Konsumsi Pertamax Terus Tumbuh, Pengamat: Mulai Jadi Gaya Hidup
Kamis, 10 Februari 2022 - 13:41 WIB
JAKARTA - Kendati belum sepenuhnya bebas dari penggunaan bahan bakar minyak ( BBM ) beroktan rendah (RON 88 dan 90), kesadaran masyarakat Indonesia untuk menggunakan BBM berkualitas dengan RON yang lebih tinggi sudah semakin tumbuh.
Hal ini terlihat dari konsumsi BBM Pertamax (RON 92) di tahun 2021 yang mencapai 20% dari total konsumsi BBM jenis bensin, naik tinggi jika dibandingkan tahun 2020 yang baru di angka 12%. Tak hanya itu, BBM Pertamax pun kini umum digunakan hingga di perdesaan dengan hadirnya Pertashop.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai, fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa penggunaan BBM RON 92 ke atas sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat Indonesia.
"Penggunaan BBM RON tinggi saat ini boleh dibilang sudah menjadi kebanggan tersendiri bagi para penggunanya. Orang kini malu kalau menggunakan kendaraan bermotor keluaran baru, tapi masih menggunakan BBM RON rendah," ujarnya di Jakarta, Kamis (10/2/2022).
Menurutnya, hal ini membuktikan bahwa edukasi terkait manfaat dari BBM RON tinggi sudah berjalan cukup baik. Mamit menilai program langit biru yang dijalankan Pertamina terbukti mampu mengedukasi masyarakat serta memberikan efek positif kepada lingkungan sesuai dengan komitmen yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Mamit menilai, kebijakan Pertamina yang sudah 2 tahun ini tidak menaikkan harga Pertamax maupun Pertalite turut mendukung naiknya konsumsi, yang secara langsung menjadi dukungan bagi program pemerintah. "Ini harus diapresiasi oleh semua pihak, terlebih konsumen. Pertamina menahan harga Pertamax agar tetap terjangkau masyarakat di tengah pandemi yang melanda," katanya.
Namun, Mamit menilai kebijakan tersebut juga perlu dievaluasi, khususnya saat harga minyak dunia tengah mengalami kenaikan saat ini. Jika Pertamina terus bertahan dengan kondisi seperti ini, dia yakin keuangan BUMN energi terintegrasi itu akan tertekan.
"Pertamax itu merupakan BBM Umum yang tidak mendapatkan kompensasi apa-apa dari pemerintah. Pertamina bisa mengalami kerugian yang cukup dalam," ujarnya.
Hal ini terlihat dari konsumsi BBM Pertamax (RON 92) di tahun 2021 yang mencapai 20% dari total konsumsi BBM jenis bensin, naik tinggi jika dibandingkan tahun 2020 yang baru di angka 12%. Tak hanya itu, BBM Pertamax pun kini umum digunakan hingga di perdesaan dengan hadirnya Pertashop.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai, fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa penggunaan BBM RON 92 ke atas sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat Indonesia.
"Penggunaan BBM RON tinggi saat ini boleh dibilang sudah menjadi kebanggan tersendiri bagi para penggunanya. Orang kini malu kalau menggunakan kendaraan bermotor keluaran baru, tapi masih menggunakan BBM RON rendah," ujarnya di Jakarta, Kamis (10/2/2022).
Menurutnya, hal ini membuktikan bahwa edukasi terkait manfaat dari BBM RON tinggi sudah berjalan cukup baik. Mamit menilai program langit biru yang dijalankan Pertamina terbukti mampu mengedukasi masyarakat serta memberikan efek positif kepada lingkungan sesuai dengan komitmen yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Mamit menilai, kebijakan Pertamina yang sudah 2 tahun ini tidak menaikkan harga Pertamax maupun Pertalite turut mendukung naiknya konsumsi, yang secara langsung menjadi dukungan bagi program pemerintah. "Ini harus diapresiasi oleh semua pihak, terlebih konsumen. Pertamina menahan harga Pertamax agar tetap terjangkau masyarakat di tengah pandemi yang melanda," katanya.
Namun, Mamit menilai kebijakan tersebut juga perlu dievaluasi, khususnya saat harga minyak dunia tengah mengalami kenaikan saat ini. Jika Pertamina terus bertahan dengan kondisi seperti ini, dia yakin keuangan BUMN energi terintegrasi itu akan tertekan.
"Pertamax itu merupakan BBM Umum yang tidak mendapatkan kompensasi apa-apa dari pemerintah. Pertamina bisa mengalami kerugian yang cukup dalam," ujarnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda