Antusias Memburu Pertalite Disebut Hanya Reaksi Spontan, Pengamat: Shock Sesaat
Rabu, 06 April 2022 - 20:11 WIB
JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax yang masih di bawah harga keekonomian dinilai masih moderat. Hal tersebut dianggap sebagai upaya pemerintah untuk tidak terlalu membebani masyarakat.
"Saya kira (penaikan moderat) ini sesuai dengan misi Pertamina sebagai BUMN yang tidak semata mengejar keuntungan," ujar Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah saat dihubungi, Rabu (6/4/2022).
Kenaikan yang tak signifikan itu tak berarti membuat Pertamina merugi, meski masih di bawah harga keekonomiannya. "Dengan harga (Pertamax) Rp12.500 per liter, Pertamina tetap untung. Hanya, untungnya tidak maksimal," tuturnya.
Dia juga meminta, Pertamina segera mempersiapkan pasokan agar masyarakat tak beralih ke BBM jenis Pertalite . Pasalnya, pengguna kendaraan mulai beralih ke Pertalite sejak Pertamax naik.
"Pertamina seharusnya sudah mempersiapkan pasokan yang cukup," imbuhnya.
Menurut dia, antusiasme masyarakat memburu Pertalite merupakan reaksi spontan. "Shock sesaat. Ditambah lagi dengan adanya isu Pertalite yang akan naik, hal ini membuat terjadinya panic buying ," ungkapnya.
Dirinya meyakini fenomena itu tak bakal lama. Dengan catatan, pemerintah segera memutuskan kebijakan terkait Pertalite.
Sekadar diketahui, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga BBM jenis Pertamax menjadi Rp12.500 per liter atau naik dari harga sebelumnya yang sebesar Rp9.000 per liter. Harga baru tersebut berlaku 1 April 2022.
"Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat. Harga Pertamax ini tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan dengan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya," kata Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting dalam keterangan tertulis, Kamis 31 Maret 2022.
Irto menjelaskan, penyesuaian harga itu masih jauh di bawah nilai keekonomiannya. Harga keekonomian Pertamax sendiri berada berkisar Rp16.000 per liter.
"Saya kira (penaikan moderat) ini sesuai dengan misi Pertamina sebagai BUMN yang tidak semata mengejar keuntungan," ujar Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah saat dihubungi, Rabu (6/4/2022).
Kenaikan yang tak signifikan itu tak berarti membuat Pertamina merugi, meski masih di bawah harga keekonomiannya. "Dengan harga (Pertamax) Rp12.500 per liter, Pertamina tetap untung. Hanya, untungnya tidak maksimal," tuturnya.
Dia juga meminta, Pertamina segera mempersiapkan pasokan agar masyarakat tak beralih ke BBM jenis Pertalite . Pasalnya, pengguna kendaraan mulai beralih ke Pertalite sejak Pertamax naik.
"Pertamina seharusnya sudah mempersiapkan pasokan yang cukup," imbuhnya.
Menurut dia, antusiasme masyarakat memburu Pertalite merupakan reaksi spontan. "Shock sesaat. Ditambah lagi dengan adanya isu Pertalite yang akan naik, hal ini membuat terjadinya panic buying ," ungkapnya.
Dirinya meyakini fenomena itu tak bakal lama. Dengan catatan, pemerintah segera memutuskan kebijakan terkait Pertalite.
Sekadar diketahui, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga BBM jenis Pertamax menjadi Rp12.500 per liter atau naik dari harga sebelumnya yang sebesar Rp9.000 per liter. Harga baru tersebut berlaku 1 April 2022.
"Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat. Harga Pertamax ini tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan dengan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya," kata Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting dalam keterangan tertulis, Kamis 31 Maret 2022.
Irto menjelaskan, penyesuaian harga itu masih jauh di bawah nilai keekonomiannya. Harga keekonomian Pertamax sendiri berada berkisar Rp16.000 per liter.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda