Lagi Perang, Orang Terkaya Ukraina Resmi Gugat Rusia ke Pengadilan Top Eropa
Senin, 27 Juni 2022 - 23:44 WIB
KIEV - Orang terkaya Ukraina mengajukan gugatan terhadap Rusia di pengadilan hak asasi manusia (HAM) terkemuka di Eropa pada hari Senin (27/6). Ia mencari kompensasi atas apa yang dia katakan sebagai kerugian bisnis miliaran dolar sejak invasi Rusia.
Rinat Akhmetov, pemilik pabrik baja Azovstal di kota Mariupol di mana para pejuang Ukraina melawan pemboman Rusia selama berminggu-minggu, menggugat Rusia atas "pelanggaran terhadap hak propertinya" di Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa. Pernyataan ini disampaikan oleh perusahaan induk System Capital Management (SCM) miliknya.
Dikatakan juga oleh Akhmetov, Ia sedang mencari perlindungan di pengadilan "untuk mencegah Rusia melakukan blokade, menjarah, mengalihkan, dan menghancurkan biji-bijian dan baja" yang diproduksi oleh perusahaannya.
"Kejahatan tidak bisa tidak dihukum. Kejahatan Rusia terhadap Ukraina dan rakyat kami sangat mengerikan, dan mereka yang bersalah sehingga harus dimintai pertanggungjawaban," kata Akhmetov seperti dikutip SCM.
"Penjarahan komoditas ekspor Ukraina, termasuk biji-bijian dan baja, telah mengakibatkan harga yang lebih tinggi dan orang-orang sekarat karena kelaparan di seluruh dunia. Tindakan biadab ini harus dihentikan, dan Rusia harus membayar penuh," sambungnya.
Ditanya tentang gugatan itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, Rusia tidak lagi berada di bawah yurisdiksi Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa.
"Kami meninggalkan (yurisdiksi) dokumen yang relevan. Oleh karena itu, di sini jawabannya sangat jelas," katanya.
Rusia sebelumnya telah menepis tuduhan Ukraina soal pencurian dari wilayah yang telah didudukinya.
Sementara itu majalah Forbes, merilis Akhmetov memiliki harta bersih sebesar USD15.4 miliar pada tahun 2013. Sejak itu, kerajaan bisnisnya terpuruk setelah invasi Rusia pada 24 Februari ditambah oleh pertempuran selama bertahun-tahun di timur Ukraina sejak separatis yang didukung Rusia merebut wilayah di sana pada 2014.
Akhmetov mengatakan, bulan lalu perusahaannya Metinvest, pembuat baja terbesar Ukraina, telah menderita kerugian USD17 hingga USD20 miliar karena pemboman Rusia terhadap pabrik bajanya di Mariupol. "Jumlah pastinya akan ditentukan dalam gugatan," katanya.
Rinat Akhmetov, pemilik pabrik baja Azovstal di kota Mariupol di mana para pejuang Ukraina melawan pemboman Rusia selama berminggu-minggu, menggugat Rusia atas "pelanggaran terhadap hak propertinya" di Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa. Pernyataan ini disampaikan oleh perusahaan induk System Capital Management (SCM) miliknya.
Dikatakan juga oleh Akhmetov, Ia sedang mencari perlindungan di pengadilan "untuk mencegah Rusia melakukan blokade, menjarah, mengalihkan, dan menghancurkan biji-bijian dan baja" yang diproduksi oleh perusahaannya.
"Kejahatan tidak bisa tidak dihukum. Kejahatan Rusia terhadap Ukraina dan rakyat kami sangat mengerikan, dan mereka yang bersalah sehingga harus dimintai pertanggungjawaban," kata Akhmetov seperti dikutip SCM.
"Penjarahan komoditas ekspor Ukraina, termasuk biji-bijian dan baja, telah mengakibatkan harga yang lebih tinggi dan orang-orang sekarat karena kelaparan di seluruh dunia. Tindakan biadab ini harus dihentikan, dan Rusia harus membayar penuh," sambungnya.
Ditanya tentang gugatan itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, Rusia tidak lagi berada di bawah yurisdiksi Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa.
"Kami meninggalkan (yurisdiksi) dokumen yang relevan. Oleh karena itu, di sini jawabannya sangat jelas," katanya.
Rusia sebelumnya telah menepis tuduhan Ukraina soal pencurian dari wilayah yang telah didudukinya.
Sementara itu majalah Forbes, merilis Akhmetov memiliki harta bersih sebesar USD15.4 miliar pada tahun 2013. Sejak itu, kerajaan bisnisnya terpuruk setelah invasi Rusia pada 24 Februari ditambah oleh pertempuran selama bertahun-tahun di timur Ukraina sejak separatis yang didukung Rusia merebut wilayah di sana pada 2014.
Akhmetov mengatakan, bulan lalu perusahaannya Metinvest, pembuat baja terbesar Ukraina, telah menderita kerugian USD17 hingga USD20 miliar karena pemboman Rusia terhadap pabrik bajanya di Mariupol. "Jumlah pastinya akan ditentukan dalam gugatan," katanya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda