Pola Konsumsi Konsumen Berubah, Teknologi Jadi Jembatan di Masa Pandemi
Jum'at, 19 Juni 2020 - 17:51 WIB
JAKARTA - Aktivitas bisnis di bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT) selama era normal baru Covid-19 mengalami pergeseran. Kondisi ini terjadi mengikuti shifting yang dialami konsumen dalam upaya memenuhi kebutuhan primernya.
Principal Consultant Artemis Hiro Whardana berpendapat, sebetulnya tidak ada pihak yang benar-benar siap menghadapi era normal baru. Pandemi Covid-19 ini merupakan fenomena yang melanda nyaris semua negara di dunia. Bukan sebatas tantangan nasional melainkan global.
“Ada shifting pada konsumsi, karena konsumen lebih banyak di rumah. Banyak kebutuhan primer dipenuhi melalui (layanan) online. Konsumen membutuhan ICT sebagai jembatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya dalam Katadata Forum Virtual Series bertajuk Tren Baru ICT di Era New Normal, Jumat (19/6/2020).
Hiro menyatakan pula bahwa terdapat beberapa sektor usaha yang mau atau tidak mau harus melakukan pergeseran dalam praktik bisnisnya. Mereka bergerak menjadi semakin mengandalkan teknologi digital alias ICT, contohnya sektor pendidikan, layanan kesehatan, hiburan, olahraga, serta jasa keuangan.
( )
Di bidang layanan kesehatan, menurut Hiro, pemanfaatan teknologi digital seperti telemedicine mungkin tidak hanya berlangsung selama pandemi Covid-19. Bisa jadi, inovasi semacam ini menjelma sebagai solusi jangka panjang pada era normal baru.
“Kami juga melihat, pada awal-awal (PSBB) terjadi pergeseran traffic internet. Biasanya terfokus di daerah distrik bisnis pada jam-jam kantor, tetapi sekarang pada jam-jam kantor merambah area residensial karena masyarakat kerja dari rumah,” tutur Hiro.
( )
Sementara itu, SVP Pre Sales Lintasarta Gidion Suranta Barus mengutarakan bahwa seiring dengan shifting yang terjadi maka persaingan bisnis di antara perusahaan ICT ikut meningkat. Pasalnya, praktik bisnis yang sebelumnya fokus kepada layanan offline saja, lantas ikut mengembangkan online service.
“Jadi, pemain di bidang layanan digital bertambah. Ada yang baru-baru sekarang. Belum lagi pemain dari luar negeri tetap melirik masuk ke Indonesia karena melihat Indonesia memiliki pasar yang potensial. Memang kami prediksi persaingan akan naik,” kata Gidion.
Oleh karena itu, imbuhnya, tak perlu heran jika ke depan terjadi peningkatan belanja digital terutama untuk empat komponen, yaitu jaringan, infrastruktur TI, aplikasi, serta layanan keamanan siber. Pola belanjanya juga disinyalir bakal berubah dari membeli capital expenditure menjadi operating expenditure.
Principal Consultant Artemis Hiro Whardana berpendapat, sebetulnya tidak ada pihak yang benar-benar siap menghadapi era normal baru. Pandemi Covid-19 ini merupakan fenomena yang melanda nyaris semua negara di dunia. Bukan sebatas tantangan nasional melainkan global.
“Ada shifting pada konsumsi, karena konsumen lebih banyak di rumah. Banyak kebutuhan primer dipenuhi melalui (layanan) online. Konsumen membutuhan ICT sebagai jembatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya dalam Katadata Forum Virtual Series bertajuk Tren Baru ICT di Era New Normal, Jumat (19/6/2020).
Hiro menyatakan pula bahwa terdapat beberapa sektor usaha yang mau atau tidak mau harus melakukan pergeseran dalam praktik bisnisnya. Mereka bergerak menjadi semakin mengandalkan teknologi digital alias ICT, contohnya sektor pendidikan, layanan kesehatan, hiburan, olahraga, serta jasa keuangan.
( )
Di bidang layanan kesehatan, menurut Hiro, pemanfaatan teknologi digital seperti telemedicine mungkin tidak hanya berlangsung selama pandemi Covid-19. Bisa jadi, inovasi semacam ini menjelma sebagai solusi jangka panjang pada era normal baru.
“Kami juga melihat, pada awal-awal (PSBB) terjadi pergeseran traffic internet. Biasanya terfokus di daerah distrik bisnis pada jam-jam kantor, tetapi sekarang pada jam-jam kantor merambah area residensial karena masyarakat kerja dari rumah,” tutur Hiro.
( )
Sementara itu, SVP Pre Sales Lintasarta Gidion Suranta Barus mengutarakan bahwa seiring dengan shifting yang terjadi maka persaingan bisnis di antara perusahaan ICT ikut meningkat. Pasalnya, praktik bisnis yang sebelumnya fokus kepada layanan offline saja, lantas ikut mengembangkan online service.
“Jadi, pemain di bidang layanan digital bertambah. Ada yang baru-baru sekarang. Belum lagi pemain dari luar negeri tetap melirik masuk ke Indonesia karena melihat Indonesia memiliki pasar yang potensial. Memang kami prediksi persaingan akan naik,” kata Gidion.
Oleh karena itu, imbuhnya, tak perlu heran jika ke depan terjadi peningkatan belanja digital terutama untuk empat komponen, yaitu jaringan, infrastruktur TI, aplikasi, serta layanan keamanan siber. Pola belanjanya juga disinyalir bakal berubah dari membeli capital expenditure menjadi operating expenditure.
(akr)
tulis komentar anda