Mengenal Embrio, Strategi BRI Ciptakan Talenta Digital Inovatif dan Tangguh
Kamis, 27 Januari 2022 - 15:26 WIB
JAKARTA -
Tidak hanya dari aspek teknologi, kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) juga memegang peranan penting dalam menjawab tantangan bisnis di era disrupsi ini. Peningkatan kompetensi SDM ini terus didorong oleh BRI melalui program Embrio, yaitu corporate innovation lab BRI atas ide-ide inovasi pekerja BRI.
Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo mengatakan, program Embrio merupakan upaya BRI menggali potensi terbaik para Insan BRILian, sebutan akrab bagi karyawan BRI. Melalui program komprehensif ini, Indra berharap dapat muncul ide-ide ‘radikal’ dari InsanBRIlian yang dapat menjadi solusi untuk pertumbuhan bisnis BRI.
“Program ini (Embrio) sangat melengkapi ekosistem inovasi kita, dengan tidak hanya menciptakan ide-ide radikal yang dapat meningkatkan daya saing kita, tapi juga menumbuhkan budaya berinovasi di BRI dan memperkaya platform kita,” katanya.
Karyawan terpilih akan menjalani empat tahapan program Embrio. Tahapan pertama yang dilalui ialah identifikasi inovator. Tahap identifikasi inovator dilakukan dengan melakukan seleksi berdasarkan minat dan kemampuan karyawan, dengan self-assessment questionnaire yang mengukur self-awareness, risk tolerance, kreativitas dan passion tiap karyawan terhadap inovasi, lalu dilanjutkan dengan wawancara oleh management.
Terdapat delapan kriteria yang dijadikan dasar penilaian, antara lain customer centricity, innovation and creativity, decision making, critical thinking, networking, teamwork, business acumen, dan tolerance for stress. Dari ke delapan kriteria ini, customer centricity dan innovation and creativity menjadi prioritas dalam penilaian.
Kedua, pembentukan persona. Pada tahap ini, karyawan akan diklasifikan ke dalam tiga persona, yakni Product Champion (Hacker), Business Champion (Hustler), dan Customer Champion (Hipster). Nantinya, BRI akan menempatkan tim yang melibatkan setiap persona berbeda sebagai upaya optimalisasi ide produk.
Program ini dilanjutkan dengan pengembangan dan validasi ide inovasi yang viable secara teknis dan bisnis, namun tetap menyelesaikan permasalahan utama customer. Proses validasi ini dibagi menjadi dua tahap: problem-solution fit dan product-market fit. Dalam proses ini, tim manajemen inovasi BRI memberikan coaching sesuai kebutuhan inovator, salah satunya bekerja sama dengan IT BRI untuk menyediakan bimbingan terkait security dan architecture, serta penggunaan teknologi eksisting maupun yang sedang berkembang.
Insan BRIlian kemudian ditantang untuk memvalidasi ide inovasi tersebut menjadi sebuah produk yang memiliki value added bagi BRI. Tim yang berhasil memvalidasi produk kemudian akan diberi kesempatan untuk melanjutkan dan mengelola produk inovasi barunya.
Tidak hanya dari aspek teknologi, kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) juga memegang peranan penting dalam menjawab tantangan bisnis di era disrupsi ini. Peningkatan kompetensi SDM ini terus didorong oleh BRI melalui program Embrio, yaitu corporate innovation lab BRI atas ide-ide inovasi pekerja BRI.
Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo mengatakan, program Embrio merupakan upaya BRI menggali potensi terbaik para Insan BRILian, sebutan akrab bagi karyawan BRI. Melalui program komprehensif ini, Indra berharap dapat muncul ide-ide ‘radikal’ dari InsanBRIlian yang dapat menjadi solusi untuk pertumbuhan bisnis BRI.
“Program ini (Embrio) sangat melengkapi ekosistem inovasi kita, dengan tidak hanya menciptakan ide-ide radikal yang dapat meningkatkan daya saing kita, tapi juga menumbuhkan budaya berinovasi di BRI dan memperkaya platform kita,” katanya.
Karyawan terpilih akan menjalani empat tahapan program Embrio. Tahapan pertama yang dilalui ialah identifikasi inovator. Tahap identifikasi inovator dilakukan dengan melakukan seleksi berdasarkan minat dan kemampuan karyawan, dengan self-assessment questionnaire yang mengukur self-awareness, risk tolerance, kreativitas dan passion tiap karyawan terhadap inovasi, lalu dilanjutkan dengan wawancara oleh management.
Terdapat delapan kriteria yang dijadikan dasar penilaian, antara lain customer centricity, innovation and creativity, decision making, critical thinking, networking, teamwork, business acumen, dan tolerance for stress. Dari ke delapan kriteria ini, customer centricity dan innovation and creativity menjadi prioritas dalam penilaian.
Kedua, pembentukan persona. Pada tahap ini, karyawan akan diklasifikan ke dalam tiga persona, yakni Product Champion (Hacker), Business Champion (Hustler), dan Customer Champion (Hipster). Nantinya, BRI akan menempatkan tim yang melibatkan setiap persona berbeda sebagai upaya optimalisasi ide produk.
Program ini dilanjutkan dengan pengembangan dan validasi ide inovasi yang viable secara teknis dan bisnis, namun tetap menyelesaikan permasalahan utama customer. Proses validasi ini dibagi menjadi dua tahap: problem-solution fit dan product-market fit. Dalam proses ini, tim manajemen inovasi BRI memberikan coaching sesuai kebutuhan inovator, salah satunya bekerja sama dengan IT BRI untuk menyediakan bimbingan terkait security dan architecture, serta penggunaan teknologi eksisting maupun yang sedang berkembang.
Insan BRIlian kemudian ditantang untuk memvalidasi ide inovasi tersebut menjadi sebuah produk yang memiliki value added bagi BRI. Tim yang berhasil memvalidasi produk kemudian akan diberi kesempatan untuk melanjutkan dan mengelola produk inovasi barunya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda