Soal Investigasi Impor Baja, Legislator Minta Tidak Sepihak
Senin, 14 Februari 2022 - 21:07 WIB
JAKARTA - Soal impor baja , Anggota DPR Komisi VII, Adian Napitupulu menyarankan kementerian untuk duduk bersama. Pasalnya persoalan ini tidak dapat diinvestigasi secara sepihak, tapi dari sisi regulator juga.
"Rapat ini tidak komplit, kalau rapat ini mau tertutup. Panggil pihak-pihak yang lain, misal Kemenkeu, kenapa banyak baja impor baja yang masuk? Apa yang didapat dari pajak impor, karena semua saling terkait, kita tidak bisa sepihak menyalahkan mereka yang jadi trader, regulator harus dikumpulkan," ujar Adian dalam rapat Komisi VII DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/2/2021).
Dalam rapat yang kemudian tidak berjalan lancar itu tadinya akan dibahas soal Blast Furnace. Sebagaimana diketahui, proyek tersebut, merupakan salah satu proyek Krakatau Steel yang sempat memicu polemik.
Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu menyebut ada bau korupsi dalam proyek itu. Pasalnya, proyek membuat utang perusahaan sempat tembus USD2 miliar atau Rp28,4 triliun (asumsi kurs Rp14.200 per dolar AS). Ia menyebut penumpukan utang disebabkan oleh investasi Krakatau Steel di fasilitas blast furnace.
Sementara itu, Direktur Institut Kajian Energi, Akhmad Yuslizar mengatakan, pihaknya terus menolak baja impor. Dirinya meminta agar Kementerian Perindustrian mampu mengendalikan baja impor yang masuk ke Indonesia.
"Baja KS ( Krakatau Steel ) pasti bisa bersaing, kalau ada pengendalian baja impor. Batasi, pastinya Kementerian Perindustrian punya pola untuk itu," ucapnya.
"Rapat ini tidak komplit, kalau rapat ini mau tertutup. Panggil pihak-pihak yang lain, misal Kemenkeu, kenapa banyak baja impor baja yang masuk? Apa yang didapat dari pajak impor, karena semua saling terkait, kita tidak bisa sepihak menyalahkan mereka yang jadi trader, regulator harus dikumpulkan," ujar Adian dalam rapat Komisi VII DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/2/2021).
Dalam rapat yang kemudian tidak berjalan lancar itu tadinya akan dibahas soal Blast Furnace. Sebagaimana diketahui, proyek tersebut, merupakan salah satu proyek Krakatau Steel yang sempat memicu polemik.
Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu menyebut ada bau korupsi dalam proyek itu. Pasalnya, proyek membuat utang perusahaan sempat tembus USD2 miliar atau Rp28,4 triliun (asumsi kurs Rp14.200 per dolar AS). Ia menyebut penumpukan utang disebabkan oleh investasi Krakatau Steel di fasilitas blast furnace.
Sementara itu, Direktur Institut Kajian Energi, Akhmad Yuslizar mengatakan, pihaknya terus menolak baja impor. Dirinya meminta agar Kementerian Perindustrian mampu mengendalikan baja impor yang masuk ke Indonesia.
"Baja KS ( Krakatau Steel ) pasti bisa bersaing, kalau ada pengendalian baja impor. Batasi, pastinya Kementerian Perindustrian punya pola untuk itu," ucapnya.
(akr)
tulis komentar anda