Teten Akui Dana KUR Rp129 Triliun Belum Terserap UMKM
Sabtu, 13 Juni 2020 - 19:46 WIB
JAKARTA - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan banyak sumber pembiayaan bagi UMKM di pemerintah. Salah satunya Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp190 trilun dengan bunga 6% dan plafon pinjaman hingga Rp500 juta.
Namun, kata Teten, hingga saat ini, dana KUR sebesar Rp129 triliun belum terserap oleh UMKM. Termasuk, pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan lewat BLU pemerintah yang ada di berbagai kementerian, sebesar Rp30 triliun.
"Masalahnya, saya akui, masih belum mudah bagi UMKM untuk mengakses ke sana. Sebelum Covid-19, Rapat Kabinet pernah membahas alternatif pembiayaan untuk UMKM, terutama untuk usaha mikro dan kecil, yang tidak memiliki aset sebagai modal investasi," terang Teten di Jakarta, Sabtu (13/6/2020).
Teten mengakui, banyak perusahaan fintech yang sudah membantu usaha mikro dan kecil yang unbankable. Pemerintah, melalui OJK, juga sudah banyak memberikan izin bagi perusahaan fintech.
"Kalau ini disinergikan, yaitu seluruh sumber pembiayaan dari pemerintah dan swasta (fintech), tentu akan sangat besar manfaatnya bagi UMKM untuk naik kelas," imbuhnya.
Menurut Teten, krisis ekonomi akibat Covid-19 ini berbeda dengan krisis di medio 1998, di mana saat ini justru UMKM menjadi sektor yang paling terdampak, baik dari sisi pasokan maupun permintaan. Oleh karena itu, Teten menganggap langkah untuk menciptakan demand adalah sesuatu yang penting.
Hanya saja, lanjut Teten, ketika sisi permintaan terpukul, lalu pembiayaan digelontorkan dan relaksasi pembiayaan dilakukan untuk meringankan cashflow UMKM, tapi masalah demand-nya tidak diciptakan, maka akan berpotensi menjadi kredit macet.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bobby Gafur menyatakan, masih banyak UMKM yang belum mampu mengakses dana perbankan dikarenakan sulitnya memenuhi persyaratan, terutama terkait agunan.
"Dengan adanya perusahaan Fintech, seharusnya risk profile di perbankan akan terpotong. Di marketplace, kita bisa melihat kinerja UMKM dari trading history yang sudah dihasilkan," kata Bobby.
Jadi, bagi Bobby, dengan adanya analisa digital di marketplace, Fintech merupakan pintu baru bagi UMKM untuk dapat mengakses permodalan.
"Bahkan, saya mengusulkan, dengan masih sulitnya UMKM mengakses KUR, bank pelaksana KUR bisa bekerja sama dengan perusahaan Fintech," jelas Bobby.
Dalam kesempatan yang sama, COO KoinWorks Bernard Arifin menyatakan siap bekerjasama atau menjadi jalur untuk menyalurkan KUR. "Selama ini juga kita sudah biasa dan sering membiayai UMKM," pungkas Bernard.
Lihat Juga: Diberdayakan oleh BRI, Petani Mangga Bondowoso Sukses Perluas Lahan dan Tingkatkan Taraf Hidup
Namun, kata Teten, hingga saat ini, dana KUR sebesar Rp129 triliun belum terserap oleh UMKM. Termasuk, pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan lewat BLU pemerintah yang ada di berbagai kementerian, sebesar Rp30 triliun.
"Masalahnya, saya akui, masih belum mudah bagi UMKM untuk mengakses ke sana. Sebelum Covid-19, Rapat Kabinet pernah membahas alternatif pembiayaan untuk UMKM, terutama untuk usaha mikro dan kecil, yang tidak memiliki aset sebagai modal investasi," terang Teten di Jakarta, Sabtu (13/6/2020).
Teten mengakui, banyak perusahaan fintech yang sudah membantu usaha mikro dan kecil yang unbankable. Pemerintah, melalui OJK, juga sudah banyak memberikan izin bagi perusahaan fintech.
"Kalau ini disinergikan, yaitu seluruh sumber pembiayaan dari pemerintah dan swasta (fintech), tentu akan sangat besar manfaatnya bagi UMKM untuk naik kelas," imbuhnya.
Menurut Teten, krisis ekonomi akibat Covid-19 ini berbeda dengan krisis di medio 1998, di mana saat ini justru UMKM menjadi sektor yang paling terdampak, baik dari sisi pasokan maupun permintaan. Oleh karena itu, Teten menganggap langkah untuk menciptakan demand adalah sesuatu yang penting.
Hanya saja, lanjut Teten, ketika sisi permintaan terpukul, lalu pembiayaan digelontorkan dan relaksasi pembiayaan dilakukan untuk meringankan cashflow UMKM, tapi masalah demand-nya tidak diciptakan, maka akan berpotensi menjadi kredit macet.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bobby Gafur menyatakan, masih banyak UMKM yang belum mampu mengakses dana perbankan dikarenakan sulitnya memenuhi persyaratan, terutama terkait agunan.
"Dengan adanya perusahaan Fintech, seharusnya risk profile di perbankan akan terpotong. Di marketplace, kita bisa melihat kinerja UMKM dari trading history yang sudah dihasilkan," kata Bobby.
Jadi, bagi Bobby, dengan adanya analisa digital di marketplace, Fintech merupakan pintu baru bagi UMKM untuk dapat mengakses permodalan.
"Bahkan, saya mengusulkan, dengan masih sulitnya UMKM mengakses KUR, bank pelaksana KUR bisa bekerja sama dengan perusahaan Fintech," jelas Bobby.
Dalam kesempatan yang sama, COO KoinWorks Bernard Arifin menyatakan siap bekerjasama atau menjadi jalur untuk menyalurkan KUR. "Selama ini juga kita sudah biasa dan sering membiayai UMKM," pungkas Bernard.
Lihat Juga: Diberdayakan oleh BRI, Petani Mangga Bondowoso Sukses Perluas Lahan dan Tingkatkan Taraf Hidup
(bon)
tulis komentar anda