Menakar Potensi Dampak Konflik Rusia Ukraina ke Ekonomi Indonesia
Sabtu, 26 Februari 2022 - 10:45 WIB
JAKARTA - Konflik Rusia dan Ukraina yang memanas berujung pada pecahnya perang kedua negara bisa berdampak pada negara-negara berkembang, termasuk ekonomi Indonesia . Pada akhirnnya Indonesia pun harus mewaspadai dampak konflik Rusia Ukraina.
Menurut pengamat Indef, Dzulfian Syafrian, konflik ini akan berdampak pada naiknya harga minyak dunia yang dimana hal ini akan berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia, karena Indonesia banyak mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Hal ini juga dibenarkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang mengutarakan bahwa konflik Rusia - Ukraina membawa dampak langsung ke komoditas energi, gas maupun minyak di Indonesia. Konflik ini juga menimbulkan komplikasi bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan.
Pemerintah, terutama Kementerian Keuangan, akan terus mengawal stabilitas sistem keuangan dalam negeri terutama volatilitas suku bunga, nilai tukar, hingga volatilitas indeks dan arus modal yang berimbas langsung ke sektor keuangan.
CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani mengungkapkan, tidak dapat dipungkiri bahwa konflik Rusia - Ukraina akan berdampak terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia. Hal yang perlu dikhawatirkan adanya kemungkinan terjadinya krisis energi dikarenakan Rusia merupakan salah satu produsen utama minyak dunia, di mana hal ini dapat berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak global.
"Pemerintah dapat mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan diversifikasi suplai impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan gas dan batu bara untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak bumi," ucap Johanna dalam keterangan, Sabtu (26/2/2022).
“Apabila konflik ini berlanjut, tentunya kenaikan harga minyak ini akan berdampak kepada peningkatan inflasi di Indonesia. Dari sisi moneter, konflik ini juga akan menekan the Fed untuk meningkatkan suku bunga acuan, di sini Bank Indonesia perlu memperhatikan kondisi domestik sebelum menaikkan suku bunga acuan karena dikhawatirkan akan mengganggu pemulihan ekonomi nasional," papar Johanna.
Sebagai informasi ini bukan pertama kalinya kedua negara ini bersitegang, sebelumnya konflik antara dua negara ini juga terjadi pada tahun 2014 dimana pemimpin Ukraina saat itu, Viktor Yanukovych, membatalkan pembicaraan kerja sama politik dan perdagangan dengan Uni Eropa.
Menurut pengamat Indef, Dzulfian Syafrian, konflik ini akan berdampak pada naiknya harga minyak dunia yang dimana hal ini akan berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia, karena Indonesia banyak mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Hal ini juga dibenarkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang mengutarakan bahwa konflik Rusia - Ukraina membawa dampak langsung ke komoditas energi, gas maupun minyak di Indonesia. Konflik ini juga menimbulkan komplikasi bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan.
Pemerintah, terutama Kementerian Keuangan, akan terus mengawal stabilitas sistem keuangan dalam negeri terutama volatilitas suku bunga, nilai tukar, hingga volatilitas indeks dan arus modal yang berimbas langsung ke sektor keuangan.
CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani mengungkapkan, tidak dapat dipungkiri bahwa konflik Rusia - Ukraina akan berdampak terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia. Hal yang perlu dikhawatirkan adanya kemungkinan terjadinya krisis energi dikarenakan Rusia merupakan salah satu produsen utama minyak dunia, di mana hal ini dapat berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak global.
"Pemerintah dapat mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan diversifikasi suplai impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan gas dan batu bara untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak bumi," ucap Johanna dalam keterangan, Sabtu (26/2/2022).
“Apabila konflik ini berlanjut, tentunya kenaikan harga minyak ini akan berdampak kepada peningkatan inflasi di Indonesia. Dari sisi moneter, konflik ini juga akan menekan the Fed untuk meningkatkan suku bunga acuan, di sini Bank Indonesia perlu memperhatikan kondisi domestik sebelum menaikkan suku bunga acuan karena dikhawatirkan akan mengganggu pemulihan ekonomi nasional," papar Johanna.
Sebagai informasi ini bukan pertama kalinya kedua negara ini bersitegang, sebelumnya konflik antara dua negara ini juga terjadi pada tahun 2014 dimana pemimpin Ukraina saat itu, Viktor Yanukovych, membatalkan pembicaraan kerja sama politik dan perdagangan dengan Uni Eropa.
Lihat Juga :
tulis komentar anda