19:04 WIB
JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangungan Nasional ( PPN )/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan, dalam 12 tahun terakhir, perekonomian Indonesia cenderung tumbuh di bawah potensinya. Suharso menyebut, rendahnya produktivitas menjadi salah satu alasannya.
"Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa mengapa kita masih lower midle income, salah satunya adalah tingkat produktivas kita yang masih rendah," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (21/11/2021).
Hal itu diungkapkannya dalam sambutan di acara wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banking School (STIE-IBS) Jakarta, Sabtu (20/11) lalu. Tingkat produktivitas yang masih rendah ini, kata dia, masih menjadi suatu isu dalam 30 tahun terakhir.
Faktor lainnya, sambung Suharso, Indonesia memiliki tingkat kompleksitas ekonomi yang sangat rendah, bahkan untuk tingkat Asia. Padahal, kemajuan sebuah negara ditentukan oleh tingkat kompleksitas ekonominya. Semakin tinggi kompleksitas ekonominya, maka negara itu semakin baik.
"Kompleksitas itu didorong oleh inovasi. Semoga para banker aware soal ini. Oleh karena itu, penting untuk fokus pada Human Capital Index, bukan lagi Human Development Index," tegasnya.
Suharso mengingatkan, peranan dunia perbankan sangat penting karena memberikan arah sebagai pemain utama dalam mengembangkan dan mendorong ekonomi ke depan. Karena itu, ujar dia, butuh upscaling dari SDM untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil.
Terkait dengan itu, Ketua STIE-IBS Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono menyampaikan bahwa sejak berdiri pada 2004, STIE-IBS telah menghasilkan 2.388 orang lulusan Strata 1. Menurut dia, seiring dengan program prioritas Pemerintah Indonesia Maju yaitu "Membangun SDM Unggul", maka IBS terus bertransformasi untuk berfokus mencetak lulusan-lulusan yang dapat memenuhi tuntutan tersebut.
"Dengan demikian, IBS dapat berkontribusi nyata terhadap peningkatan produktivitas kerja nasional dalam rangka berkompetisi di kancah regional dan internasional," tuturnya.
"Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa mengapa kita masih lower midle income, salah satunya adalah tingkat produktivas kita yang masih rendah," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (21/11/2021).
Hal itu diungkapkannya dalam sambutan di acara wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banking School (STIE-IBS) Jakarta, Sabtu (20/11) lalu. Tingkat produktivitas yang masih rendah ini, kata dia, masih menjadi suatu isu dalam 30 tahun terakhir.
Baca Juga
Faktor lainnya, sambung Suharso, Indonesia memiliki tingkat kompleksitas ekonomi yang sangat rendah, bahkan untuk tingkat Asia. Padahal, kemajuan sebuah negara ditentukan oleh tingkat kompleksitas ekonominya. Semakin tinggi kompleksitas ekonominya, maka negara itu semakin baik.
"Kompleksitas itu didorong oleh inovasi. Semoga para banker aware soal ini. Oleh karena itu, penting untuk fokus pada Human Capital Index, bukan lagi Human Development Index," tegasnya.
Suharso mengingatkan, peranan dunia perbankan sangat penting karena memberikan arah sebagai pemain utama dalam mengembangkan dan mendorong ekonomi ke depan. Karena itu, ujar dia, butuh upscaling dari SDM untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil.
Terkait dengan itu, Ketua STIE-IBS Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono menyampaikan bahwa sejak berdiri pada 2004, STIE-IBS telah menghasilkan 2.388 orang lulusan Strata 1. Menurut dia, seiring dengan program prioritas Pemerintah Indonesia Maju yaitu "Membangun SDM Unggul", maka IBS terus bertransformasi untuk berfokus mencetak lulusan-lulusan yang dapat memenuhi tuntutan tersebut.
"Dengan demikian, IBS dapat berkontribusi nyata terhadap peningkatan produktivitas kerja nasional dalam rangka berkompetisi di kancah regional dan internasional," tuturnya.
tulis komentar anda