OJK Beberkan Rapor Sektor Jasa Keuangan Kuartal I 2022
Selasa, 10 Mei 2022 - 21:30 WIB
JAKARTA - Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) pada April 2022 mencatat sektor jasa keuangan di kuartal I 2022 tetap terjaga dan tumbuh seiring peningkatan fungsi intermediasi di sektor perbankan dan industri keuangan non-bank (IKNB), serta menguatnya pasar domestik.
Mengutip laporan OJK, Selasa (10/5/2022), stabilnya sektor jasa keuangan dan terkendalinya pandemi yang meningkatkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat telah mendorong pertumbuhan perekonomian nasional, meskipun terdapat peningkatan tensi geopolitik di Eropa dan normalisasi kebijakan moneter global.
"OJK secara konsisten terus melakukan asesmen terhadap perekonomian dan sektor jasa keuangan bersama pemerintah, otoritas, serta stakeholders lainnya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah momentum pemulihan ekonomi nasional," tulis OJK.
Perlu diketahui, indeks harga saham gabungan (IHSG) telah menguat 2,2% mtd dan mencatatkan all time high pada level 7.276,19 (21/4/2022). Hingga 26 April 2022, penghimpunan dana di pasar modal melalui penawaran umum saham, obligasi, dan sukuk telah mencapai Rp85 triliun dengan penambahan 20 emiten baru. Hal ini menunjukkan optimisme investor domestik maupun global atas perekonomian domestik terus pulih.
Selanjutnya, fungsi intermediasi perbankan pada bulan Maret 2022 kembali mencatatkan tren positif dengan pertumbuhan kredit sebesar 6,67% yoy dengan seluruh kategori debitur mencatatkan kenaikan, terutama UMKM dan ritel.
Secara sektoral, mayoritas sektor utama mencatatkan kenaikan kredit secara mtm, terutama perdagangan, manufaktur, dan rumah tangga masing-masing sebesar Rp20,2 triliun, Rp19,3 triliun, dan Rp16,7 triliun. Kenaikan itu mencerminkan dukungan perbankan dalam pemulihan ekonomi nasional terus membaik.
Sedangkan, dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 9,95% yoy terutama didorong oleh giro yang tumbuh sebesar Rp88,56 triliun.
Profil risiko lembaga jasa keuangan pada Maret 2022 masih terjaga dengan rasio NPL gross menurun menjadi 2,99% dan rasio NPF perusahaan pembiayaan stabil di level 2,78%. Walaupun terdapat penyesuaian likuiditas perbankan sebagai dampak kebijakan kenaikan GWM Bank Indonesia, namun likuiditas industri perbankan pada Maret 2022 masih berada pada level yang sangat memadai.
Hal tersebut tecermin dari rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK masing-masing sebesar 143,64% dan 32,11%, di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Dari sisi permodalan, perbankan mencatatkan permodalan yang relatif stabil pada Maret 2022 tercatat sebesar 24,80% atau jauh di atas threshold. Sementara, industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan RBC yang juga meningkat masing-masing sebesar 535,4% dan 322,3% yang berada jauh di atas threshold 120%. Begitu pula gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat sebesar 1,94 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
Baca Juga
Mengutip laporan OJK, Selasa (10/5/2022), stabilnya sektor jasa keuangan dan terkendalinya pandemi yang meningkatkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat telah mendorong pertumbuhan perekonomian nasional, meskipun terdapat peningkatan tensi geopolitik di Eropa dan normalisasi kebijakan moneter global.
"OJK secara konsisten terus melakukan asesmen terhadap perekonomian dan sektor jasa keuangan bersama pemerintah, otoritas, serta stakeholders lainnya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah momentum pemulihan ekonomi nasional," tulis OJK.
Perlu diketahui, indeks harga saham gabungan (IHSG) telah menguat 2,2% mtd dan mencatatkan all time high pada level 7.276,19 (21/4/2022). Hingga 26 April 2022, penghimpunan dana di pasar modal melalui penawaran umum saham, obligasi, dan sukuk telah mencapai Rp85 triliun dengan penambahan 20 emiten baru. Hal ini menunjukkan optimisme investor domestik maupun global atas perekonomian domestik terus pulih.
Selanjutnya, fungsi intermediasi perbankan pada bulan Maret 2022 kembali mencatatkan tren positif dengan pertumbuhan kredit sebesar 6,67% yoy dengan seluruh kategori debitur mencatatkan kenaikan, terutama UMKM dan ritel.
Secara sektoral, mayoritas sektor utama mencatatkan kenaikan kredit secara mtm, terutama perdagangan, manufaktur, dan rumah tangga masing-masing sebesar Rp20,2 triliun, Rp19,3 triliun, dan Rp16,7 triliun. Kenaikan itu mencerminkan dukungan perbankan dalam pemulihan ekonomi nasional terus membaik.
Sedangkan, dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 9,95% yoy terutama didorong oleh giro yang tumbuh sebesar Rp88,56 triliun.
Profil risiko lembaga jasa keuangan pada Maret 2022 masih terjaga dengan rasio NPL gross menurun menjadi 2,99% dan rasio NPF perusahaan pembiayaan stabil di level 2,78%. Walaupun terdapat penyesuaian likuiditas perbankan sebagai dampak kebijakan kenaikan GWM Bank Indonesia, namun likuiditas industri perbankan pada Maret 2022 masih berada pada level yang sangat memadai.
Hal tersebut tecermin dari rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK masing-masing sebesar 143,64% dan 32,11%, di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Dari sisi permodalan, perbankan mencatatkan permodalan yang relatif stabil pada Maret 2022 tercatat sebesar 24,80% atau jauh di atas threshold. Sementara, industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan RBC yang juga meningkat masing-masing sebesar 535,4% dan 322,3% yang berada jauh di atas threshold 120%. Begitu pula gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat sebesar 1,94 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
(uka)
tulis komentar anda