Rupiah Turun Tipis di Tengah Divestasi Besar-besaran Aset Korporasi Rusia
Rabu, 02 Maret 2022 - 10:15 WIB
JAKARTA - Nilai mata uang rupiah hari ini mengalami koreksi atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Rabu pagi (2/3/2022). Hingga pukul 09:26 WIB, mata uang garuda turun 41 poin atau 0,29% di Rp14.376 per dolar Amerika Serikat.
Sebagian besar mata uang di kawasan Asia Pasifik merosot atas dolar AS, seperti dolar Hong Kong terkoreksi 0,01% di 7,8162, won Korea Selatan naik 0,05% di 1.204,76, dan ringgit Malaysia menguat 0,01% di 4,1915.
Peso Filipina longsor 0,10% di 51,390, dolar Taiwan menguat 0,05% di 28,051, baht Thailand naik 0,08% di 32,665, dolar Singapura koreksi 0,04% di 1,3576, dan yuan China turun 0,01% di 6,3134. Sementara itu yen Jepang anjlok 0,13% di 115,04 dan dolar Australia naik 0,33% di 0,7272.
Indeks dolar yang mengukur kinerja sejumlah mata uang lainnya bergerak stagnan di 97,40, setelah sempat reli tajam menampung peralihan investor yang berbondong-bondong pergi ke safe-haven akibat kekhawatiran dampak krisis di Eropa Timur.
Pasar masih terus mengikuti perkembangan terbaru di Ukraina. Belakangan ini, tentara Rusia memperingatkan penduduk Kyiv untuk meninggalkan rumah mereka, dan komandan Kremlin mengubah taktik untuk mengintensifkan pemboman kota-kota Ukraina.
Analis Morgan Stanley mengatakan dalam sebuah catatan pada Selasa (1/3/2022) bahwa divestasi aset perusahaan Rusia bakal membesar yang bakal memengaruhi perdagangan mata uang di masa mendatang. Ini terjadi berkat kontrol modal dan sejumlah sanksi yang mengikat dari AS dan Eropa ke Negeri Beruang Merah itu.
"Investor yang memiliki aset di Rusia akan semakin menantang untuk divestasi berkat sanksi yang berkembang," katanya, dilansir Reuters, Rabu (2/3/2022).
Menurut Morgan Stanley mata uang euro akan terdorong menyusul sanksi yang diberikan ke Rusia. "Kami melihat ada potensi EUR-bullish di masa depan, tetapi untuk saat ini, kami pikir yang terbaik adalah menjaga risiko terbatas dan mempertahankan modal," pungkasnya.
Baca Juga
Sebagian besar mata uang di kawasan Asia Pasifik merosot atas dolar AS, seperti dolar Hong Kong terkoreksi 0,01% di 7,8162, won Korea Selatan naik 0,05% di 1.204,76, dan ringgit Malaysia menguat 0,01% di 4,1915.
Peso Filipina longsor 0,10% di 51,390, dolar Taiwan menguat 0,05% di 28,051, baht Thailand naik 0,08% di 32,665, dolar Singapura koreksi 0,04% di 1,3576, dan yuan China turun 0,01% di 6,3134. Sementara itu yen Jepang anjlok 0,13% di 115,04 dan dolar Australia naik 0,33% di 0,7272.
Indeks dolar yang mengukur kinerja sejumlah mata uang lainnya bergerak stagnan di 97,40, setelah sempat reli tajam menampung peralihan investor yang berbondong-bondong pergi ke safe-haven akibat kekhawatiran dampak krisis di Eropa Timur.
Pasar masih terus mengikuti perkembangan terbaru di Ukraina. Belakangan ini, tentara Rusia memperingatkan penduduk Kyiv untuk meninggalkan rumah mereka, dan komandan Kremlin mengubah taktik untuk mengintensifkan pemboman kota-kota Ukraina.
Analis Morgan Stanley mengatakan dalam sebuah catatan pada Selasa (1/3/2022) bahwa divestasi aset perusahaan Rusia bakal membesar yang bakal memengaruhi perdagangan mata uang di masa mendatang. Ini terjadi berkat kontrol modal dan sejumlah sanksi yang mengikat dari AS dan Eropa ke Negeri Beruang Merah itu.
"Investor yang memiliki aset di Rusia akan semakin menantang untuk divestasi berkat sanksi yang berkembang," katanya, dilansir Reuters, Rabu (2/3/2022).
Menurut Morgan Stanley mata uang euro akan terdorong menyusul sanksi yang diberikan ke Rusia. "Kami melihat ada potensi EUR-bullish di masa depan, tetapi untuk saat ini, kami pikir yang terbaik adalah menjaga risiko terbatas dan mempertahankan modal," pungkasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda