Terungkap, Alasan Softbank Batal Danai Pembangunan IKN Nusantara
Rabu, 16 Maret 2022 - 08:39 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan sejumlah alasan Softbank mundur dari investasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.
Luhut menjelaskan, alasannya mulai dari CEO SoftBank Masayoshi Son yang telah dinyatakan mundur dari Dewan Pengarah Pembangunan IKN hingga saham yang kini anjlok.
“Pertama, bahwa Ppendiri sekaligus CEO Softbank Masayoshi Son tidak akan lagi menduduki posisi sebagai Dewan Pengarah Pembangunan IKN. (Posisi Masayoshi di dewan pengarah) enggak lagi," kata Luhut saat ditemui di Jakarta, dikutip Rabu (16/3/2022).
Luhut menyebutkan sejumlah Dewan Pengarah lainnya masih tetap sama yakni Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed (MBZ) dan mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair.
Kemudian, alasan lainnya adalah saham Soft Bank yang anjlok atau drop. Untuk diketahui, saham SoftBank di bursa saham Jepang memang anjlok dalam enam bulan terakhir. Diketahui, sahamnya ambles hingga minus 34,81% dari 6.542 pada September lalu, kini tersisa 4.265 per lembar saham. “Kalau SoftBank itu memang dari awal sudah mundur dia sejak sahamnya drop," terang Luhut.
Alasan terakhir, imbuh Luhut, SoftBank memiliki penempatan pendanaan yang salah satu sumbernya berasal dari negara Timur Tengah yakni SoftBank Vision Fund.
Sebagai catatan, Pendanaan tersebut pertama kali dibentuk pada 2017 dan didukung pendanaannya oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Namun kini, kedua negara tersebut meninggalkan pendanaan SoftBank Vision Fund.
"Nah sekarang dana dari yang tadinya ke SoftBank itu dana vision keduanya itu enggak jalan, USD100 miliar itu, ya itu yang kita coba ambil sekarang dari MBS, dari Saudi dan dari Abu Dhabi," tandasnya.
Di sisi lain, Luhut telah melobi Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) bin Abdulaziz al-Saud terkait investasi di IKN dan masih saat ini dalam tahap pembahasan.
Menurut dia, UEA akan masuk ke proyek IKN melalui Sovereign Wealth Fund (SWF) dengan nilai USD20 miliar atau setara Rp286 triliun (kurs Rp14.305 per dolar AS). “Jadi kami sedang terus pertemuan secara virtual dengan timnya Muhammad bin Salman," ungkapnya.
Luhut menjelaskan, alasannya mulai dari CEO SoftBank Masayoshi Son yang telah dinyatakan mundur dari Dewan Pengarah Pembangunan IKN hingga saham yang kini anjlok.
“Pertama, bahwa Ppendiri sekaligus CEO Softbank Masayoshi Son tidak akan lagi menduduki posisi sebagai Dewan Pengarah Pembangunan IKN. (Posisi Masayoshi di dewan pengarah) enggak lagi," kata Luhut saat ditemui di Jakarta, dikutip Rabu (16/3/2022).
Luhut menyebutkan sejumlah Dewan Pengarah lainnya masih tetap sama yakni Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed (MBZ) dan mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair.
Kemudian, alasan lainnya adalah saham Soft Bank yang anjlok atau drop. Untuk diketahui, saham SoftBank di bursa saham Jepang memang anjlok dalam enam bulan terakhir. Diketahui, sahamnya ambles hingga minus 34,81% dari 6.542 pada September lalu, kini tersisa 4.265 per lembar saham. “Kalau SoftBank itu memang dari awal sudah mundur dia sejak sahamnya drop," terang Luhut.
Alasan terakhir, imbuh Luhut, SoftBank memiliki penempatan pendanaan yang salah satu sumbernya berasal dari negara Timur Tengah yakni SoftBank Vision Fund.
Sebagai catatan, Pendanaan tersebut pertama kali dibentuk pada 2017 dan didukung pendanaannya oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Namun kini, kedua negara tersebut meninggalkan pendanaan SoftBank Vision Fund.
"Nah sekarang dana dari yang tadinya ke SoftBank itu dana vision keduanya itu enggak jalan, USD100 miliar itu, ya itu yang kita coba ambil sekarang dari MBS, dari Saudi dan dari Abu Dhabi," tandasnya.
Di sisi lain, Luhut telah melobi Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) bin Abdulaziz al-Saud terkait investasi di IKN dan masih saat ini dalam tahap pembahasan.
Menurut dia, UEA akan masuk ke proyek IKN melalui Sovereign Wealth Fund (SWF) dengan nilai USD20 miliar atau setara Rp286 triliun (kurs Rp14.305 per dolar AS). “Jadi kami sedang terus pertemuan secara virtual dengan timnya Muhammad bin Salman," ungkapnya.
(ind)
tulis komentar anda